Cerita Bokep Lesby In BAli
Nama aqu Kartika, usia 25 tahun dgn tinggi 168 cm, berat 53 kg, asli orang Bandung, kulit putih bersih. Ukuran buah dada aqu yg 34C termasuk lumayan besar untuk perempuan seusia aqu. Pekerjaan aqu adalah sebagai manager operasional di sebuah perusahaan terkenal di daerah aqu. Aqu ingin mengeluarkan gelisah hati yg aqu pendam selama ini, mudah-mudahan aqu bisa berbagi dgn pembaca sekalian.Www.filmbokepjepang.com
Aqu di kantor mempunyai sahabat yg namanya Vania, sering aqu panggil Ana. Orangya supel, dan mudah bergaul, tingginya 172 cm/53 kg, dgn kulit putih mulus, maklum orang Menado asli, 34B ukuran buah dadanya. Aqu mempunyai kelainan ini sejak masih perempuan pada waktu tinggal bersama kakak aqu, Mbak Erni namanya.
Kapan-kapan aqu ceritakan sejarah lesbian aqu, tapi aqu juga suka lelaki lho sama seperti perempuan-perempuan lain. Hanya saja hampir tujuh puluh persen aqu menyenangi cewek, aqu tak mengerti mengapa aqu begini, mungkin suatu waktu aqu bisa sembuh total ya?! Aqu sering jalan bersama Ana kalo ada undangan karena aqu belom ada pasangan, banyak sih lelaki yg naksir, cuma aqu masih enggan saja untuk berpacaran. Aqu ingat betul awalnya yaitu pada waktu bulan Agustus 2004, sehabis pulang kantor.
*****
“Ka, sini sebentar” panggil Ana pada aqu sembari mendekatkan Mercynya.
“Ada apa Na?” tanya aqu heran pada Ana.
“Boleh tidak minta tolong?”
“Tolong apa?”
“Itu lho, rumah aqu khan sedang direnovasi..”
“Terus?”
“Mmh, boleh numpang nginep tidak di rumahmu?” tanya Ana ragu-ragu.
“Alaa, gitu saja nanya, boleh dong, sekarang?”
“Iya, boleh khan?” tanya Ana sekali lagi meyakinkan dirinya sendiri.
“Udah, tidak usah banyak omong, ayo jalan” perintah aqu sembari tersenyum.
“Okey, trim’s ya”
Maka setelah Ana mengambil baju sekedarnya, kita berdua meluncur ke rumah aqu yg memang sedikit jauh dari kantor. Rumah aqu mempunyai empat kamar, satu kamar untuk tamu dan kamar aqu di tengah, aqu tinggal sendiri karena orang tua aqu tinggal di Surabaya.
“Na, ini kamarmu ya” kata aqu sembari menunjukkan sebuah kamar padanya di ujung depan.
“Trim’s ya” jawabnya sembari masuk melihat-lihat kamar.
“Kutinggal dulu”
“Ya..” jawabnya sembari lalu.
Aqu kemudian menuju kamar untuk mandi dan berganti baju, soalnya gerah sejak tadi. Sedang asyik-asyiknya aqu memilih BH, tiba-tiba Ana masuk ke kamar.
“Eh.. Maaf ka, lagi pake baju ya?” katanya kaget melihatku masih memakai celana dalem berwarna merah dan belom mengenakan BH sama sekali.
“Oh Ana, masuk Na, tidak apa-apa kok” jawab aqu sembari tersenyum melihatnya yg masih memandangi buah dada aqu yg termasuk besar dan montok.
“Wah, badanmu seksi juga ya?” ujarnya.
“Tentu saja, habis aqu rajin senam sich”
“Oh ya, ada filem bagus nich, nonton yuk” ajak Ana sembari menggandeng aqu untuk menonton TV di ruang tengah.
“Bentar Na, kuganti baju dulu ya” jawabku sembari memakai BH dan kaos longgar serta celana pendek. Www.artikelbokep.com
“Kutunggu ya..”
“Ya”. Kemudian Vania telah duduk di depan TV sembari makan camilan, sedang aqu masih sibuk membereskan baju yg berserakan.
Malam itu Ana mengenakan daster kuning hingga kelihatan kulit lengannya yg putih mulus, kadang-kadang karena duduk kita yg mepet, Ana dgn tak sengaja menyenggol buah dada aqu hingga perasaan aqu jadi bertambah aneh. Mungkin karena acara TV yg membosankan, aqu jadi tak tertarik lagi, aqu lebih tertarik memperhatikan Ana saja. Ternyata Ana yg memakai daster itu, telah tak memakai BH lagi hingga tonjolan buah dadanya kelihatan mencuat ke atas, mungkin karena kita sama-sama perempuan, jadi Ana tak malu-malu lagi, bahkan kadang-kadang kakinya dinaikkan ke meja hingga bawahan dasternya jadi tersingkap dan memperlihatkan celana dalemnya yg berwarna putih. Www.filmbokepjepang.com
Perasaan aqu jadi lain hingga aqu memutuskan untuk ke kamar dan berganti baju dgn daster tanpa memakai BH dan celana dalem juga, supaya bertambah nyaman kalo berdekatan dgn Vania. Sungguh Vania itu perempuan yg cantik seperti artis mandarin. Aqu kembali ke ruang tamu dan membawa kaset DVD untuk aqu tonton bersama Ana, siapa tahu saja Vania tertarik dgn filemnya dan ingin mmh..
“Na, ganti ama DVD ya?”
“Filem apaan tuch?”
“Ini, filem romantis dari Jepang, pengin liat tidak?”
“Ya, bolehlah, abis acaranya tidak ada yg menarik sich”
“Okey, duduk dekat sini” pinta aqu pada Ana untuk duduk di sofa agar nyaman menonton filem itu.
Sebetulnya sich, itu filem triple X dari jepang mengenai seorang perempuan yg mencintai guru wanitanya lalu mereka beresetubuh dan bercinta dgn gaya yg romantis dgn berbagai macam gaya. Volume TV dan AC aqu perbesar hingga Ana mendekat dan mepet dgn aqu. Untung rumah telah sepi karena pembantu telah pulang semua dan lagi rumah aqu besar, jadi volume suara TV yg besar itu tak kedengaran lagi dari luar.
“Filem BF ya?” tanya Ana tanpa menoleh pada aqu.
“Tapi bagus lho, untuk pelajaran sex”
“Bagus, sich bagus, tapi aqu jadi pengin nich” gumam Ana tak jelas karena napasnya yg makin berat dan diselingi suara orang bercinta dari TV yg makin kencang.
“Gimana kalo kupegang buah dadamu” usulku.
“Hush, ngaco kamu Tika, kita ini sama-sama cewek tau” jawabnya sembari monyong, namun itu justru menambah gairah aqu semakin tinggi.
“Daripada kamu megang sendiri, hayoo” jawab aqu tak mau kalah sembari meraba buah dadanya.
“Jangan, Tika.. Jangan..” teriaknya keras karena kaget buah dadanya aqu pegang. Namun teriakannya tak membuat aqu jera, bahkan telinganya yg sensitif aqu cium dgn lembut.
“Kurang ajar kamu, sst..” tolaknya lemah dgn mendesis.
“Mmh..”
Pergumulan aqu dgn Ana berlangsung seru, hingga beberapa menit Vania masih memberontak, tetapi karena gairahnya telah naik dan ditambah lagi dgn ciuman dan remasan aqu pada daerah sensitifnya, akhirnya Ana menyerah juga. Bahkan dgn sigap membalas mencium bibir aqu dgn ganas sembari meraba kemaluan aqu yg telah mulai basah sejak tadi.
“Sst.. Mmh.. Tunggu..” potong aqu menghentikan ciuman dan serangannya Ana.
“Hahh, ada apa Ka?”
“Buka dastermu..” pinta aqu untuknya agar membuka daster, sementara aqu juga telah membuka dasterku sendiri hingga bugil.
“Wah, susumu besar juga ya?” kata Vania kagum melihat buah dada aqu yg telah tegak, sembari juga melepaskan dasternya, bahkan celana dalemnya pun ikut dilepaskan juga hingga kita menjadi sama-sama bugil.
Dan kita pun kembali saling berciuman di sofa tanpa mempedulikan filem jepang itu. Aqu mengambil inisiatif untuk memulai mencium buah dadanya.
“Sst.. Sst..”
“Mmh.. gantian..” rintih Ana karena tak bisa menahan ciuman dan jilatan lidah aqu pada buah dadanya.
Maka aqu pun berganti posisi dgn Ana yg menjilat buah dada aqu dgn semangat hingga kemaluan aqu juga ikut dibelai, bahkan jari-jarinya yg lentik keluar masuk ke dalem lubang kemaluan aqu dgn cepat hingga aqu mengalami klimaks yg pertama.
“Mmh.. Enak.. Na, cepetan.. Sst..” rintih aqu karena tak tahan lagi dgn permainan Ana yg begitu hebat, bahkan Ana sekarang menjilat kemaluan aqu dgn liar hingga beberapa menit, aqu semakin mendorong kemaluan aqu ke arah mulutnya yg sedang menghisap bagian dalem.
“Sstss.. pinggirnya.. ssts.. Ya.. yg i.. tu..” rintih aqu terpatah-patah.
Tiba-tiba Vania menghentikan permainannya..
“Ada apa Na?”
“Kita coba yg seperti di filem, mau khan?” usulnya.
“Boleh saja..” jawab aqu senang karena memang senang dgn gaya enam sembilan.
Gaya enam sembilan itu maksudnya aqu yg berada di posisi atas menghadap Vania yg berada di posisi bawah dgn saling menjilat kemaluan masing-masing, bahkan saking enaknya hingga kepala aqu terjepit oleh Vania yg rupanya juga telah mengalami klimaks yg pertama. Kita melaqukan pergumulan itu di sofa hingga dua jam dan rupanya Vania pun puas atas permainan itu. Www.filmbokepjepang.com
“Hahh, lega rasanya..”
“Gimana, enak tidak?”
“Enak juga ya”
“Mau lagi tidak?”
“Mau dong kalo caranya gitu” jawab Ana manja sembari mencium bibir aqu gemas.
Malam itu aqu dan Vania menghabiskan permainan yg seru itu di kamar, bahkan Ana tak henti-hentinya meremas buah dada aqu dgn gemas, kadang-kadang aqu puaskan Vania dgn alat kelamin pria plastik, tentu saja alatnya yg bisa bergetar hingga itu menambah nikmat percintaan aqu dgn Ana. Beberapa ronde kita lalui hingga pagi, juga di kamar mandi.
*****
Keesokannya, seperti biasa aqu telah bersiap ke kantor dgn Vania.
“Ayo Na, udah siap belom?”
“Udah boss, ayo” gandeng Ana mesra sembari mencium bibir aqu lembut.
“Hush, nanti dilihat orang lho”
“Iya ya..”
Maka sejak itu, aqu dan Vania sering bercinta di rumahnya ato rumah aqu, bahkan pernah beberapa kali kita bercinta di dalem mobil. Pada waktu hari libur, Vania mengajak aqu dan beberapa kawannya ikut berdarmawisata ke pulau Bali dan Lombok. Salah satu di antaranya bernama Arfiani yg orang Malang.
“Tika, kamu ikut tour besok tidak?” tanya Vania.
“Tentu dong, yg ke Bali dan Lombok khan?” jawabku.
“Iya dong, eh.. kenalin nich, kawan aqu” ujar Vania memperkenalkan kawannya.
“Arfiani” katanya memperkenalkan diri.
“Kartika Sari” jawab aqu sembari menjabat tangannya yg kuning langsat itu.
“Ayo Na, sampai besok ya” jawab Vania menggandeng Arfiani.
Hari yg ditunggu-tunggu akhirnya tiba, aqu dgn beberapa kawan kantor jadi berwisata ke pulau Bali dan Lombok, juga ada Arfiani dan Vania. Dari obrolan kita, aqu ketahui bahwa Arfiani itu umurnya baru 23 tahun, 172 cm/53 cm, dgn buah dada 34C, orangnya cukup ramah dan sopan. Vania pernah bercerita pada aqu bahwa Arfiani adalah seorang lesbian sejati, telah pernah beberapa kali pacaran, namun kandas di jalan hingga hatinya hancur lebur.
“Ana, sini bentar Na” panggil aqu pada Ana.
“Ada apa Tik”
“Tukeran duduk ya, Arfiani di sini dan tas ini di tempatmu, gimana?” usulku.
“Enak saja, kapan lagi kesempatan gini datang”
“Please dong, khan kamu udah lama kenal ama Arfiani”
“Iya dech, cuman aqu boleh liat dong di sebelah..” canda Ana sembari mencolek buah dada aqu dgn gemas.
Akhirnya dalem bis itu, aqu yg mulanya duduk di belakang dgn tas besar entah siapa yg punya, bisa kesempatan duduk dgn Arfiani yg cantik. Vania tak ketinggalan duduk di sebelah dgn tas besar yg telah aqu pindahkan. Arfiani dalem perjalanan itu memakai rok jins hitam dgn kaos merah mudanya, sungguh serasi dgn bentuk badannya yg proporsional.
Rupanya Arfiani ato yg biasa aqu panggil dgn Fifi senang curhat dgn aqu, bahkan beberapa kali matanya mengarah pada buah dada dan bawah rok jins biru aqu yg sedikit naik ke atas, mungkin celana dalem aqu yg berwarna putih polos kelihatan, tapi aqu cuek saja. Bahkan aqu sengaja beberapa kali menyingkap rok aqu hingga paha aqu yg putih kelihatan dgn jelas hingga Fifi salah tingkah memperhatikan rok aqu.
Malam itu kita telah melewati kota Probolinggo, aqu lihat kawan-kawan telah pada tidur karena kelelahan, sementara Vania memperhatikan aqu sembari mengedipkan matanya beberapa kali. Di bis wisata itu yg duduk di belakang cuma aqu, Vania, seorang kawan lain dan beberapa barang bawaan yg menumpuk, sementara yg lain duduk di depan, tentu saja ada yg berpasangan.
Sementara itu Fifi rupanya telah tertidur pulas dgn kepalanya bersandar pada bahu kanan aqu hingga perasaan aqu jadi tak enak karena napasnya yg harum dan lembut tercium oleh aqu, di samping itu posisi duduknya yg sungguh membuat dada aqu berdebar-debar karena kakinya menopang pada paha aqu. Dgn perlahan aqu menyelimutinya hingga kita berdua tertutup oleh selimut hingga cuma tinggal kepala saja yg kelihatan. Tangan kanan Fifi aqu pegang dan aqu di tempatkan buah dada aqu. tiba-tiba Fifi membuka matanya dan menatap aqu tajam.
“Eh.. Eh.. Fi.. Belom tidur ya?” tanya aqu tergagap-gagap karena kaget melihatnya bangun tiba-tiba.
“Iya Mbak, belom ngantuk nich” jawabnya tersenyum ramah dan tak melepaskan tangannya dari buah dada aqu, padahal aqu telah horny.
“Jangan panggil Mbak dong, panggil Tika saja ya”
“Iya dech, Tika udah punya pacar belom?” tanyanya.
“Belom, emangnya kenapa?”
“Masak, cewek secantik kamu belom punya pacar!”
“Emang belom, kamu sendiri?”
“Udah pernah sich, cuma sering putus, lebih suka sahabatan ama cewek”
“Oh gitu ya..”
“Ka, boleh tidak Fifi peluk?” pintanya.
“Boleh saja, terserah Fifi dech” gumam aqu pelan karena Fifi dgn pelan meremas buah dada aqu dgn gemas, bahkan telah masuk dalem BH aqu dan meremasnya dgn lembut.
“Sstss.. Fi..” desisku.
“Gimana Ka?” tanya Fifi yg berusaha membuka BH aqu.
“Enak Fi.. Sstss.. Aqu boleh..” belom sempat Fifi menjawab, tangan aqu telah masuk ke dalem roknya dan membelai kemaluannya yg masih memakai celana dalem.
“Sst.. Ka.. Ayo dong..” ajak Fifi menuntun tangan aqu untuk masuk lebih dalem dan menyentuh kemaluannya.
Akhirnya aqu dan Fifi saling meremas buah dada dan menyentuh kemaluan hingga Fifi duluan klimaks karena tak tahan dgn jari-jari aqu yg keluar masuk kemaluannya dgn cepat. Vania yg dari tadi memperhatikan aqu, juga ikut-ikutan merogoh buah dadanya sendiri. Belom sempat aqu klimaks, bis itu sampai Denpasar, dan kita memesan kamar masing-masing untuk esok paginya kita lanjutkan dgn pesiar keliling pulau Bali.
“Gimana nich Fi, aqu khan belom..”
“Tenang saja Ka, gimana kalo kita tidur berdua?” jawab Fifi santai karena tahu bahwa aqu belom puas.
“Iya dech”
“Aqu boleh ikut tidak, boleh ya..” rengek Vania tiba-tiba mendekati kita.
“Boleh saja, gimana Fi, Ana boleh ikut tidak!?” tanya aqu pada Fifi.
“Okey, pasti tambah asyik ya” jawabnya sembari mengedipkan mata pada aqu.
Jadilah aqu memesan kamar bertiga dan setelah kita diberi pengarahan dari pemandu wisata agar bangun jam 08.00, maka aqu langsung masuk kamar. Setibanya di kamar dan menaruh tas, aqu peluk Fifi dan menghimpitnya ke tembok hingga buah dada aqu yg montok menempel ketat pada buah dadanya.
“Udah tidak sabar nich yee..” goda Ana sembari memeluk aqu juga dari belakang dan langsung mencium leher aqu dgn ganas.
“Fi.. Kamu..”
“Udah ka, ayo kita terusin yg tadi” jawab Fifi sembari melumat bibir aqu dgn ganas.
“Mmh..”
Fifi yg mencium aqu dgn ganas itu juga tak kalah gesitnya mencoba kembali membuka BH aqu yg akhirnya terlepas juga ke bawah, tangannya dgn terampil kembali meremas-remas buah dada aqu, di samping itu Ana berusaha melepas rok jins dan celana dalem aqu hingga aqu yg pertama-tama bugil duluan. Entah siapa yg memulai duluan, tahu-tahu aqu telah berada di tempat tidur dgn buah dada aqu yg dijilati Fifi dgn lincah, bahkan Ana pun juga telah bugil dan sekarang sedang menjilati kemaluan aqu dgn lahap.
“Sst.. Uuh.. Mmh..” rintih aqu keras karena tak tahan diperlaqukan oleh dua orang wanita cantik yg menjilati bagian sensitif aqu.
Beberapa menit kemudian aqu pun tak tahan dan mengalami klimaks yg pertama. Fifi juga minta ganti posisi di bawah untuk kita kerjai yg aqu bagi tugas dgn Ana, aqu bagian menjilat kemaluannya dan Ana bagian buah dada dan bibirnya. Beberapa menit permainan itu kita lanjutkan dgn cara saling berganti posisi.
“Ka.. Sstss.. Geli.. Ahh.. Ssts”
“Ssts.. Mmh.. Jilat yg itu.. Ya..” rintih Fifi yg sedang berjongkok karena kemaluannya dijilat oleh Ana.
“Sstss.. Go.. Yg.. Na.. Sstss..” desis aqu meminta Ana yg kemaluannya sedang aqu gesek-gesekkan dgn kemaluan aqu untuk menggoyg pinggulnya lebih keras.
Permainan demi permainan kita lewati hingga akhirnya aqu meminta Fifi memasang kemaluan plastik yg bisa bergetar itu pada kemaluannya. Bentuknya seperti celana dalem yg di tengahnya ada kemaluan plastik.
“Sstss.. Pelan.. Fi.. Argh..” jerit aqu karena Fifi memasukkan kemaluan buatan itu terlalu cepat pada kemaluan aqu.
“Mmh.. Gimana Ka, enak..?”
“Ssts.. Ya, ayo..” perintah aqu setelah Fifi memasukkan kemaluan plastik itu dan mendorongnya keluar masuk hingga aqu merasa nikmat dan menjepit kemaluan plastik itu dgn keras hingga dinding kemaluan aqu berdenyut-denyut.
“Sstt.. Ayo.. Fi.. Lebih cepat lagi..” pintaqu.
“Sstss.. Mmh.. Sstss.. Argkk..” jerit aqu melengking karena cepatnya Fifi memasukkan kemaluan plastik itu hingga aqu klimaks berulang-ulang yg ditambah lagi rangsangan pada buah dada aqu yg dijilat dan dikulum oleh Vania sembari tangannya tak henti-hentinya juga meremas buah dada Fifi. Kemaluan aqu mengeluarkan lendir berwarna putih, sungguh banyak sekali.
“Lega rasanya, nikmat juga pake kemaluan buatan..”
“Enak tidak rasanya Ka?” tanya Vania pada aqu dgn mimik heran.
“Lho, kamu belom pernah toh An?” tanyaqu.
“Belom tuch, biasanya sich cuma ama cewek saja”
“Nikmat kok rasanya, aqu sering pake kalo lagi tidak ada pasangan” jawab Fifi sembari membersihkan kemaluan plastik itu untuk kita gunakan lagi.
“Gimana An, kamu coba dech, sini biar kucobain buat kamu..” bujukku pada Vania yg kelihatan masih ingin mencoba kemaluan buatan ini selain gaya enam sembilan favorit Vania dan aqu.
Malam itu kita bertiga menguras habis energi untuk bercinta hingga ke kamar mandi, bahkan dgn senangnya aqu bisa memandikan Fifi yg paling muda di antara kita bertiga.
“Pelan-pelan ya masukinnya” pinta Vania cemas.
“Tenang saja, tidak sakit kok” kata aqu meyakinkan Vania yg melihat aqu telah memasang kan celana dalem berkemaluan itu di kemaluan aqu.
Permukaan kemaluan plastik itu ada bintik-bintiknya yg tak beraturan dan aqu juga tak begitu mengerti apa manfaatnya, mungkin saja untuk menambah rasa nikmat bila bersentuhan dgn dinding kemaluan.
“Sst.. Mmh.. Sstss.. Aduh..” jerit Ana pelan karena kemaluan itu terpeleset keluar bibir kemaluannya.
Akhirnya seluruh kemaluan plastik itu masuk ke dalem kemaluan Ana yg masih sempit itu, mungkin Vania masih perawan karena beberapa waktu kemudian sedikit keluar darah. Memang selama aqu bersahabat dgn Vania, Ana jarang bergaul dgn kawan pria, kebanyakan kawan wanita seperti aqu dan yg lainnya. Sedangkan Fifi pergaulannya luas termasuk dgn pria hingga kemaluan Fifi telah sedikit melebar dibandingkan dgn kemaluan aqu dan Vania.
“Na, kamu masih perawan ya?” tanya aqu serius pada Vania.
“Eh.. Iya.. Berarti kamu yg pertama melaqukannya, Sayg” jawabnya mesra sembari mencium aqu dgn lembut.
“Mmh..”
Aqu berusaha maju mundur mengikuti aksi seperti yg di filem BF, para pria memajumundurkan kemaluannya ke dalem kemaluan si wanita. Sembari memasukkan kemaluan buatan, aqu meremas-remas buah dada Ana.
“Sstss.. Ter.. Us.. Sstss..”
“Sst.. Fi.. Ayo..” ajak Ana sembari mengajak Fifi untuk berciuman dgn aqu.
“Sstss.. Sstss.. Mmh..”
Sembari berciuman dgn Fifi, aqu memasukkan kemaluan plastik itu keluar masuk dgn irama yg teratur hingga bokong Vania bergoyg pelan. Rupanya Ana menikmati permainan kemaluan plastik itu hingga meminta aqu agar cepat menaikkan tempo keluar masuknya kemaluan plastik itu dalem kemaluannya.
“Ayo fi, isap puting aqu”
“Iya, Ka..”
“Sstss.. Mmh..” rintih aqu sedikit keras karena Fifi bukan saja mengisap puting aqu, bahkan menggigit puting aqu dgn gemas hingga aqu merasa nikmat dan mendorong kemaluan plastik itu semakin cepat saja.
“Sstss.. Sstss.. Sstss.. Bagi.. An.. Sstss.. Itu..” desis Ana mengarahkan aqu untuk menyodokkan kemaluan itu pada bagian lubang kemaluannya.
Permainan dgn Ana membutuhkan waktu yg lama karena ia menahan irama birahinya hingga pinggul aqu pegal-pegal, kemudian setelah aqu lelah, aqu menyuruh Fifi untuk ganti menindih Vania dgn kemaluan plastik itu.
“Fi, gantian ya, aqu capek nich”
“Ya, ayo sini” jawab Fifi sembari memasang kemaluan itu dan langsung memasukkannya dalem kemaluan Vania dan mereka pun bermain dgn bernafsu hingga Fifi melahap bibir Ana dgn ganas.
Aqu pun menyelipkan tangan di antara buah dada mereka dan meremas-remasnya supaya Ana cepat klimaks. Dan akhirnya Vania melepaskan ciuman Fifi dan memintanya agar lebih cepat.
“Sstss.. Sstss.. Sstss.. Ayo.. Fi.. Cepetan..”
“Aqu.. Sstss.. Mau.. Keluar.. Sstss..” rintih Vania hingga Fifi semakin mendorong dgn cepat kemaluan plastik itu hingga Ana bergerak-gerak liar dan menjepit Fifi dgn kuat.
“Sstss.. Arghh..” jerit Vania melengking karena cairan putihnya akhirnya keluar juga untuk terakhir kalinya.
*****
Pada jam empat pagi baru kita tidur bersama, tentu saja dgn keadaan bugil dan kepuasan yg tiada tara. Dan kembali tour kita lanjutkan untuk wisata ke pantai Sanur dan pantai Kuta.