Aku Melakukan Sex Dengan Primadona Kampus di Studio Latihan
Pak Lingga yang berusia sekitar 40 tahunan mempunyai karakter keras dan disiplin dalam urusan waktu (mungkin karena dia pernah menjadi anggota pramuka), terlambat dari 5 menit saja pintu sudah terkunci, apalagi sekarang saya sudah terlambat 30 menit, untuk titip absen saja kayanya sulit karena Pak Lingga sering mengecek dengan daftar hadir dengan mahasiswanya yang berangkat,
Tersentak dari lamunanku, ternyata tanpa sadar aku sudah berada di gedung kuliah, namun tidak berarti kesulitanku terhenti sampai disini. Ruanganku berada di lantai 6, sedangkan pintu lift yang sedari tadi kutunggu tak kunjung terbuka.
Mendadak, dari belakang terdengar suara merdu menyapaku. “Hai Hendrik..!”
Akupun menoleh, ternyata yang menyapaku adalah adik angkatanku yang bernama Erika.
“Hai juga” jawabku sambil lalu karena masih dalam keadaan panik.
“Kerah baju kamu terlipat tuh” kata Erika. Sadar, aku lalu membenarkan posisi kerah kemeja putihku serta tak lupa mengecek kerapihan celana jeansku.
“Udah, udah rapi kok. Hmm, pasti kamu buru – buru ya?” kata Erika lagi.
“Iya nih, biasa Pak Lingga” jawabku.
“Mmh” Erika hanya menggumam.
Wangi parfum yang kutebak merupakan merk Kenzo intense memenuhi udara dalam lift, sekaligus seperti beradu dengan parfum Boss in Motion milikku. Hmm pikirku, pantas saja Erika sangat diincar oleh seluruh cowo di jurusanku, karena selain ia masih single tubuhnya juga sangat proporsional.
Lebih daripada itu prestasi akademiknya juga cukup cemerlang. Namun jujur diriku hanya menganggap Erika sebagai teman belaka. Mungkin hal itu dikarenakan aku baru saja putus dengan pacarku dengan cara yang kurang baik, sehingga aku masih trauma untuk mencari pacar baru.
Tiba – tiba pintu lift membuka di lantai 4. Erika turun sambil menyunggingkan senyumnya kepadaku. Akupun membalas senyumannya. Lewat pintu lift yang sedang menutup aku sempat melihat Erika masuk ke sebuah ruang studio di lantai 4 tersebut.
Ruang tersebut memang tersedia bagi siapa saja mahasiwa yang ingin menggunakannya, AC didalamnya dingin dan pada jam pagi seperti ini biasanya keadaannya kosong. Aku juga sering tidur didalam ruangan itu sehabis makan siang, abisnya sofa disana empuk dan enak sih. Hehehe
Setelah itu lift pun tertutup dan membawaku ke lantai 6, tempat ruang kuliahku berada. Segera setelah sampai di pintu depan ruang kuliahku seharusnya berada, aku tercengang karena disana tertempel pengumuman singkat yang berbunyi “Kuliah Pak Lingga ditunda sampai jam 12. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Ttd: Tata Usaha Departemen”
Sialan, kataku dalam hati. Jujur saja kalau pulang lagi ke kostan aku malas, karena takut tergoda akan melanjutkan tidur kembali. Bingung ingin melakukan apa selagi menunggu, aku tiba – tiba saja teringat akan Erika. Bermaksud ingin membunuh waktu dengan ngobrol bersamanya, akupun bergegas turun kelantai 4 sambil berharap kalau Erika masih ada disana.
Sesampainya di lantai 4 ruang studio, aku tidak tahu apa Erika masih ada didalam atau tidak, karena ruangan itu jendelanya gelap dan ditutupi tirai. Akupun membuka pintu, lalu masuk kedalamnya. Ternyata disana ada Erika yang sedang duduk disalah satu sofa didepan meja ketik menoleh ke arahku, tersenyum dan bertanya
“Hai Hendrik, ngga jadi kuliah?”
“Kuliahnya diundur” jawabku singkat.
Iapun kembali asyik mengerjakan sesuatu dengan laptopnya. Aku memandang berkeliling, ternyata ruangan studio selebar 4X5 meter itu kosong, hanya ada suaraku, suara Erika, dan suara AC yang bekerja. Secara tidak sadar aku mengunci pintu, mungkin karena ingin berduaan aja dengan Erika. Maklum, namanya juga cowo, huehehe…
Penasaran, aku segera mendekati Erika.
“Hi Erika, lagi ngapain sendirian disini?”, tanyaku.
“Oh, ini lagi ngerjain tugas kampus. Abis dihimpunan rame banget sih ,jadi aku ga bisa konsentrasi.” “Eh, kebetulan ada Hendrik, udah pernah ngambil kuliah ini kan?” Tanya Erika sambil memperlihatkan tugas di layar laptopnya.
Aku mengangguk singkat.
“Bisa ajarin Erika ngga caranya, Erika dari tadi gak ketemu cara ngerjainnya nih?” pinta Erika.
Akupun segera mengambil tempat duduk disebelahnya, sambil mengajarinya cara pengerjaan tugas tersebut. Daripada aku bengong, pikirku. Mulanya saat kuajari ia belum terlalu mengerti, namun setelah beberapa lama ia segera paham dan tak lama berselang tugasnya pun telah selesai.
“Wah, selesai juga. Ternyata gak begitu susah ya. Makasih banget ya Hendrik, udah ngerepotin kamu.” Kata Erika ramah. Iapun menutup laptop Toshibanya dan mengemasnya.
“Apa sih yang ngga buat cewe tercantik di jurusan ini” kataku sekedar iseng menggoda.
Erika pun malu bercampur gemas mendengar perkataanku, dan secara tiba – tiba ia berdiri sambil berusaha menggelitiki pinggangku.
Aku yang refleksnya memang sudah terlatih dari olahraga karate yang kutekuni selama ini pun dapat menghindar, dan secara tidak sengaja tubuhnya malah kehilangan keseimbangan serta pahanya mendarat menduduki pahaku yang masih duduk.
Secara tidak sengaja tangan kanannya yang tadinya ingin menggelitikiku menyentuh kemaluanku. Spontan, adik kecilku pun bangun.
“Iih, Hendrik kok itunya tegang sih?” kata Erika sambil membenarkan posisi tangannya.
“Sori ya” kataku lirih.
Kami pun jadi salah tingkah, selama beberapa saat kami hanya saling bertatapan mata sambil ia tetap duduk di pangkuanku. Melihat mukanya yang cantik, bibirnya yang dipoles lip gloss berwarna pink, serta matanya yang bulat indah membuatku benar – benar menyadari kecantikannya. Ia pun hanya terus menatap dan tersenyum kearahku.
Entah siapa yang memulai, tiba – tiba kami sudah saling berciuman mulut. Ternyata ia seorang pencium yang hebat, aku yang sudah berpengalamanpun dibuatnya kewalahan. Harum tubuhnya makin membuatku horny dan membuatku ingin menyetubuhinya.
Seolah mengetahui keinginanku, Erika pun merubah posisi duduknya sehingga ia duduk di atas pahaku dengan posisi berhadapan, daerah vaginanya yang masih ditutupi oleh celana jenas menekan penisku yang juga masih berada didalam celanaku dengan nikmatnya. Bagian dadanya pun seakan menantang untuk dicium, hanya berjarak 10 cm dari wajahku.
Kami berciuman kembali sambil tanganku melingkar kepunggungnya dan memeluknya erat sekali sehingga tonjolan dibalik kaos ketatnya menekan dadaku yang bidang. “mmhh.. mmmhh..” hanya suara itu yang dapat keluar dari bibir kami yang saling beradu.
Puas berciuman, akupun mengangkat tubuh Erika sampai ia berdiri dan menekankan tubuhnya ke dinding yang ada dibelakangnya. Akupun menciumi bibir dan lehernya, sambil meremas – remas gundukan payudaranya yang terasa padat, hangat, serta memenuhi tanganku.
“Aaah, Hendrik…” Erangannya yang manja makin membuatku bergairah.
Kubuka kaos serta branya sehingga Erika pun sekarang telanjang dada. Akupun terbelalak melihat kecantikan payudaranya. Besar, putih, harum, serta putingnya yang berwarna pink itu terlihat sedikit menegang.
“Hendrik…” katanya sambil menekan kepalaku kearah payudaranya.
Akupun tidak menyia – nyiakan kesempatan baik itu.
Tangankupun meremas, menjilat, dan mencium kedua belah payudaranya. Kadang bibirku mengulum putting payudaranya. Kadang bongkahan payudaranya kumasukkan sebesar mungkin kedalam mulutku seolah aku ingin menelannya, dan itu membuat badan Erika menggelinjang.
“Aaahh… SShhh…” aku mendongak keatas dan melihat Erika sedang menutup matanya sambil bibirnya mengeluarkan erangan menikmati permainan bibirku di payudaranya. Seksi sekali dia saat itu. Putingnya makin mengeras menandakan ia semakin bernafsu akan pekerjaanku di dadanya.
Puas menyusu, akupun menurunkan ciumanku kearah pusarnya yang ternyata ditindik itu. Lalu ciumanku makin mengalir turun ke arah selangkangannya. Akupun membuka jeansnya, terlihatlah celana dalamnya yang hitam semi transparan itu, namun itu tak cukup untuk menyembunyikan gundukan vaginanya yang begitu gemuk dari pandanganku.
Dengan ragu – ragu akupun menjilati celana dalamnya yang basah tersebut.
“Mmhhh… Ooggghh…” Erika mengerang menikmati jilatanku.
Ternyata rasa cairan kewanitaan Erika gurih, sedikit asin namun enak menurutku. Setelah beberapa lama menjilati, ternyata cairan kewanitaannya makin banyak meleleh.
“Buka aja celana dalamku” kata Erika.
Mendengar restu tersebut akupun menurunkan celana dalamnya sehingga sekarang Erika benar – benar bugil, sedangkan aku masih berpakaian lengkap. Benar – benar pemandangan yang indah. Vaginanya terpampang jelas di depan mataku, berwarna pink kecoklatan dengan bibirnya yang masih rapat. Bentuknya pun indah sekali dengan bulunya yang telah dicukur habis secara rapi.
Bagai orang kelaparan, akupun segera melahap vaginanya, menjilati bibir vaginanya sambil sesekali menusukkan jari tengah dan jari telunjukku ke dalamnya. Berhasil..! Aku menemukan G-Spotnya dan terus memainkannya. setelah itu Erika terus menggelinjang, badannya mulai berkeringat seakan tidak menghiraukan dinginnya AC di ruangan ini.
“Emmh, please don’t stop” kata Erika dengan mata terpejam.
“OOuucchh…” Rintih Erika di telingaku sambil matanya berkerjap-kerjap merasakan nikmat yang menjalari tubuhnya.
”Ssshhh…Ahhh”, balasku merasakan nikmatnya vagina Erika yang makin basah.
Sambil terus meremas dada besarnya yang mulus, adegan menjilat itu berlangsung selama beberapa menit. Tangannya terus mendorong kepalaku, seolah menginginkanku untuk menjilati vaginanya secara lebih intens. Pahanya yang putih pun tak hentinya menekan kepalaku. Tak lama kemudian,
“Uuuhhh.. Erika mau ke… lu… ar…” seiring erangannya vaginanya pun tiba – tiba membanjiri mulutku mengeluarkan cairan deras yang lebih kental dari sebelumnya, namun terasa lebih gurih dan hangat. Akupun tidak menyia – nyiakannya dan langsung meminumnya sampai habis.
“Slruuppp…” suaranya terdengar nyaring di ruangan tersebut. Nafas Erika terdengar terengah – engah, ia menggigit bibirnya sendiri sambil seluruh tubuhnya mengkilat oleh keringatnya sendiri. Setelah tubuhnya berhenti bergetar dan jepitan pahanya mulai melemah akupun berdiri dan mencium bibirnya, sehingga ia merasakan cairan cintanya sendiri.
“Mmhh, Hendrik… makasih ya kamu udah bikin Erika keluar.” “kamu malah belum buka baju sama sekali, curang” kata Erika. “Gantian sini.”
Setelah berkata lalu Erika mendorong tubuhku sehingga aku duduk diatas sofa. Iapun berjongkok serta melepaskan celana jeans serta celana dalamku. Iapun kaget melihat batang penisku yang berukuran cukup wah.
Panjangnya sekitar 16 cm dengan diameter 5 cm. kepalanya yang seperti topi baja berwarna merah tersentuh oleh jemari Erika yang lentik.
“Hendrik, punya kamu gede banget…” setelah berkata maka Erika langsung mengulum kepala penisku.
Rasanya sungguh nikmat sekali.
“mmh Erika kamu nikmat banget…” kataku.
Iapun menjelajahi seluruh penjuru penisku dengan bibir dan lidahnya, mulanya lidahnya berjalan menyusuri urat dibawah penisku, lalu bibirnya yang sexy mengulum buah zakarku.
“aah… uuhh… ” hanya itu yang dapat kuucapkan. Lalu iapun kembali ke ujung penisku dan berusaha memasukkan penisku sepanjang – panjangnya kedalam mulutnya.
Akupun mendorong kepalanya dengan kedua belah tangannya sehingga batang penisku hampir 3/4nya tertelan oleh mulutnya sampai ia terlihat hamper tersedak. Sambil membuka bajuku sendiri aku mengulangi mendorong kepalanya hingga ia seperti menelan penisku sebanyak 5 – 6 kali.
Puas ngentot dengan itu ia pun berdiri dan duduk membelakangiku, tangannya membimbing penisku memasuki liang kemaluannya.
“Hendrik sayang, aku masukin ya..” kata Erika bergairah.
Lalu iapun menduduki penisku, mulanya hanya masuk 3/4nya namun lama – lama seluruh batang penisku terbenam ke dalam liang vaginanya. Aah, jadi ini yang mereka katakana kenikmatan ngentot, rasanya ngentot memang enak sekali pikirku. Iapun terus menaik – turunkan vaginanya sambil kedua tangannya bertumpu pada dadaku yang bidang. filmbokepjepang.com
“Pak.. pak… pak.. sruut.. srutt..” bunyi paha kami yang saling beradu ditambah dengan cairan kewanitaannya yang terus mengalir makin menambah sexy suasana itu. Sesekali aku menarik tubuhnya kebelakang, sekedar mencoba untuk menciumi lehernya yang jenjang itu. Lehernya pun menjadi memerah di beberapa tempat terkena cupanganku.
“Erika, ganti posisi dong” kataku.
Lalu Erika berdiri dan segera kuposisikan dirinya untuk menungging serta tangannya bertumpu pada meja. Dari posisi ini terlihat liang vaginanya yang memerah tampak semakin menggairahkan. Akupun segera memasukkan penisku dari belakang.
“aahh, pelan – pelan sayang” kata Erika.
Akupun menggenjot tubuhnya sampai payudaranya berguncang – guncang dengan indahnya.
“Aaahhkk…Hendrik…Ooucchhhkgg..Ermmmhhh” suara Erika yang mengerang terus, ditambah dengan cairannya yang makin banjir membuatku semakin tidak berdaya menahan pertahanan penisku.
“Ooohh…yeahh ! fu*k me like that…uuhh…i’m your bitch now !” erang Erika liar.
“Aduhh.. aahh.. gila Erika.. enak banget!” ceracauku sambil merem-melek.
“Oohh.. terus Hendrik.. kocok terus” Erika terus mendesah dan meremas-remas dadanya sendiri, wajahnya sudah memerah saking terangsangnya.
“Yak.. dikit lagi.. aahh.. Hendrik.. udah mau” Erika mempercepat iramanya karena merasa sudah hampir klimaks.
“Erika.. Aku juga.. mau keluar.. eerrhh” geramku dengan mempercepat gerakan.
“Enak nggak Hendrik?” tanyanya lirih kepadaku sambil memalingkan kepalanya kebelakang untuk menatap mataku.
“Gila.. enak banget Erika.. terusin sayang, yang kencang..” Tanganku yang masih bebas kugerakkan kearah payudaranya untuk meremas – remasnya. Sesekali tanganku memutar arah ke bagian belakang untuk meremas pantatnya yang lembut.
“uuhh.. sshh.. Erika, aku udah ga tahan nih. Keluarin dimana?” tanyaku.
“uuhhh.. mmh.. ssshh.. Keluarin didalam aja ya, kita barengan” kata Erika.
Makin lama goyangan ngentot penisku makin dalam dan makin cepat..
“Masukin yang dalem dooo…ngg…”, pintanya.
Akupun menambah kedalaman tusukan penisku, sampai pada beberapa saat kemudian.
“aahh… Hendrik.. kita keluarin sekarang…” Erika berkata sambil tiba – tiba cekikan vaginanya pada penisku terasa sangat kuat dan nikmat. Iapun keluar sambil tubuhnya bergetar.
Akupun tak mampu membendung sperma pada penisku dan akhirnya kutembakkan beberapa kali ke dalam liang vaginanya. Rasa hangat memenuhi penisku, dan disaat bersamaan akupun memeluk Erika dengan eratnya dari belakang.
Nafasku memburu kencang dan jantungku berdegub semakin tak beraturan dibuatnya, walaupun aku sangat sering masturbasi, tapi pengalaman dikocok oleh seorang cewek adalah yang pertama bagiku, apalagi ditambah pemandangan dua susu montok yang ikut bergoyang karena gerakan pemiliknya yang sedang menocok penisku bergantian dengan tangan kiri dan kanannya.
“Erika.. mau keluar nih..” kataku lirih sambil memejamkan mata meresapi kenikmatan hisapan Erika.
“Bentar, tahan dulu Hendrik..”jawabnya sambil melepaskan kocokannya.
“Loh kok ngga dilanjutin?” tanyaku. Tanpa menjawab pertanyaanku, Erika mendekatkan dadanya ke arah penisku dan tanpa sempat aku menebak maksudnya, dia menjepit penisku dengan kedua payudaranya yang besar itu. Sensasi luar biasa aku dapatkan dari penisku yang dijepit oleh dua gundukan kembar itu membuatku terkesiap menahan napas.
Sebelum aku sempat bertindak apa-apa, dia kembali mengocok penisku yang terjepit diantara dua susunya yang kini ditahan dengan menggunakan kedua tangannya. Penisku serasa diurut dengan sangat nikmatnya. Terasa kurang licin, Erika pun melumuri payudaranya dengan liurnya sendiri.
“Gila Erika, kamu ternyata liar banget..” Erika hanya menjawab dengan sebuah senyuman nakal.
Kali ini seluruh urat-urat dan sendi-sendi di sekujur tubuhku pun turut merasakan kenikmatan yang lebih besar daripada kocokan dengan tangannya tadi.
“Enak nggak Hendrik?” tanyanya lirih kepadaku sambil menatap mataku.
“Gila.. Bukan enak lagi.. Tapi enak banget Sayang.. Terus kocok yang kencang..” Tanganku yang masih bebas kugerakkan kearah mulutnya, dan ia langsung mengulum jariku dengan penuh nafsu.
“Ahh.. ohh..” desahnya pelan sambil kembali memejamkan matanya. Kocokan serta jepitan susunya yang semakin keras semakin membuatku lupa daratan. filmbokepjepang.com
Tak lama kemudian, “aah… Erika aku mau keluar lagi…” setelah berkata begitu akupun menyemprotkan beberapa tetes spermaku kedalam mulutnya yang langsung ditelan habis oleh Erika. Iapun lalu menciumku sehingga aku merasakan spermaku sendiri.
Setelah selesai, kami pun berpakaian lagi. Tak lupa aku mengucapkan terima kasih kepadanya, lalu akupun pulang kekostan setelah mengantarkan Erika ke kostannya menggunakan mobilku. Dialam mobil ia berkata bahwa ia sangat puas setelah ngentot denganku serta menginginkan untuk mengulangi ngentot kapan – kapan. Akupun segera menyanggupi ajakan ngentot dan mencium mesra bibirnya.