Cerita Dewasa – Bersama Tante Mulan – “Loh Tan, udah pulang ?, kirain siapa “ kataku sambil tersenyum kepadanya, namun tidak ada balasan senyuman yang kudapat darinya, ia hanya melihatku dengan pandangan biasa saja, kemudian dari mulutnya keluar kata-kata “Fan, kita pulang sekarang, kamu siap-siap, sekarang juga kita pulang”.
Aku terdiam sambil memandangnya, ada pertanyaan yang akan aku tanyakan kepadanya, namun sulit sekali aku mengucapkannya, karena kulihat wajah Tante Mulan sepertinya tanpa ekspresi dan tampaknya ingin aku menurutinya tanpa banyak bertanya.
Aku bergegas merapikan bajuku, membereskan dandananku, tanpa banyak cakap, memeriksa seisi kamar takut-takut ada yang tertinggal atau terlewatkan.
Setelah memastikan semua beres, aku membantu membawa tas kecil Tante Mulan, mengatakan padanya bahwa semuanya telah siap, dan berjalan mengikutinya keluar.
Kuperhatikan Tante Mulan, wanita cantik yang kukagumi, tampak bergegas melangkah. dengan dandanan baju hitamnya yang seksi, dengan baju terusan yang berbelahan rendah, aku hanya meliriknya sekilas sambil menelan ludah. Sambil melangkahkan kakiku, menuju areal pelataran parkir, banyak pertanyaan menghiasi otakku.
Didalam mobil yang kukendarai, beliau juga tidak banyak cakap, hanya sesekali bergumam, memastikan apakah mobil dalam keadaan laik jalan, sudah cek air, oli atau bensin cukup untuk digunakan sampai tujuan, dan aku hanya menjawabnya juga ala kadarnya.
Ada apa dengan Tante Mulan, ia terlihat tidak seperti biasanya, tidak ceria dan banyak tersenyum seperti Tante Mulan yang kukenal selama ini. Apakah sebenarnya yang terjadi ?
Apakah beliau saat ini sedang berada dalam posisi yang tidak mengenakkannya ? Apa yang telah terjadi saat aku mandi ? Ataukah apa yang terjadi saat Tante Mulan dan Om Herman dalam perjalanan pulang dari kantor Om Herman ?
Apakah Tante Sandra melabrak Om Herman kemudian berimbas kepada Tante Mulan ? Apakah Tante Mulan mengetahui bahwa kami, aku dan Tante Sandra telah memergokinya berselingkuh dengan Om Herman ?
Lalu mengapa Tante Sandra tidak ikut kembali dengan kami ? Ada apa dengannya ? Masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu dipikiranku, namun tak ada keberanian dari diriku untuk bertanya kepadanya.
Kulirik jam ditanganku, jam setengah delapan kurang, kalau perjalanan dari sini menuju kerumah sekitar 3,5 jam berarti kami akan tiba di rumah sekitar setengah sebelas, sedangkan perutku belum diisi sejak siang tadi, duh.. bisa-bisa cacing didalam perutku ngamuk, karena belum mendapat upeti.
Tante Mulan seperti mengerti akan pikiranku, beliau melihat aku melirik jam dan akhirnya mengajakku untuk nanti mampir di salah satu rumah makan bila kami melewatinya.
Sejam perjalanan yang kami lewati dengan keheningan, dimalam ini lalu lintas cukup ramai, mungkin karena bertepatan dengan weekend, sehingga banyak lalu lalang kendaraan dijalan yang kami lalui.
Jarak dari tempat kami tadi memang cukup jauh, melewati perkebunan, sawah dan beberapa kota kecil, akhirnya ketika kami melewati sebuah kota yang cukup ramai, kami memutuskan untuk mencari rumah makan yang dirasa menurut kami cukup enak, aman dan nyaman.
*** Cerita Dewasa – Bersama Tante Mulan ***
Akhirya kami memutuskan untuk berhenti disebuah restoran yang kelihatan cukup mewah, karena menurut Tante Mulan, tempat itu adalah tempat biasa ia makan, bila melewati kota ini.
Memang kulihat tempat itu cukup bagus, banyak mobil-mobil mewah terparkir disana, dan kulihat disebelahnya juga terdapat hotel yang cukup bagus, mungkin kelas melati, namun cukup asri dan mewah untuk sekelas penginapan di kota kecil seperti ini.
Kami makan di restoran itu tanpa banyak berbicara, sampai saat ini aku tidak berani untuk menanyakan apa yang terjadi terhadapnya, aku hanya dapat mengira-ngira saja.
Ada sedikit sesal dihatiku, mengapa Tante Mulan berselingkuh dengan Om Herman, aku sangat menyayangkannya, aku selalu memperhatikan gerak-geriknya yang salah tingkah, beliau sepertinya saat ini agak sungkan kepadaku.
Didalam hatiku ada kecurigaan, sepertinya Tante Mulan mengetahui bahwa aku memergokinya saat tadi Aku dan Tante Sandra berkunjung ke Kantor Om Herman, mungkin Tante Sandra marah besar terhadap keduanya, sehingga Tante Mulan berusaha menghindari keduanya dengan mengajakku pulang cepat.
Aku tersenyum getir, untungnya Tante Sandra telah memuaskanku, memuaskan birahiku, sehingga setidaknya Om Herman telah membayar apa yang telah dilakukannya terhadap Tanteku telah dibayar oleh istrinya.
Dasar aku memang sial, jarang pergi sama cewek cakep, sekalinya pergi dengan wanita cantik sexy didepanku ini malah membuat aku grogi. Restoran yang kami datangi ini adalah restoran continental dengan berbagai macam menu masakan luar negeri.
Kulihat sekeliling sepertinya eksekutif-eksekutif yang berpakaian necis, ganteng, dengan jas, dasi, sepatu mengkilap sedang makan malam disini, belum lagi kulihat, beberapa meja dipenuhi dengan keluarga-keluarga kaya yang turut bersantap.
Sepertinya cuma aku aja yang berani tampil beda, berani malu beda dari yang lainnya, cuma kemeja lengan pendek, dengan celana jeans belel, belum lagi muka yang lecek beminyak, yang membuat orang yakin, percaya dan berani taruhan gede2an kalo aku berpenghasilan gak lebih dari UMR. Sialan.
Dan yang membuatku grogi adalah sepertinya semua mata memandang kami, Tante Mulan yang berpenampilan cantik, sexy dengan berbelahan dada rendah, membuat mata mereka sepertinya sebentar-sebentar kembali melirik kami, jelas ini membuat aku semakin kikuk, jangan-jangan membuat mereka berpikir kalo aku ini adalah pembantunya, kuyaaaa.
Melihat menu restoran semakin membuat aku puyeng, makanan dengan bahasa yang tidak banyak kumengerti semakin membuat aku bingung dalam memilih.
Masa aku mau memilih gado-gado atawa karedok ? Ada sih emang, tapi bukannya itu nanti malah membuat mereka berpikir kalo aku biasa makan di emperor resto ? Emperan trotoar !. Gak la yau..
Akhirnya setelah da..de.. do… aku dengan tegas menunjuk menu makanan jepang shashimi, dengan harapan itu adalah makanan lezat khas jepang seperti di restorant cepat saji yang biasa aku lihat dibrosur2 yang disodori oleh SPG cantik di depan mall-mall, yang biasanya aku comot walaupun mereka tidak menyodorkan ke aku.
(Mungkin mereka menilai dari penampilanku yang dalam pikiran mereka aku gak bakal mampir, gak kuat bayar, padahal sih iya, lah wong aku cuma ngarep di brosur itu mereka naruh nama dan no telp yang bisa aku kerjain, kali aja nyangkut… heheheh… !) .
Ada rasa kaget bercampur haru, kaget dan terperanjat ketika ternyata yang aku pesan adalah makanan ikan mentah diiris-iris dengan dimasukkan ke bumbu cair yang bau dan rasanya seperti air cuka tumpah dicomberan, dan terharu buat orang yang melihat aku salah mesen…. hiks.
Terpaksa deh itu makanan aku makan juga, walau diselingi oleh coca-cola. Sehingga nanti kalo orang tanya bagaimana rasa shasimi aku akan cepat menjawabnya dengan jawaban “ikan mentah rasa coca cola” Hiks..
Kurang dari sejam kami selesai makan, tante Mulan memberi isyarat padaku agar segera pergi untuk melanjutkan perjalanan setelah selesai membayar.
Aku mengikutinya melangkah, namun aku agak kaget kupikir beliau akan menuju mobil untuk kami segera melanjutkan perjalanan menuju pulang, namun beliau malah melangkah kedalam gedung hotel disebelah, beliau memberi isyarat kepadaku untuk mengikutinya. Aku hanya memandangnya dan tanpa banyak bertanya aku bergerak mengikutinya.
“Fan, Tante agak pusing nih, mungkin lebih baik kita menginap disini, besok aja kita melanjutkan perjalanan, kalo dipaksakan tante bisa sakit nih”, katanya kepadaku seolah ingin meyakinkanku. Aku hanya mengiyakannya, dan seakan bahwa ini tidak masalah buatku.
Setelah cekin dilobby, aku mengikutinya masuk kamar, jam menunjukkan kurang dari pukul 9 malam. Entah karena aku juga capek, letih atau apa, menyimpan tas yang kuambil tadi sebelum dimobil kami masuk, melemparkannya dan merebahkan diriku di ranjang, duh, pegel bener.
Mengingat kejadian hari ini memang cukup membuatku letih, ada tambahan tenaga setelah makan tadi, namun aktivitas hari ini cukup membuatku menguras tenaga, kulihat Tante Mulan, merebahkan dirinya di bangku yang tersedia dalam kamar, menyandarkan kepalanya sambil memejamkan mata.
Beberapa saat kami terdiam, aku melangkah bangun menyalakan televisi yang berada didalam kamar, menggunakan remote yang tersedia untuk mencari siaran yang kurasa enak ditonton dan kembali bermaksud merebahkan diri kembali di ranjang, namun langkahku terhenti.
Kulirik Tante Mulan, dan berkata “Tan, Tante sakit ? tiduran aja dulu di ranjang, istirahat “ kataku, sambil melangkah mendekatinya.
Tante Mulan membuka matanya sambil tetap memegangi keningnya, “Iya deh Fan, Tante Mulan istirahat dulu” katanya sambil bangun dan beranjak mendekati sisi tempat tidur.
Aku melihatnya, kami berganti posisi, kulihat beliau membaringkan tubuhnya di ranjang, menggunakan bantal dikepalanya dan berusaha memejamkan mata.
Aku hanya terdiam melihatnya, entah apa yang harus kulakukan, namun sepertinya aku dapat menduga apa yang terjadi padanya, mengalihkan pandangan darinya dan berusaha fokus pada televisi yang aku tonton.
Beberapa lama kami terdiam seperti ini, aku seperti membayangkan kejadian tadi siang, persis seperti yang dialami tante Sandra.
Membuat perutku seperti mendesir, mengingat kejadian tadi siang dimana aku dan Tante Sandra melakukan persetubuhan, kembali aku melirik Tante Mulan, membayangkannya bersetubuh denganku, dan ini membuat dedeku semakin tegang.
*** Cerita Dewasa – Bersama Tante Mulan ***
Berusaha menepiskan segala pikiran dari benakku, kembali memusatkan pikiran ke arah televisi, kulihat tante Mulan, bangun dari ranjang, dan memandangku sambil berkata, “Fan, tante mo mandi dulu ah, mungkin nanti bisa lebih segar”, katanya.
Aku memandangnya dan menganggukkan kepala seolah tak peduli namun seakan memberi persetujuan, namun aku tetap memandang televisi di kamar itu.
Kulihat beliau mengambil sesuatu dari tasnya, mengeluarkan beberapa barang, menaruhnya dekat kaca yang berada disisinya dan kemudian kulihat beliau melangkah ke arah pintu kamar mandi, sambil membawa sesuatu seperti pakaian, memasuki kamar mandi, dan menutup pintunya.
Duh, padahal aku mengharapkan kalo beliau mandi dengan pintu terbuka seperti Tante Sandra.
Beberapa lama aku menunggunya mandi, sambil menonton televisi. Beliau keluar kamar mandi dengan muka tampak segar melangkah keluar, mengenakan penutup pakaian seperti kimono, warna putih.
Dan yang mebuatku deg-degan adalah, beliau mengenakan baju tersebut seperti tidak dikancing atau diikat pinggangnya dan jelas membuat payudaranya seperti hendak mencuat keluar.
Berjalan melangkah ke arah meja berkaca disebelah ranjang tempat tidur, mematut-matutkan diri sejenak.
Kulihat beliau seperti mengambil sesuatu dari pinggiran meja tersebut, seperti strip obat, mengambil beberapa kemudian memasukkan ke dalam mulutnya dan meneguknya dengan air yang telah tersedia disisi lain meja itu.
Aku memperhatikan dan kemudian seperti tidak perduli ada diriku didekatnya, tanpa kuduga sama sekali, beliau memelorotkan baju putih tersebut, membelakangi diriku. Namun hal itu malah membuatku terbengong-bengong.
Memang aku sering melihat dan memperhatikan Tante Mulan dalam keadaan polos tanpa busana, namun biasanya hal itu tanpa beliau sadar bahwa aku ada didekatnya dan atau bila aku mengintipnya, tapi kalau ini jelas beliau tahu aku ada disitu dan jelas-jelas melihatnya dari pantulan kaca didepannya.
Entah, jelas hal ini membuat aku terkesima, memandangnya terus seperti itu mungkin akan membuat aku gelap mata, berpikiran seolah-olah tante Mulan memancing aku, merayu aku untuk menyetubuhinya, aku berusaha memalingkan pandanganku darinya, berusaha menepis bayang-bayang kotor yang kian menguasai pikiranku.
Rambutnya yang agak ikal panjang, disisir kebelakang, kemudian dengan menggunakan cairan yang ada didekatnya, mengusapnya ketelapak tangan, membasuhnya di rambut kepalanya, selanjutnya menyisir kembali kebelakang.
Sesekali kedua tangannya diangkat kearah kepala, memegang kedua rambutnya, dan hal ini jelas membuat kedua payudaranya seperti ditonjolkan keluar, seakan menyuruh aku untuk melihat, memegang dan meminta aku untuk memuji-mujinya betapa indahnya kedua bukit kembar tersebut.
Sering aku berpikiran, bahwa selama ini aku selalu dikelililngi oleh wanita wanita cantik dengan badan yang begitu indah, montok, putih, mulus dan tentu saja di anugrahi 2 buah bukit kembar yang juga montok, besar dan dengan bentuknya yang menggiurkan.
Entahlah, kadang aku heran apakah dengan aku yang jelek, pendek, dengan tubuh yang pas-pasan ini selalu mendapat godaan yang rasanya sulit aku hindari.
Akhirnya tak berapa lama kemudian, beliau berbalik, masih tak melihat ke arahku, diambilnya baju dari dalam tasnya, mengepasnya sebentar dikaca, kemudian memakainya.
Kali ini Tante Mulan kulihat menggunakan Bh warna Pink, wow, begitu serasi dengan kulitnya yang putih, Bh yang kulihat seperti transparant, mengaitkannya perlahan, menarik talinya kemudian mengepasnya agar menutupi seluruh payudaranya.
Kemudian beliau mamakai baju tadi yang dipaskannya, mengangkat kaki kanannya, memasukkan baju tersebut dari bawah menahannya sebentar dipinggang.
Kemudian menariknya keatas, serta memasukkan kedua tangannya agar tali bajunya berada tepat diatas pundaknya.
Tante Mulan, tampak cantik dan anggun dengan memakai baju tersebut. Kulihat beliau layaknya gadis yang masih duduk dibangku kuliah, tidak nampak bahwa usia beliau hampir mendekati kepala 4.
Aku baru sadar, ketika Tante Mulan menyemprotkan cairan pewangi ke tubuhnya, Tante Mulan sangat rapi dan cantik, dan hal itu jelas memberitahukan padaku bahwa Tante Mulan saat ini berencana untuk pergi ke suatu tempat.
Dan tanpa kucegah dari mulutku keluar kata-kata “Tan, mo pergi kemana ? Lah kirain pusing, bukannya tadi katanya gak enak badan ? “ kataku seolah mengomentari penampilannya.
“Udah agak mendingan nih Fan, setelah mandi barusan” sahutnya menjawabku namun masih tetap memandangi wajahnya dicermin, kemudian membalikkan badannya dari cermin setelah memastikan bahwa penampilannya Ok.
Aku tersenyum melihatnya, seperti melihat Moza, Mita atau Mulan yang sering memintaku menilai pendapatnya kalau mereka akan pergi ke pesta atau akan jalan dengan temannya.
“Fan, kita jalan yuk, kita ke sebelah, kan disebelah ada cafe dan music lounge, yuk kita kesana, santai aja sebentar, mo gak ?” katanya sambil tersenyum kepadaku.
Aku agak terkaget mendengarnya, kupikir beliau saat ini hendak kemana gitu, entah kesuatu tempat, keluar dari tempat ini atau sekedar berkunjung ke temannya.
Tempat tujuan yang bosen aku disuruh olehnya. Namun kali ini berbeda, beliau mengajak aku ke tempat dimana aku tidak menyangkanya.
Aku hanya mengjawabnya singkat “boleh” dan tanpa banyak tanya aku mengikutinya berjalan, merapihkan bajuku satu-satunya yang melekat dibadan, agar kelihatan rapih memasukkannya kedalam celanaku.
Tempat itu memang tidak jauh dari ruang kamar kami, diseberang lahan parkir yang ada, agak kebelakang, mungkin saat ini waktu telah menunjukkan pukul 10 lewat sedikit, jadi kulihat areal parkir telah agak ramai dan penuh, lampu hias menyala silih berganti warna, seakan menjadi icon bahwa tempat itu adalah suatu arena hiburan.
Aku menurutinya, mengikutinya masuk, namun aku mendahuluinya ketika kami akan memilih tempat duduk, aku memeriksa ke sekeliling ruangan.
Bagaikan bodyguard yang akan melindungi tuannya, memastikan semuanya aman, aman dari gangguan dan godaan yang mungkin akan menimpa tante Mulanku, memilih dan menuju salah satu meja yang kurasa aman dan nyaman untuk kami berdua.
Aku sengaja memilih posisi duduk yang agak pojok, yang agak gelap namun tidak jauh dari depan panggung, sehingga kami dapat menyaksikan grup pemusik yang akan beraksi di depan.
Seorang waitress menghampiri kami, cantik dengan kemeja warna putih dan celana jeans biru muda, menawarkan kami minuman.
Mulanya aku hendak memesan minuman ringan saja, lumayanlah untuk mengisi suasana sambil mendengarkan alunan musik.
Namun ketika kupandang tante Mulan, kudengar kata-kata keluar dari mulutnya cukup jelas bahwa ia memesan salah satu minuman keras terbaik sambil menyebut salah satu merk terkenal dan memastikan bahwa pesananku sama dengannya. Tercengang aku mendengarnya !.
Aku hanya terdiam memandangnya, sambil memperhatikannya, aku berpikir, apakah tidak salah yang aku dengar dan lihat ? Apakah Tante Mulan kini sudah berubah?
Tante Mulan yang dalam kesehariannya aku tahu, apakah kini telah berubah liar? Apa yang membuatnya demikian ? Apakah ada sesuatu yang sangat membuatnya seperti ini?
Apakah beliau khawatir bahwa perselingkuhannya dengan Om Herman, diketahui oleh Tante Sandra dan akan membuat hal tersebut juga sampai ke telinga Om Mirza? Sehingga hal ini membuatnya stress ?
*** Cerita Dewasa – Bersama Tante Mulan ***
Satu demi satu lagu mengalir dibawakan oleh grup pemusik di depan sana, kulihat tante Mulan, beberapa kali menengguk minuman itu, menghabiskan gelas pertama dengan cepat, kemudian menuangkannya kembali dari botolnya.
Beliau sesekali menyuruhku minum, meminta sebatang cigaret dariku, menyalakannya dan menghisapnya perlahan, agak terbatuk pada hisapan pertama, membuat aku tertawa karena baru kali ini aku melihatnya merokok.
Teguk demi teguk, gelas demi gelas mengalir kedalam kerongkongan kami, seiring lagu demi lagu mengalir, tak terasa menit demi menit berlalu, mungkin 2 jam kami telah berada disini.
Kulihat wajah tante Mulan telah berubah memerah, sepertinya beliau telah mabuk, aku sendiri memang merasa demikian juga, namun aku masih dalam keadaan sadar dan terkendali.
Ketika kulihat mata beliau sudah kelihatan seperti orang mabuk dan kadang berteriak sambil bertepuk tangan diiringi suara tertawa tak karuan, dan meminta lagu kearah depan dengan berteriak namun dengan suara tak jelas meracau, aku berpikir harus bertindak cepat.
Kuraih Tante Mulan dalam pelukannku, perlahan aku mengajaknya berdiri, memapahnya, meninggalkan sejumlah uang untuk membayar tagihannya dan menggiring tante Mulan keluar.
Mulanya tante Mulan menolakku, berkata kepadaku agak keras agar menunggu sebentar lagi, namun aku takut beliau akan semakin tak terkendali, sehingga dengan setengah memaksa aku memintanya untuk kembali ke kamar.
Akhirnya beliau menurutiku, dengan alasan yang kelihatannya masuk akal baginya, aku akhirnya berhasil memintanya kembali ke kamar, dengan diiringi tatapan mata sejumlah pengunjung dan pelayan cafe itu. Aku tak perduli.
Memasuki kamar, Tante Mulan langsung merebahkan diri diranjang, wajahnya tersirat rasa kekesalan, namun entah apa yang membuatnya seperti ini.
Kututup pintu, kukunci dengan maksud agar ia tidak keluar menyelinap kembali ke tempat tadi, kupandang ke arahnya, ia sepertinya berusaha memejamkan matanya, ditutupinya dengan pergelangan tangannya.
Aku juga sepertinya setengah mabuk, kududukkan pantatku disofa, memandanginya, seakan menunggunya bereaksi, mataku kuusahakan juga terpejam.
Kulihat ada gerakan dari tante Mulan, nampaknya ia berusaha bangun, turun dari ranjang, mengambil sesuatu dari tasnya, ternyata beliau hendak mengganti baju yang dikenakannya.
Kulihat ia berdiri disisi ranjang, mencium baju merah yang dikenakannya, membaui ketiaknya, kemudian memelorotkannnya, melepas Bhnya, dan mengenakan baju tidur warna hitam.
Dengan wajah agak merah, akibat pengaruh minuman yang diminumnya, namun itu jelas membuatnya tampak lebih cantik, sexy dan menggiurkan.
Aku melihatnya, memandanginya sejenak, dengan baju tidur warna hitam, tanpa bra, kulitnya yang putih, tampak agak kecoklatan karena pengaruh lampu ruangan yang agak temaram.
Duduk disofa disebelahku, seolah menggodaku untuk menjamahnya, memancing darah lelakiku bergolak, memompa napsu birahiku.
Kusingkirka pikiran itu jauh-jauh, kulihat ia memandangku, menunggu reaksiku, namun aku tak bergerak, berusaha memejamkan mata, menepis bayang2 indah didepanku.
Duh mudah2an aku kuat menghadapi cobaan ini, biar bagaimanapun, walaupun jelas dia bukan muhrimku, namun beliau adalah Tanteku, sepupu jauh dari ibuku.
Kulihat ia bangkit lagi dari sofa disisiku, melangkahkan kakinya kearah pembaringan, membuka lemari pendingin disebelahnya dan kulihat ia mengambil minuman disana, membuka kalengnya dan meneguknya.
Aku memperhatikannya sejenak, ada rasa haus juga menerpa, segera aku bangkit menuju lemari pendingin, mengambil botol minuman yang kurasa cukup untuk menambah rasa peningku.
Kami berdua sepertinya malam ini sama-sama mempunyai persoalan, tapi entahlah, seolah kami tak ingin saling membantu untuk memecahkan persoalan itu.
Seteguk demi seteguk, kuhabiskan minuman itu, membuat kepalaku semakin berat, bergerak limbung, merebahkan kembali tubuhku disofa.
Kulihat Tante Mulan telah tergolek kembali di ranjangnya, memutar-mutar tubuhnya, bolak-balik, layaknya orang yang resah.
Kulihat pakaian tidurnya sudah tidak karuan, bagian dadanya sudah melorot kebawah, dan celakanya kulihat bagian bawahnya tidak menggunakan celana dalam, kini baju tidurnya hanya menutupi bagian pinggangnya saja !.
Tante Mulan memandangku, dengan mata yang sayu, menatapku, “Fan, sini fan, temenin Tante Bobo, badan tante kok panas dingin begini ?” katanya kepadaku.
Mataku kukejap-kejapkan, seolah hendak mengusir pening akibat pengaruh minuman yang kutenggak, memandangnya nanar, berusaha bangkit.
Entahlah apa yang ada didalam pikiranku, seakan blank didalam otakku dan ada iblis yang membisiku untuk memanfaatkan peluang ini.
Melangkah dengan nanar, kubuka baju kemejaku, celana panjangku, dengan hanya bercelana pendek, kurebahkan tubuhku disisinya, mensejajarkan dengan badannya, seakan ingin membuatnya tenang dan berbaring disebelahnya, terpejam.
Rasa pusing akibat minuman keras membuatku lupa diri, ingin tidur pulas namun seolah ada beban dipikiranku, kupejamkan mata dengan menutupinya dengan lenganku, berusaha menepis bayang-bayang kotor yang berkelebat.
Beberapa menit berlalu, hingga…..kudengar sayup-sayup seperti orang menggumam ditelingaku. “Mas, maafkan aku ya ?, jangan marah ya Mas, aku gak akan mengulanginya lagi, Mas … maafin ya mas ?”
Entah ditujukan kepada siapa hal itu, Tante Mulan tak mungkin memanggil aku dengan sebutan Mas, namun siapa lagi orang lain disini yang diajaknya berbicara selain aku.
Dalam kepeningkanku, tak kuhiraukan gumaman dan ocehan2 Tante Mulan, aku tak peduli, yang jelas saat ini didalam otakku adalah berusaha untuk tidur dan berharap pening yang melanda otakku dapat segera hilang.
Namun hal tersebut tak berlangsung lama, dalam kesadaranku yang tidak sepenuhnya, kurasakan disebelahku Tante Mulan bangkit.
Entah apa yang akan dilakukannya, yang jelas saat ini aku hanya fokus pada rasa pusing yang melandaku, tapi ada rasa aneh melanda, aku berusaha membuka mataku yang semakin berat, berusaha melihat apa yang terjadi.
Tiba-tiba kurasakan celana pendekku seperti ada yang menarik, memelorotkannya kebawah, mengeluarkannya dari kakiku, hingga membuatku telanjang bulat, entahlah sepertinya aku tak kuasa untuk menahannya, seperti membiarkannya terjadi, serta menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Aku layaknya cowok lugu, yang tidak mengerti apa yang sedang dan akan terjadi, berusaha membuka mata, namun seakan ngeri untuk membayangkannya, dan berusaha memejamkan matanya kembali.
Kulihat tante Mulan sedang memegang penisku, membelai-belainya, memegang batangnya mengocoknya perlahan, membuat penisku yang semula rebah, bangkit, menegang dan membuatnya mengeras.
*** Cerita Dewasa – Bersama Tante Mulan ***
Ada rasa geli bercampur enak kurasakan, sulit untuk kubayangkan, karena sepertinya ini baru pertama kali terjadi padaku.
Seorang wanita cantik memegang kemaluanku dan membuatnya bangkit, membuat darah kelaki-lakianku bergolak, yang biasanya aku lakukan sendiri, kini dilakukan oleh seorang wanita cantik yang selalu menjadi imajinasiku dalam bercinta.
Terhenyak aku ketika kurasakan rasa nikmat yang sangat, kutundukkan kepala untuk melihat kearah bawah selangkanganku, kulihat saat ini Tante Mulan, layaknya seorang profesional, memegang penisku, mengarahkannya kepada payudaranya, mengocok-ngocoknya, menekan kepala penisku menyentuh puting payudaranya.
Kemudian beliau menaruh diantara keduanya, dibelahannya dan memaju-mundurkan badannya, seakan akan kedua payudara indah, putih, dan montok itu sedang mengurut-ngurut penisku.
Aku hanya bisa mendesah, merasakan kenikmatan yang sulit kubayangkan, penisku semakin menegang.
Tak lama kemudian, seperti ada yang menarik penisku, agar lebih memanjang, mengurutnya perlahan, entah apa yang ada, kudengar lenguhan dan dengusan tante Mulan, perlahan seolah menahan napas dan menghembusnya pelan, Tante Mulan tampak sedang memasukkan penisku kedalam mulutnya !.
Aku menggelinjangkan badanku, merasakan sensasi yang baru pertama kali kurasakan, menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, merasakan kenikmatan yang penuh sensasi.
Aku hanya dapat mengejap-ngejapkan mataku seakan memintaku untuk sadar, bahwa kenikmatan yang kualami ini adalah benar-benar suatu yang real, benar-benar terjadi.
Beberapa menit berlalu, penisku semakin menegang, ketika tiba-tiba penisku serasa dicengkeram, kurasakan Tante Mulan seperti menaikiku, mengangkangkanku seakan ingin menaruh pantatnya diatas penisku, dalam pandangan nanarku kurasakan penisku dipegang dan diarahkan kekemaluannya.
Perlahan namun pasti, Tante Mulan mengarahkan penisku kelubang vaginanya, seolah akan mendudukinya, mencobloskannya, hingga seluruh batang penisku seakan masuk tertelan oleh rongga itu.
Ada rasa hangat dan basah ketika penisku masuk kedalamnya, dalam ketidaksadaranku, aku mencoba meraih tubuhnya, berusaha bangkit dari tidurku, namun aku seperti tak mempunyai tenaga untuk bangkit, tak berdaya, hanya bisa pasrah menerima perlakuan ini.
Tak lama kemudian, kurasakan Tante Mulan dengan bertumpu pada kedua kakinya, menaik turunkan pantatnya, sehingga penisku yang berada dibawahnya seakan-akan keluar masuk, aku hanya bisa mendesah keenakan dan sesekali ikut irama pantatnya dengan mengangkat pantatku.
Pening yang melanda kepalaku seakan menjadi beban tersendiri, menyesal aku tadi banyak minum, sehingga apa yang terjadi saat ini tidak sepenuhnya berada dalam kesadaranku.
Tante Mulan sepertinya juga tidak dalam keadaan sadar, entah apa yang dilakukannya itu, benar-benar terjadi seperti yang diinginkannya atau diluar kesadarannya.
Desahan yang keluar dari mulutnya semakin tidak teratur, terengah-engah, dengan desisan disertai lenguhan dan kata-kata yang tak jelas, terdengar ditelingaku.
Menit demi menit, berlalu kurasakan tante Mulan kulihat semakin liar tak terkendali, baru kudengar dan kualami sendiri, Tante Mulan tampak menggoyang-goyangkan tubuhnya kekiri dan kekanan.
Menggoyang-goyangkan pantatnya naik turun, maju mundur, seakan hendak menggilas penisku dengan pantatnya, seakan kenikmatan yang tiada tara sedang melandanya.
Memelukku, menindihkan badannya diatas tubuhku, sambil tak henti-hentinya menggoyang-goyangkan pantatnya, terus… terus.. dan terus….
Ketika kurasakan cengkraman pada penisku semakin keras, ketika kurasakan adanya goncangan dari tubuh Tante Mulan, ketika kurasakan adanya jeritan dan rintihan yang keluar dari mulutnya, ketika kurasakan adanya getaran yang melanda tubuhnya.
Entahlah mungkin ini sensasi yang pertama kali kurasakan, ada kenikmatan tersendiri ketika melihat raut wajah kepuasan tergambar dimatanya, ketika kulihat beliau menengadahkan kepalanya dengan menjerit dan merintih menandakan telah dicapainya titik klimaks yang diinginkannya.
Tak tahan aku menahan kenikmatan yang kurasakan juga, serasa sesuatu akan meledak dari ujung penisku, ingin mencapai titik kulminasi sama seperti yang dialaminya.
Ketika cengkeramannya semakin ketat, kugapai tubuhnya, berusaha mendorongnya, ingin kuhindari hal yang tak diinginkan, kupaksakan untuk menarik cepat penisku keluar dari lubang kenikmatan itu, menghindari semburan maniku keluar dari rahimnya.
Namun rasanya aku tak kuasa untuk membendungnya, beberapa saat menjelang tercabut dari lubang vaginanya, kurasakan semburan panas melanda, memuncratkan sebagian isinya, didalam lubang kenikmatan tersebut.
*** Cerita Dewasa – Bersama Tante Mulan ***
Kurasakan kami berdua sama-sama lemas, tenaga kami seakan tersedot habis, aku hanya menatapnya, memandang wajahnya.
Wajah tanteku yang cantik, yang selama ini hanya dapat kubayangkan, yang sering menjadi bahan imajinasiku dalam bercoli ria, yang selama ini hanya dapat kunikmati tanpa dirinya mengetahuinya, kini berbalik malah beliaulah yang menikmatiku, dalam keadaan diriku yang setengah sadar.
Sosok cantik kini terbaring didalam pelukanku, rebah diatas tubuhku, dengan wajah terpejam, penuh kepuasan.
Aku mencoba menyadarkan diri, berusaha untuk bangun, mencubit diriku untuk meyakinkan aku bahwa yang kualami ini bukanlah mimpi. Berusaha meyakinkan diriku bahwa wanita yang kini dalam pelukanku ini adalah benar-benar beliau, benar-benar tante Mulan.
Kupandangi langit-langit kamar, kucoba menerawang kejadian-kejadian yang terjadi pada diriku hari-hari terakhir ini. Kulihat wajah bersimbah peluh didadaku, menggeserkannya, memindahkannya, dan merebahkannya disampingku.
Kutatap wajah cantik polos disisiku, memiringkan tubuhku menghadapnya, tampak tante Mulan terpejam, seperti tertidur pulas, wajahnya masih berona kemerah-merahan.
Bunyi napas teratur seperti keluar dari mulutnya, dan tak lama kulihat matanya tampak terbuka sedikit, seperti diriku bertatapan aku dengan matanya.
Namun tak kulihat ekspresi kaget atau apa, yang keluar tergambar dari wajahnya, sepertinya beliau sendiri belum sepenuhnya sadar dengan apa yang terjadi barusan.
Aku memandangi wajah cantik, putih dengan bibir sensual dihadapanku, menatapnya dan menuruni pandangan kebawah, keseluruh lekuk tubuhnya.
Mulai dari lehernya yang jenjang, dadanya yang membusung padat, lekuk pinggangnya dan perutnya yang ramping terjaga, memandangi rambut tipis kehitaman yang tumbuh dibukit kemaluannya, pahanya yang mulus dan dengan betis yang bentuknya bagaikan bulir padi.
Namun sungguh tak kuduga sama sekali memandang hal ini membuat dedeku yang semula rebah, menjadi bangkit lagi !.
Entah dorongan dari mana, ingin sekali kupuaskan diriku lagi. Ingin merasakan tubuhnya lagi, sepuas-puasnya, seakan ada yang mengatakan kepada diriku bahwa mungkin ini adalah kesempatan satu-satunya, kesempatan pertama dan terakhir yang mungkin akan terjadi pada diriku.
Tak lama aku segera bertindak, berusaha membuat tegang dedeku, memegangnya dengan tanganku, mengurut dan mengocoknya perlahan, untuk membuatnya semakin tegang dan mengeras.
Tanpa menunggu lama, aku bergerak menindih tubuh Tante Mulan, menciumi wajahnya, bibirnya, dengan penuh napsu, mengulumnya, memainkan lidahku di dalam mulutnya.
Tak ada reaksi dari Tante Mulan, ekspresi wajahnya seakan pasrah, seakan menyuruhku untuk memuasinya semampu yang aku lakukan.
Aku berpindah mengarahkan ciumanku ke arah lehernya, ketelinganya, memainkan lidahku dicuping telinganya, membuatnya tergetar dan kemudian mengarahkan ciumanku kearah dadanya.
Kukecup pelan dada putih, besar dan montok itu, menciuminya, memainkan lidahku mengelilingi putingnya. Kulihat kepala beliau menengadah, menikmati kembali sensasi yang kuberikan.
Aku hentikan sejenak, namun kulihat diwajahnya seakan memprotes diriku, memintaku untuk meneruskan apa yang kulakukan dan bahkan menginginkannya lebih.
Aku memainkan lidahku kearah putingnya, memasukkan puting coklat kemerah-merahan itu kedalam mulutku, memainkannya dengan lidahku, kuhisap, kesedot dan sesekali kugigit perlahan.
Kuremas payudara itu dengan tanganku berganti-ganti dengan hisapan dan mainan lidahku, membuatnya kelihatan seperti orang yang blingsatan.
Aku menuruni dadanya, mengarahkan ciumanku terus kebawah, mengecup seluruh tubuhnya, mulia dari bawah dada, perut hingga mencapai bukit indah dibawah.
Kucium dan kumainkan lidahku disekitar paha dan kemaluannya, membuatnya menggelinjang karena geli tertahan. Membangkitkan gairahnya kembali, ketika kecupan akan kuarahkan ke selangkannya, kurasakan bagian itu telah basah kembali.
Tak perduli dengan keadaan, kubuka kedua paha yang panjang itu agar terbuka lebar, kususupkan kepalaku diantara kedua pahanya, kumainkan lidahku di sana, dibibir kemaluannya.
Kutengadahkan kepalaku keatas, kepandang wajahnya, kulihat wajah Tante Mulan sudah menggambarkan keinginan yang sangat. Keinginan agar kepuasannya terpenuhi. Kuhentikan sasaran lidahku pada area vaginanya, merangkak naik, meniti tubuhnya.
Kuarahkan penisku kelobang kenikmatan yang telah basah itu, perlahan kumasukkan dan kudorong masuk kedalamnya, sambil kupandangi wajahnya, kulihat Tante Mulan memandangku dengan sayu, seperti tak sadar dengan siapa dirinya bersetubuh.
Ia berusaha mengerenyitkan matanya untuk mengetahui siapa sebenarnya diriku, namun disisi lain seolah meminta kepadaku agar segera melanjutkan apa yang telah aku mulai.
Kedesakkan penisku kedalam rongga kenikmatan itu, memaju mundurkannya perlahan, memegang kedua lututnya, seakan membantuku untuk menahan tubuhnya agar tak terdorong kedepan.
Perlahan kudorong, dan kulesakkan tiba-tiba, seakan aku ingin menyentuh ujung rahimnya dengan kepala penisku, memberikannya sentakan yang membuatnya menjerit tertahan. Kemudian kutarik perlahan dan kusentakkan kembali mendorongnya, berkali-kali.
Aku seakan ingin mengatakan kepadanya, inilah penis terbaik, penis yang mampu memberikan kenikmatan yang lebih baik dibandingkan penis yang dimiliki oleh Om Mirza dan Om Herman.
Kugoyang-goyangkan pantatku kekiri dan kekanan, memberikan irama yang bervariasi kepadanya, memaju mundurkannya, perlahan , makin cepat, cepat, semakin cepat.
Dada tante Mulan seolah ikut berguncang-guncang, payudaranya seakan terbawa arus, kepalanya menengadah keatas, beliau seakan berusaha menahan payudaranya agar tak ikut bergoyang, memegang denga kedua tangannya.
Namun hal ini malah membuat seolah-olah tangannya membantu untuk memberikan kepuasan kepada dirinya melewati remasan-remasan pada payudaranya.
Indah sekali pemandangan yang kusaksikan ini, wajah cantik, body mulus dihadapanku, tersaji dengan siap sedia, memberikan kenikmatan kepadaku dengan tiada taranya.
Aku mendesah tak karuan menikmati sensasi yang kualami ini, sensasi yang biasanya kudapatkan tanpa perlawanan, kini terjadi sebaliknya, dimana wanita yang selama ini menjadi bahan hasrat seksualku kini melayaniku, dengan hasrat birahinya.
Entah berapa lama ini terjadi, kulihat Tante Mulan sudah mengerang tak karuan, merintih, mendengus, melenguh tak terkendali, kepalanya bergoyang ke kiri dan ke kanan seakan kenikmatan yang kuberikan sangat dahsyat.
Aku memandang wajahnya dengan penuh napsu, tiada kata yang dapat kugambarkan saat ini, aku hanya dapat menggumamkan kata-kata “Ouugghh Tante….. Oouggghh…” sambil terus mendorong, menarik, memaju-mundurkan penisku kedalam vaginanya.
*** Cerita Dewasa – Bersama Tante Mulan ***
Bersamaan dengan jeritan dan erangan yang keluar dari mulut Tante Mulan, kurasakan penisku seperti hendak kembali meledak, ingin mengeluarkan cairan putih kental, tak ada kesempatan bagiku untuk berpikir, namun nalarku berjalan cepat.
Ingin segera kutarik keluar penisku dan mengeluarkannya diluar lubang kemaluannya, menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
Ketika saat itu hendak terjadi, Tante Mulan seakan mengerti dan faham, beliau bangkit hendak memelukku, seolah hendak memaksaku mengeluarkan cairan hangat kental itu didalamnya, sehingga aksi yang bertolak belakang terjadi.
Kudengar jeritan tertahan keluar dari mulutnya “Mas”, hanya itu yang sempat kudengar, namun fokus pikiranku berada diujung penisku, kurasakan sesuatu telah melesak keluar, penisku yang semula hendak kutarik keluar dari lubang kenikmatan tersebut, sebelum keluar semua, telah memuncratkan cairan tersebut didalamnya. Ooh……
Terhenyak aku dalam keterkejutan, terdiam, terduduk lemas, menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Kulihat Tante Mulan tampak memancarkan senyum kepuasan, mengatur napasnya yang tadi terengah-engah agar beraturan kembali.
Meletakkan tangan kirinya diatas perutnya sementara tangan kanannya tergolek lemah disamping tubuhnya kepalanya tergolek kekanan, tersenyum dengan mata terpejam.
Aku merebahkan diri disamping kirinya, mensejajarkan tubuhku dengan tubuhnya. Tubuh kami berdua serasa mandi peluh, merasakan hembusan hawa yang keluar pendingin ruangan, menunggu hingga tubuh kami mendingin.
Aku menarik selimut dibawah kaki kami, menutupi tubuh kami yang polos tanpa busana, membuatnya agar tetap hangat. Aku memejamkan mataku, berusaha untuk tertidur. Tak berapa lama kudengar dengkur halus disebelahku, diiringi bunyi napas teratur.
Masih pening kepalaku, berusaha menerawang dan fokus ke satu pikiran, banyak bayangan berkelebat dalam kelopak mataku, semakin lama semakin gelap, gelap dan gelap.
—
Pagi hari, terbangun aku dengan kepala masih terasa berat, kulihat Tante Mulan masih tertidur pulas, matahari mungkin telah meninggi, ada rasa mendesak yang ingin keluar dari ujung penisku, memaksaku melangkahkan kaki ke kamar mandi.
Kubuang air seni dengan derasnya kedalam toilet, kemudian kuputuskan untuk menyegarkan badanku dengan mengguyurnya dengan air, dingin menerpa seluruh badanku, segar.
Entah berapa lama aku melakukan ritual pembersihan badan ini, dari mulai berendam, menyabuninya, menggosok seluruh badan, hingga mengeruk daki yang menempel (dapet kali barang sekilo mah, ada yang minat ?).
Selesai mandi, kulihat tante Mulan juga terbangun, kulihat beliau sama sepertiku ketika aku bangun tadi, layaknya orang linglung, aku mencoba tersenyum kepadanya, dibalasnya dengan senyuman juga, namun terasa hambar.
Dalam hatiku timbul pertanyaan, apakah Tante Mulan sadar dengan apa yang telah kami lakukan semalam, apakah beliau sadar bahwa beliau semalam sangat liar sekali ketika bersetubuh denganku ? filmbokepjepang.com Apakah beliau menyadari bahwa beliau semalam melakukannya dengan aku ? Keponakannya ? Entahlah.
Kulihat Tante Mulan menggeliatkan badannya, seolah berusaha menghilangkan rasa pegal yang melandanya, namun sesaat kemudian beliau seperti terpaku, duduk termenung.
Entahlah, aku tak dapat membaca jalan pikirannya, saat ini yang kupikirkan adalah nasibku, bagaimana nasibku jika seandainya beliau tahu bahwa aku menidurinya ?
Apa yang harus kulakukan jika tiba-tiba saja Tante Mulan menyadarinya ? Entahlah… berusaha aku melepaskan bayang-bayang itu, kulihat Tante Mulan bangkit dari ranjang dan berjalan melangkah menuju kamar mandi.,,,,,,,,,,,,,,,,,,