Cerita Dewasa Seru – Demi Keluarga, Namaku Menjadi Madona

Cerita Dewasa Seru – Demi Keluarga, Namaku Menjadi Madona

Cerita Dewasa Seru – Demi Keluarga, Namaku Menjadi Madona

Comments Off on Cerita Dewasa Seru – Demi Keluarga, Namaku Menjadi Madona

Satu lagi koleksi cerita dewasa seru yang pantang untuk kamu lewatkan. Pasalnya cerita dewasa seru ini merupakan hasil karya seorang penulis yang memang sudah cukup dikenal namanya di forum semprot. Nah berikut adalah bacaan cerita dewasa seru tersebut selengkapnya:

Alex mulai marah, dua hari aku tidak menemuinya. Ini bukan karena aku sengaja, aku demam, aku sudah membalas sms nya tapi ia tidak mau mengerti. Chelsea sementara aku minta tidak masuk sekolah, sudah ijin tiga hari, aku takut Alex kembali menculiknya karena aku melanggar kesepakatan. Tubuhku lelah, aku terbaring di kasur dengan suhu badan yang cukup tinggi. “Chelsea jaga mama ya, papa mau ke toko”, pesan Herman, suamiku, kepada Chelsea. “Iya pa”, jawab Chelsea polos.

Herman lalu mencium kening anak kami, Chelsea. “Beliin kue ya pa”, pesan Chelsea kepada papanya. “Iya sayang…”, jawab Herman memanjakannya. Herman lalu mendekatiku lalu juga mencium keningku, “Cepat sembuh ya sayang”, katanya. “Jangan lupa obatnya diminum”, pesan Herman. Dan kamar kemudian hanya tersisa aku dan anakku Chelsea setelah Herman berangkat ke tempat usaha.

***

“Chelsea kembali ke kamar ya ma, mau belajar”, kata Chelsea polos. “Iya sayang, yang rajin ya”, jawabku. Aku masih ketakutan, Alex terus menelponku, hp sengajaku silent kan agat tidak berisik. Dengan tangan masih gemetaran, kucoba buka hp ku, Alex masih mengirimkan sms ‘HARI INI TERAKHIR GUE KASIH KESEMPATAN, JANGAN KIRA GUE BERCANDA’, isi sms itu semakin membuatku ketakutan.

Aku coba membuatnya kembali mengerti ‘Saya sedang sakit, saya butuh istirahat, tolong mengerti’. Beberapa saat Alex tidak membalas, namun tiba-tiba ia menelpon, aku tidak berani mengangkatnya. Dua kali kuacuhkan akhirnya sms pun masuk, ‘GUE TIDAK PEDULI’. Aku menjadi takut dengan ancamannya, sepertinya dia tidak main-main, apalagi kemarin-kemarin dia sudah berani menculik Chelsea.

***

Ku bangkit dan berpakaian yang rapi, mencoba melangkah walau pun sedikit lemah. Tiba-tiba sms masuk lagi, ‘GUE JEMPUT SEKARANG JUGA’, aku makin takut membacanya, Alex tidak main-main, ia bisa saja ke sini dan menghancurkan keluargaku. Aku segera membalasnya, ‘Aku ke sana’. Segera ku ke kamar Chelsea, ku lihat dia asyik belajar, maka aku tidak menyapanya, aku akan mengendap-ngendap keluar dari rumah ini.
‘TIDAK PERLU, GUE SUDAH OTW KE SANA’, sms lanjutan Alex. Aku harus segera ke depan komplek agar Alex tidak sampai masuk ke rumah, paling enggak aku bisa mencegatnya. Langkah lemahku terus ku paksakan hingga gerbang rumah. Mendekati pagar, segera ku buka sendiri agar aku bisa mencari taksi untuk membawaku ke tempat Alex.

Tiba-tiba, sebuah mobil sedan hitam mendekatiku, Toyota Camry, elegan sekali, lalu kaca jendelanya turun di bagian sopir. “Ayo ikut!”, kata seorang pria yang mengenakan kaca mata hitam dan berjas hitam, ia menyuruhku masuk. Sial, dia adalah Alex, ia benar-benar datang menjemputku.

Kupandangi kiri kanan, tidak ada yang memperhatikanku, kupandangi ke arah rumah, semoga Chelsea tidak mengetahuinya, aku pun masuk ke dalam mobil Alex. “Wajahmu terlihat pucat”, kata Alex sambil memandangiku dari arah spion tengah.”Aku demam”, jawabku ketus. “Wah, ternyata benar toh”, balas Alex sambil tersenyum.

“Jadi, hari ini kita ke mana?”, tanyaku kepada Alex, karena hari-hari sebelumnya aku diperalatnya menjadi wanita pemuas nafsu seks. Alex mengancamku dengan menculik Chelsea, anakku, ia bisa saja membunuh Chelsea bila aku tidak menuruti maunya. Dendam Alex berasal dari masa lalu ku, perselisihannya dengan Herman, suamiku, membuat derita tanpa ujung. “Lex, aku ingin mohon sesuatu…”, kataku memohon. “Apa itu?”, tanya Alex. “Apa bisa kita akhiri semua?”, tanyaku. “Hahahaha”, Alex tertawa sambil terus menyopir, entah akan ke mana ia kini membawaku.”Lu pikir mau menyogokku dengan apa?”, ia bertanya. “Aku akan ikut kamu selamanya”, aku memberikan sebuah pernyataan yang cukup membuat Alex kaget. Ia terlihat serius, wajahnya langsung tegang, “Bagaimana kamu lakukan?”, tanya Alex. “Asal kamu jauhi Chelsea dan Herman, aku rela ikut kamu”, kataku.

Sepanjang perjalanan aku dan Herman membuat kesepakatan, Alex punya sebuah ide cemerlang. Ia adalah pakarnya, layaknya seorang mafia yang bisa melakukan kejahatan apapun bila ia inginkan. Aku pikir umurku juga tidak lama lagi, belakangan ini aku sering sakit-sakitan, anak dan suamiku akan kehilanganku karena penyakitku. Kami kemudian setuju, Alex menjauhi keluargaku, namun aku harus mengenakan identitas baruku. Agnes Monica akan segera terhapus dari daftar orang hidup.

Alex membawaku ke sebuah gedung besar, beberapa pria menjemputnya lalu mereka berbincang, mungkin sebuah rencana yang akan membuat hidupku lebih menderita. Setelah itu Alex lalu mendekatiku, “Tenang, suamimu akan segera mengetahui kematianmu, mulai hari ini aku panggil kamu Madona”, kata Alex lalu disambung, “Karena kamulah Primadonaku… Hahahahaha”, ia tertawa keras lalu memegang tanganku dan mengajakku masuk.

Aku tidak tahu apa yang telah Alex rencanakan unutk membuat semua yakin kematianku. Kini aku resmi menjadi budaknya secara utuh. Badanku masih lemah karena sakitku. Alex memaksaku mengenakan baju seksi yang ada dalam di ruangan, ruangan yang penuh dengan pakaian dan perhiasan, aku boleh memilih apa saja untuk ku pakai, asal aku terlihat seksi.

Setelah selesai, Alex kemudian membawaku sebuah ruangan lagi. Ada empat wanita cantik berpakaian seksi duduk di sana, dinding ruangan itu dari kaca, aku di suruh duduk di sana bersama para gadis itu. Ini seperti yang pernah aku dengar, akuarium wanita, ini sudah pasti bisnis Alex, memperdagangkan wanita, dan kini aku masuk dalam daftar wanitanya. Aku tak menyangka dendamnya padaku hingga sedalam itu, ia puas melihatku begini, senyumnya lebar melihatku berada dalam ‘akuarrium’ ini.

Kemudian kulihat ada banyak pria melihat ke arah akuarium, mereka seperti sedang memilih kamu, para om-om mesum itu terus memperhatikan kami dari luar akuarium. Entah apa yang Alex bicarakan mereka, tapi nampaknya seperti tawar menawar. Aku tahu sebentar lagi pasti ada transaksi di antara mereka, dan para wanita di dalam sini sebentar lagi diharuskan melayani pria yang berhasil membayar harga yang paling tinggi.

***

Lalu Alex meminta kami keluar dari sana, masing-masing diperintahkan menuju nomor kamar yang disebutkannya. Aku mendapat nomor 203, itu adalah kamar di mana pelanggan yang sudah berhasil membayar Alex dengan harga yang ia mau. Badanku masih capek, kepalaku sedikit pusing, dengan perlahan aku berjalan ke arah kamar itu.

‘TOK TOK TOK’ aku mengetuk pintu. “Ya, masuklah”, seorang pria membuka pintu dan mempersilahkanku masuk. Astaga, dia bukan sendirian, ada lima pria lain di dalam sana. Kakiku langsung terasa lemas, para pria itu semuanya berbadan gempal, rata-rata mungkin berumuran 4mpat puluh hingga lima puluh tahun. “Kok rame?”, tanyaku ketakutan. Badanku gemetaran melihat tatapan mesum para om-om cabul itu. “Iya, kami patungan”, jawab salah satu pria. “Hahahaha”, beberapa pria yang sudah menunggu di ranjang tertawa terbahak-bahak. “Alex minta dua puluh juta, kami rasa itu tidak masuk akal untuk sekali main…”, jawab satu pria. “Yup, kita patungan hingga dua puluh lima juta, dan Alex memperbolehkan kami menggangbangmu untuk malam ini”, jawab pria lainnya lagi.

Aku ketakutan, melihat mereka yang sudah nafsu, kakiku semakin lemas. Para pria itu segera membuka pakaian mereka. Sedang pria yang membukakan pintu kemudian langsung menarik tanganku untuk menuju ke ranjang. “Loh, tanganmu kok panas?”, tanya pria yang memegangi tanganku itu. “Saya sakit mas…”, jawabku meminta belas kasihan. “Pantesan wajahmu agak pucat..”, jawabnya lalu mendorongku ke ranjang.

Para pria itu langsung mengerumuniku, mereka dengan bringas langsung saja melucuti pakaianku. “Lepaskan aku…”, pintaku sambil menendangkan kakiku. “Tangkap kakinya!”, perintah salah satu pria. Mereka kemudian menangkap kaki ku hingga aku tidak bisa bergerak. Pakaianku mereka lucuti hingga tersisa bra dan celana dalamku saja.
“Putih ya”, puji salah satu pria yang naik ke atas tubuhku. Ia lalu membelai pipiku, “Cantik banget…”, ia terus memandangi wajahku. Kemudian ia membelai rambutku yang hitam nan panjang, “Alex bilang namamu Madona ya?”, tanyanya, lalu mendekatkan wajahnya ke wajahku. “Harum…”, kata pria itu. “Nama yang bagus…”, lanjutnya lalu menciumi pipiku.

Pria lain yang memegangiku mulai bersorak, “Amoy yang ini cantik bagai artis…”, kata mereka sambil meraba-raba tubuhku. “Ga perlu nangis…”, kata pria yang menindihku, “Kita kan senang-senang”, lanjutnya. Pria itu mulai menciumi bibirku, aku tidak bisa menolak, ia menindihku dengan kuat hingga aku hampir tidak bisa bernafas.

Puas menciumi bibirku, ia pun berjongkok tepat dekat di daguku, ia mengarahkan penisnya ke mulutku, “Puaskan aku…”, ia memintaku untuk mengulum penisnya. Kepalaku pusing, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti permintaan mereka. Dengan sangat terpaksa akupun membiarkan penisnya masuk ke dalam mulutku. Perutku sedikit mual, demamku yang masih tinggi ini tidak membuat mereka prihatin untuk melepaskanku.

Pria lain sudah bertindak lebih dari tadi, mereka mulai melepaskan bra dan celana dalamku. Susuku yang tepat berada di belakang bokong pria yang ku kulum penisnya ini, terus diraba para pria lainnya. Sesekali mereka mencubit putingku. Sedangkan pria lain juga ada yang meraba-raba bagian vaginaku. Geli rasanya, mereka menggunakan jari-jarinya untuk menyentuh vaginaku. Klitorisku dimainkan mereka dengan bergantian jari.

Tubuhku capek sekali, mereka terus begitu hingga beberapa menit, hingga pria yang kusepong penisnya merasa cukup. Belum berejakulasi, ia langsung menarik penisnya dari mulutku. “Sial, hampir saja gue semprot”, katanya ternyata ia tidak ingin cepat-cepat berejakulasi. Ia lalu turun, dan digantikan pria lain yang langsung menyodorkan penisnya kepadaku. Pria yang tadi ku sepong sudah turun dan menuju ke arah kaki ku, ia bersama pria lain kemudian mengkobel vaginaku. Mereka menusukkan jari jemari mereka terus menerus ke dalam lubang vaginaku. “Gue maunya semprot dalam sini, hahahaha”, kata pria tadi.

Beberapa menit mereka mengocokkan jarinya di dalam vaginaku, hingga pria yang pertama ku sepong meminta jaah terlebih dahulu untuk menyodok vaginaku. Ia langsung menusukkan penisnya ke dalam vaginaku, sakit sekali, aku bahkan tidak bisa merintih karena mulutku disumbat penis pria lainnya. Pria itu mulai menggenjot vaginaku, sedangkan yang lain sedang asyik menyedoti susuku, sambil menunggu antrian untuk naik ke atas mulutku.
***
Lima belas menit ada pria itu menggenjot vaginaku, sedangkan mulutku sudah melayani empat batang penis. Aku terasa mual, ada satu pria yang tidak tahan dan kemudian berejakulasi di mulutku, pria itu meminta aku menelan semua sperma yang masuk ke dalam mulutku. Aku sedikit jijik, bau amis sperma itu semakin membuat kepalaku pusing. Perutku bergejolak mual-mual, apalagi tubuhku terus digoyang dari arah vagina.
“HOEK”, aku seperti ingin muntah, namun tidak keluar. Pria yang mengambil giliran selanjutnya tertahan, ia taidak jadi memasukkan penisnya ke mulutku. “Hei, jangan coba-coba muntahin sperma ku ya!”, kata pria tadi yang menyemprotkan spermanya di mulutku. “Saya sakit mas…”, kataku. Pria yang tadi hampir tidak jadi minta sepong, kemudian naik lagi, dan memasukkan penisnya ke mulutku.
Pria yang menggenjot vaginaku sudah menarik penisnya, ia sepertinya sudah menyemprotkan sperma di vaginaku, “Asyik nih…”, katanya lalu memberikan posisinya kepada pria lain. Pria lain yang sudah ku sepong penisnya, sudah mengantri untuk menusuk vaginaku dengan penis mereka. Aku sedikit menangis karena kondisi tubuhku yang panas ini harus diperlakukan begini. Aku capek, kepalaku pusing, mataku berkunang-kunang, dan perutku mual-mual.
***
Tiga puluh menit sudah ku rasa, pria kedua pun mengenjang dan berhasil menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku. Sedangkan mulutku sudah sedikit aman, semua pria sudah ku sepong, mereka sudah puas. Kini mereka hanya mengincar vaginaku, selain menciumi bibir dan susuku.
Pria ke tiga mengambil posisi selanjutnya, terasa sekali penisnya menusuk masuk ke liang vaginaku. Aku sudah tidak bisa tahan, keringan dingin kemudian bercucuran, aku rasa kondisiku akan semakin memburuk. Mual-mual terasa hingga aku pun muntah, “HOEKK….”, semua yang ada di dalam perutku termuntah keluar hingga mengotori sekitar mulutku. Para pria melihat jijik ke arahku, mereka sedikit mundur karena bau muntahanku sangat menyengat. Mereka membiarkan ku terkapar, dengan penuh muntahan di sekitar wajahku dan mengotori rambutku.
***
Mereka tanpa pedulikan keadaan aku, para pria itu malah berbaris menjauh, mereka ada di belakang pria yang mengenjot vaginaku, mereka berantrian rapi di sana. Tubuh lemah sekali, semakin mencium bau muntahan ini semakin mual pula aku hingga ingin muntah lagi. Namun perutku sudah kosong, muntahanku pun menyakitkan sekali, perutku sakit memaksakan aku harus muntah lagi. Pria ketika terus menggenjotku tanpa peduli hingga ia berejakulasi dan sama seperti temannya lagi, menyemprotkan sperma di dalam vaginaku.
Aku hanya bisa pasrah, membiarkan pria-pria itu terus-terusan menggagahiku, inilah pilihanku, menyelamatkan Chelsea dan Herman dengan resiko seperti ini.
Sudah enam penis masuk ke vaginaku bergantian, mereka seperti belum puas dan kembali bergiliran lagi. Kini mereka menarikku lebih ke ujung kasur, lalu sedikit mengangkat kakiku, dengan penisnya ia mencoba menemukan lubang anus ku. “Jangan mas…”, pintaku, namun mereka tidak menghiraukan.
Kini mereka secara bergiliran menggenjotku dari lubang anusku. Mereka tidak mau lagi menyentuh wajahku yang kotor karena muntahanku, mereka hanya berfokus di vagina dan anusku. Berjam-jam mereka bergiliran menusukkan penis mereka di vagina dan anusku.
***
Berjam-jam aku terus digagahi, hingga mereka merasa puas dan meninggalkanku yang lemah dan tak berdaya ini. Kepalaku masih pusing, penyakitku sudah sangat menyiksa diriku, kembali aku memuntahkan sesuatu yang cair dan bau. Tanpa pakaian dengan badan mengigil, aku seorang diri dalam ruangan. Aku berdoa agar jika aku pergi nanti, semoga Herman dan Chelsea bisa hidup bahagia tanpaku.
***
Tiba-tiba pintu terbuka, Alex datang bersama seseorang, pakaiannya putih, sepertinya dia seorang dokter. “Hei, Madona, pelangganku bilang kamu sedang sakit berat, ini saya bawakan dokter, biar lekas sembuh ya”, kata Alex sambil menyuruh dokter itu memeriksaku.
“Jaga dia dok, usahakan dia bisa sembuh beberapa hari ini”, kata Alex. “Aku tidak mau dia malah menyusahkanku”, cetus Alex merasa aku ini merugikannya. Dokter itu pun langsung memeriksaku ketika Alex meninggalkan ruangan.
“Demammu sangat tinggi, semoga aku bisa menanganinya”, kata dokter itu. “Dok, tolong suntik mati aku saja”, kataku. Dokter itu geleng-geleng dan menjawab, “Aku seorang dokter, aku menyembuhkan yang sakit, bukan membunuhnya”, jawabnya. “Hidup ini perlu kita jalani walau betapa beratnya, aku harap kamu bisa segera sembuh dan lebih tegar”, kata dokter itu setelah memberikan sebuah suntikan di lenganku.
“Mari ku bantu untuk membersihkan diri”, kata dokter itu sambil menarikku bangun. Ia kemudian membopongku hingga ke kamar mandi yang berada dalam ruangan. Aku capek, aku membiarkan dokter yang cukup tua itu memandikanku, ia memoleskan sabun disekujur tubuhku, meraba-raba tubuhku, aku rasa ia sedikit terangsang ketika ia memandang tubuhku sambil menelan ludah.

Selesai membersihkan tubuhku, ia memakaikan handuk, memintaku duduk di kursi dan ia mulai membersihkan kasur. “Alex memberikan ruangan ini untukmu, sementara istirahat dulu hingga kamu benar-benar sembuh”, katanya lalu ke arah lemari dan mencarikan baju untukku.
“Alex minta aku menjagamu beberapa hari ini hingga kau sembuh, asal kamu menuruti perintahku, aku yakin kamu akan cepat sembuh”, kata dokter itu sambil menyiapkan obat-obatan padaku. Setelah minum obat, aku pun terlelap di kasur yang sudah dibersihkan oleh dokter tua itu.
***
Aku terbangun paginya, pikiranku sedikit lega, tidak begitu pusing lagi. Obatnya bekerja, dokter itu melakukan tugasnya dengan baik. Namun aku sedikit tersentak kaget ketika menemukan dokter itu ternyata tidur di sebelahku, dan tanpa pakaian. Entah apa yang ia lakukan ketika aku tertidur, entah dia meniduriku atau tidak, namun ku cek pakaianku masih utuh.
“Oh, sudah bangun?..”, tanya dokter yang juga terbangun. “Sorry, semalam melihatmu terpulas, aku terpaksa ikut tidur juga”, katanya lalu bangkit dan mencari pakaiannya. “Apa yang dokter lakukan?”, tanyaku. “Ah, tidak, cuma sedikit mengoral saja, aku tidak melakukan apapun terhadapmu”, katanya. Mungkin ia beronani ketika aku tertidur pulas.
“Saya akan siapkan obatmu lagi”, kata dokter itu yang terlihat sedikit salah tingkah. “Dokter boleh saja meniduri aku, aku Cuma budak seks di sini”, jawabku. “Tidak, aku punya keluarga…”, jawab dokter itu. “Aku tidak bisa mengkhianati istriku yang sedang menungguku di rumah”, katanya sedikit bijaksana.
***
Beberapa hari itu, aku terus dirawat oleh sang dokter. Aku membiarkannya memandikanku, meraba-raba tubuhku, meremas buah dadaku, membelai vaginaku, dan menciumi bibirku, namun ia tidak mau mengagahiku. Karena kebaikannya telah merawatku hingga aku lebih baik, aku pun membiarkannya sedikit menikatiku, seperti membiarkannya beronani tepat di depanku yang tanpa pakaian, kadang-kadang aku pun membantunya beronani dengan menyepongnya. Dokter yang baik dan hebat, aku yang sudah pasrah dengan penyakitku kini memiliki sedikit harapan.

“Setelah kamu sembuh, aku akan meninggalkan tempat ini, menunggu panggilan Alex lagi”, kata dokter itu. Hari ini kami sarapan pagi, sang dokter makan di meja dengan sepotong sandwith dan jus orange, sedangkan aku menyepongnya di bawah meja, dengan meminum semua air spermanya. Hampir tiap hari kami lakukan hingga aku benar-benar sembuh dan sang dokter bisa kembali ke pelukan keluarganya.

TAMAT

Memang cerita dewasa seru diatas cukup pendek! Namun dengan alur yang cukup baik seperti itu rasanya memang cerita dewasa seru ini adalah bacaan terbaik malam ini. jangan lupa mampir gan ke www.filmbokepjepang.net

MONA4D

PutriBokep

Create Account



Log In Your Account