Pagi itu, selagi makan bakso aku duduk didepan rumah sebelah sekolah itu. Kebetulan gak ada ibu- ibu yang ngerumpi didepan sekolah. Rumahnya besar juga, cuma sepi seakan gak ada penghuninya. Selagi makan bakso, keluarlah seorang bapak-bapak, wah ganteng juga, tinggi dan tegap badannya, atletislah pokoknya. Suka aku ngeliat si bapak ganteng itu. Dia membuka pintu pagernya dan menyapaku. “Kok makannya disitu, kan deket tong sampah”. “Gak apa kok pak”, jawabku sambil memberikan senyumku yang paling manis. “Duduk diteras aja yuk, aku juga mo makan bakso kok”, dia pesen semangkok dan mempersilahkan aku masuk. Aku ikutan masuk kerumahnya, mumpung lagi sepi, kalo enggak pasti aku akan digosipin ma ibu-ibu. “Pak, gak enak nih, nanti saya jadi sumber gosip ibu-ibu”. “Kan kita cuma duduk diluar aja, gak masuk ke rumah. Kalo ada ibu yang laen, nanti aku tawarin makan bakso juga deh biar gak digosipin.
Aku Pramono”. “Saya Dina pak”. Sambil makan bakso kami ngobrol aja, sampe selesai makan bakso gak ada ibu-ibu yang menampakkan diri. Ngobrol ma si bapak menyenangkan sekali, mana orangnya ganteng, pinter cerita yang lucu-lucu sampe aku terpingkel-pingkel. Memang sih, guyonannya mengarah ke hal-hal yang berbau sex, tapi biasanya kan guyonin sex malah asik kan. Dia seorang pengusaha, keluarganya tinggal dikota laen karena isterinya harus meneruskan usaha ayahnya yang telah meninggal dunia. Jadi si bapak tinggal sendirian dirumah yang besar itu. Sebulan sekali dia pulang kerumah istrinya. Nyetor kali. ketika sekolah dah bubaran, aku pamit. “Besok-besok kita ngobrol lagi ya pak, itu anak yang saya tungguin dah selesai sekolahnya”. “Dah tinggal aja mangkok baksonya, aku yang bayar sekalian. Boleh dapet nomer hpnya gak Din”. Aku memberikan nomer hpku, dan meninggalkan rumah itu. “Makasih ya pak buat baksonya”. Aku memboncengkan anak yang kujemput dan melambai ke si bapak yang nungguin aku dipintu pagernya. Sejak pertemuan itu beberapa kali aku ngobrol dengan si bapak karena kayaknya dia jadi nungguin aku pada hari aku nganter sekolah. Memang sekolahnya gak tiap hari. Cuma mesti kucing-kucingan sama ibu-ibu yang laen supaya gak digosipin, kalo rame ya aku cuma memandangin dia dari jauh aja, si bapak mengerti dengan kondisi itu. Pada pertemuan terakhir, si bapak bilang. “Din, biar kita ngobrolnya lamaan, kamu kesininya jangan pas sekolah dong. Kan gak ada ibu-ibu yang liat kamu ngobrol dengan aku”. “Liat aja ya pak, Dina belon bisa janji”. “Nanti deh aku kontak kamu di hp”.
Besoknya ada sms dari si bapak yang minta aku dateng kerumahnya. Aku jawab gak ada motor karena dipake yang punya rumah. Dia jawab lagi, naik taksi aja, nanti dia yang bayar. Karena dia mendesakku terus, akhirnya aku iyakan ajakannya. Aku pamit ma keluargaku mo ke rumah temen dan menuju ke rumah si bapak pake taksi. Dia dah nunggu didepan rumah. Dia membayar ongkos taksinya, lalu mengajakku masuk kerumahnya. Dia menutup pintu rumahnya. “Kok sepi pak rumahnya, gak ada pembantu?” “Pembantu kan gak tiap hari datengnya, 2 hari sekali, kerjanya cuma mbersihin rumah dan setrika pakean. Cuci pakean kan pake mesin cuci. Untuk makan aku siapin sendiri, seringnya kan aku makan diluar ”. “Ketika ngobrol ma Dina, Dina gak pernah liat tuh ada pembantu”. “Dia kan kerja didalem, kita kan ngobrolnya diluar”. “Hari ini bukan jadwalnya pembantu kerja ya pak”. “Enggak, biar gak ganggu acara kita”, dia tersenyum. “Mangnya kita mo bikin acara apa pak”. “Gak ada apa-apa kok, cuma mo ngobrol bebas aja, Kamu tu seksi sekali deh Din”. Wah mulai ngegombal ni bapak.
Memang sih, aku kalo jemput tu anak suka pake blus dan jins yang ketat sehingga bentuk bodiku tercetak dengan jelas. Dari sononya, dadaku dihiasi dengan sepasang toket yang montok dan kenceng, pinggangku ramping dan pantatku membulat, sehingga kalo aku jalan, pantatku ngegeyol mengikuti irama langkahku. Pahaku juga langsing proporisonal lah dengan tinggi badanku yang rata-rata. “Masak sih pak, rasanya Dina biasa- biasa aja deh”. “Toket kamu besar ya Din, asik dong pacar kamu”. “Dina gak punya pacar kok pak”. “Di kota asalmu juga gak ada?” “Ada, cuma pacaran jarak jauh kan gak sik pak”. “Mangnya ngapain aja kalo pacaran”. “Ya biasalah pak, kayak bapak gak pernah muda aja”. “Ramah dong”. “Maksudnya”, aku gak ngerti arah ucapannya. “Rajin menjamah maksudnya”. Aku senyum-senyum saja. “Suka diremes-remes kan. Mana tahan cowok kamu liat toket montok gini”. “Ihhh bapak, tau aja”. “Kan kamu yang bilang kalo aku kan pernah muda juga. Mo nonton dvd gak Din, ada film seru neh”. “Seru pa saru pak”, aku guyon. “Seru dan saru, aku pasang ya”. Ternyata yang dipasang adalah dvd bokep, prempuannya orang Asia, Thai kayanya, kecil, imut dan lelakinya bule. “Ih pak, bule punya gede panjang gitu ya, apa muat tuh di ceweknya yang imut banget”. “Ceweknya bukan imut, tapi bersebelahan ma bule tinggi besar ya jadi kliatan imut”. Aku terangsang juga melihat adegan ngemut yang sedang dilakukan si cewek. “Suka ngelakuin gini juga ma cowok kamu”. Aku terdiam menikmati adegan demi adegan yang sangat merangsang. Dia rupanya tau kalo aku dah mulai terangsang, dia menggeser duduknya ke sebelahku di sofa. “Dah napsu ya Din. Prempuan yang kumisan kaya kamu pasti napsunya besar”.
Memang diatas bibir mungilku ada kumis halus yang cukup jelas terlihat. Aku biarkan saja kumis halus itu sebab kalo dicukur khawatirnya jadi makin kasar. Mana lagi kumis gak merusak penampilanku kok, malah si bapak seneng kayanya ma kumisku. “Bapak sok tau ah”. “Tuh buktinya kamu, baru liat bokep sebentar aja, duduknya dah gak tenang, dah gatel ya Din”. Aku dirangkulnya, pipiku diciumnya. “Kamu cantik Din”, ketika aku menoleh kearahnya dia langsung saja menyamber bibirku dengan bibirnya. Aku diciumnya dengan penuh napsu. “Aku terangsang sekali deh Din liat bodi kamu seksi gini”. “Pak….”, aku hanya melenguh saja karena kembali bibirku dikulumnya dengan penuh napsu. Tangannya segera menyamber toketku, dielusnya pelan dari luar blusku. Aku jadi menggelinjang, melihat aku menggelinjang, dia mulai meremas pelan toketku sehingga aku makin menggelinjang. Pinter sekali dia merangsang napsuku. “Dah lama gak ngelakuin ya Din”. “Ngelakuin apa pak?”. “Maen”. “Maen apa pak?”, aku pura-pura gak ngerti arah pertanyaannya. “Ngentot”, katanya to the point. “Ya mo ngelakuin ma siapa pak, kan cowok Dina gak disini”. “Ma aku aja ya”, kembali dia mengulum bibirku sembari meremas gemas kedua toketku bergantian.
Tangannya kemudian mulai mengelus-elus pahaku. Pahaku dikangkangkan dan elusannya mengarah keselangkanganku. Karena masih pake jins tebal, gosokan di selangkanganku gak terlalu terasa. Dvd bokep makin seru, si bule lagi ngegenjot kontol gede panjangnya di memek ceweknya. Aku sudah terangsang sekali karena tontonan dvd dan elusan tangan si bapak. “Lepasin ya pakean kamu, biar kerasa elusanku”, dia tau rupanya kalo gesekan diselangkanganku gak terlalu terasa. Tanpa menunggu jawabku, dia menarik blusku ke atas. Aku mengangkat kedua tanganku ke atas juga untuk mempermudah dia melepaskan blusku. Dia melotot melihat toketku yang tertutup bra yang kayanya gak muat menampung semuanya. “Din, montok banget deh kamu”, katanya sembari melepas kaitan braku. Terpampanglah toket montokku didepan matanya. Pentilku yang imut dielus-elusnya dengan telunjuknya. “Sering diemut tapi masi imut ya Din pentil kamu”. Aku makin menggelinjang karena elusan di pentil aku. Dia mendekatkan mukanya ke pentilku dan mulai menjilatinya, tangan satu langsung meremas toketku satunya. “Aaaah pak..,” kembali aku melenguh karena ulahnya. Pentilku langsung mengeras. “Pentil kamu dah ngaceng tuh Din”, dia langsung mengemut pentilku dan disedot-sedotnya, sementara tangannya mulai mengelus-elus puserku yang terbuka karena jinsku yang model hipster. “Pak, geli…”, lenguhku lagi. “Geli apa napsu”. “Dua-duanya pak”. “Lepas juga ya jins kamu”.
Aku hanya menggangguk. Dia membuka ban pinggangku, kemudian kancing jins dibukanya, ritsluiting diturunkan, dan dia mulai menarik jinsku. Karena ngepas badan memang tidak mudah melepas jinsku. Aku mengangkat pantatku untuk mempermudah dia melepasnya. Ketika jinsku terlepas, dia melotot lagi melihat jembutku yang menyeruak dari samping kanan kiri dan bagian atas cd miniku yang tipis. “Wah lebat banget jembut kamu Din, aku dah duga. Prempuan yang kumisan pasti jembutnya lebat, dan napsunya gede banget”. Kamu dah napsu ya Din”. “Dari tadi pak, abis tangan bapak nakal sih”, jawabku manja. Dia memelukku dan tangannya meluncur ke toketku. Jarinya kembali menelusuri toketku, dielus- elusnya dengan lembut. Aku terdiam, napasku makin memburu terengah. Pentilku dikilik-kiliknya dengan jarinya sehingga tambah mengeras. “Paak”, lenguhku. Dia langsung saja meremes-remes toketku dengan penuh napsu. Aku bersandar di dadanya yang bidang. Dia kembali menciumi leherku sementara kedua toketku terus saja diremes-remes, sehingga napsuku makin berkobar. Dia segera mengecup bibirku. Kubalas dengan ganas. Bibirku dikulumnya, lidahnya menjalar didalam mulutku sementara tanganku segera turun mencari kontolnya.
Kuusap-usap, terasa sekali kontolnya sudah ngaceng berat, keras sekali. Segera ikat pinggangnya kubuka, celananya kubuka. Dia berdiri sehingga celana panjangnya meluncur ke lantai. Kontolnya yang besar itu nongol dari bagian atas CD nya yang mini, hampir menyentuh pusernya saking panjangnya. Kami segera bergelut. Dia terus meremas-remas toketku sementara aku mengocok kontolnya. “Pak, keras banget, gede lagi”, kataku sambil jongkok didepannya, melepas cdnya dan menciumi kontolnya dan menghisap daerah sekelilingnya termasuk biji pelernya. “Aah Din, kamu pinter banget bikin aku nikmat”, erangnya. “Aaaduuuuuhh…. Din….. enak banget emutanmu”. Kontolnya kujilati seluruhnya kemudian kumasukkan ke mulutku, kukulum dan kuisep-isep. Kepalaku mengangguk-angguk mengeluar masukkan kontolnya di mulutku. Aku makin terangsang ketika mengemut kontol besarnya. Akhirnya dia gak tahan lagi. Bajunya dilepaskannya sehingga dia telanjang bulet, sedang aku masih memakai cd miniku yang tipis nerawang. Aku ditariknya ke kamarnya, sebelumnya dvd dimatikan karena sudah tidak kutonton sejak dia mulai meraba-raba tubuhku. Aku dibaringkannya diranjang. Sambil terus meremas-remas toketku tangan satunya mempermainkan jembutku yang lebat dari luar cdku. “Pak, geli”, erangku. “Geli apa nikmat Din”, tanyanya. “Dua-duanya pak, Dina dientot dong pak, udah kepengin banget nih”, kataku to the point. Tangannya menyusup ke punggungku sambil mengecup bibirku. “Din kamu napsuin banget deh”, katanya sambil melepas cdku. Aku mengangkat pantatku sehingga cdku dengan mudah meninggalkan tempatnya. Dia langsung saja menindihku. Kontolnya diarahkan ke belahan nonokku yang sudah basah dan sedikit terbuka, lalu dia menekan kontolnya sehingga kepala kontolnya mulai menerobos masuk nonokku. Aku mengerang keenakan sambil memeluk punggungnya. Dia kembali menciumi bibirku.
Lidahnya menjulur masuk mulutku lagi dan segera kuisep-isep. Sementara itu dia terus menekan pantatnya pelan- pelan sehinggga kepala kontolnya masuk nonokku makin dalam dan bless…… Kontolnya sudah masuk setengahnya kedalam nonokku. “Aah, kontol bapak nikmat banget deh”, erangku sambil mencengkeram punggungnya. Kedua kakiku kulingkarkan di pinggangnya sehingga kontol besarnya langsung ambles semuanya di nonokku. “Pak, ssh, enak pak, terusin”, erangku. Aku menggeliat-geliat ketika dia mulai mengeluarmasukkan kontolnya di nonokku. Aku mengejang- ngejangkan nonokku meremes-remes kontolnya yang sedang keluar masuk itu. “Din nikmat banget empotan nonok kamu”, erangnya. “Kencang sekali empotannya, mana peret lagi”. “Terang saja peret pak, Dina baru sekali ini ngerasain kontol sebesar bapak punya keluar masuk nonok Dina”. “Mangnya kontol cowok kamu kecil ya Din”. “Ketika itu si rasanya gede pak, tapi dah ngerasain kontol bapak, kayanya kecil banget deh kontol cowok Dina”. Dia memelukku dan kembali menciumi bibirku, dengan menggebu-gebu bibirku dilumatnya, aku mengiringi permainan bibirnya dengan membalas mengulum bibirnya.
Terasa lidahnya menerobos masuk mulutku. Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk makin cepat dan keras, aku menggeliatkan pinggulku mengiringi keluar masuknya kontolnya di nonokku. Setiap kali dia menancapkan kontolnya dalam-dalam aku melenguh keenakan. Terasa banget kontolnya menyesaki seluruh nonokku sampe kedalem. Karena lenguhanku dia makin bernapsu mengenjotkan kontolnya. Gak bisa cepet-cepet karena kakiku masih melingkar dipinggangnya, tapi cukuplah untuk menimbulkan rangsang nikmat di nonokku. Kenikmatan terus berlangsung selama dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk, akhirnya aku gak tahan lagi. Jepitan kakiku di pinggangnya terlepas dan kukangkangkan lebar-lebar. Posisi ini mempermudah gerakan kontolnya keluar masuk nonokku dan rasanya masuk lebih dalam lagi. Tidak lama kemudian aku memeluk punggungnya makin kera. “Pak, Dina mau nyampe”. “Kita bareng ya Din”, katanya sambil mempercepat enjotannya. “Pak, gak tahan lagi pak, Dina nyampe pak, aakh”, jeritku saking nikmatnya. Kakiku kembali kulingkarkan di pinggangnya sehingga kontolnya nancep dalam sekali di nonokku. Nonokku otomatis mengejang- ngejang ketika aku nyampe sehingga bendungan pejunya bobol juga. “Akh Din, aku ngecret Din, akh”, dia mengerang sambil mengecretkan pejunya beberapa kali di nonokku. Dengan nafas yang terengah-engah dan badan penuh dengan keringat, aku dipeluknya sementara kontolnya masih tetep nancep di nonokku.
Aku menikmati enaknya nyampe. Setelah gak ngos-ngosan, dia mencabut kontolnya dari nonokku. Kontolnya berlumuran lendir nonokku dan pejunya sendiri. Dia berbaring disebelahku. “Din, akhirnya aku kesampean juga ngentotin kamu. Sejak pertama ngeliat kamu aku dah napsu banget ma kamu. Kamu nikmat banget deh kalo dientot. Kamu yang paling nikmat dari semua perempuan muda yang pernah aku entot”, katanya sambil mengelus-elus pipiku. “Mandi yuk” ajaknya. “Kan dah kringeten”, ketika melihat ekspresiku yang menanyakan apa gunanya mandi. Kami bercanda-canda di kamar mandi seperti anak kecil saling menggosok dan berebutan sabun, dia kemudian menarik tubuhku merapat ke tubuhnya. Aku duduk dipangkuannya dan tangannya mengusap-usap pahaku. “Kamu cantik sekali, Din”, rayunya. Tangannya pindah ke bukit nonokku mempermainkan jembutku yang lebat. Dia bisa melakukan itu karena aku mengangkangkan pahaku. Tangannya terus menjalar ke atas ke pinggangku. “Geli pak”, kataku ketika tangannya menggelitiki pinggangku. Aku menggeliat-geliat jadinya. Segera tangannya meremes-remes toketku. “Toket kamu besar ya Din, kenceng lagi”, katanya. “Bapak suka kan”, jawabku. “Ya Din, aku suka sekali setiap inci dari tubuhmu”, jawabnya sambil terus meremes-remes toketku. Dia kemudian mencium bibirku. Akhirnya usailah kemesraan di kamar mandi. Kami saling mengeringkan badan, dan kembali keranjang. Kontolnya yang belum aku apa-apain sudah ngaceng berat. “Pak, napsu bapak besar sekali, baru saja ngecret di nonok Dina bapak sudah ngaceng lagi”, kataku sambil mengocok kontolnya. “Abis kamu napsuin sekali Din, gak puas aku cuma sekali ngentotin kamu”. Aku menjatuhkan dirinya dipelukan dadanya yang bidang. Segera dia mengecup bibirku, beralih ke leherku dan kemudian turun ke toketku. Toketku diremes-remesnya, aku terengah, napsuku berkobar lagi. Pentilku diemutnya. Tangan satunya menjalar kebawah menerobos lebatnya jembutku dan mengilik-ilik itilku. “Aakh pak, pinter banget ngerangsang Dina”, erangku. Aku mengangkangkan pahaku supaya kilikannya di itilku makin terasa. Kilikan di itilku membuat aku kembali liar. Tanganku mencari kontolnya, kuremes dan kepalanya kukocok- kocok. Aku bangkit dari pelukannya, kontolnya yang tegak berdiri dengan kerasnya. Kontolnya kujilati. Pertama cuma kepalanya aku masukkan ke mulutku dan kuemut- emut. Dia meraih pantatku dan menarik aku menelungkup diatasnya. Dia mulai menjilati nonokku, aku menggelinjang setiap kali dia mengecup bibir nonokku. Dengan kedua tangannya, dia membuka nonokku pelan-pelan, terasa lidahnya menjulur menjilati bagian dalam bibir nonokku. Aku melepaskan emutanku di kontolnya dan mengerang hebat. “Pak aakh”. pantatku menggelinjang sehingga mulutnya melekat erat di nonokku. “Terus pak aakh”, erangku lagi, kemudian terasa itilku yang menjadi sasaran berikutnya, aku makin mengerang keenakan. Nonokku makin kebanjiran lendir yang terus merembes, soalnya aku udah napsu banget. Cukup lama dia mengemut itilku dan akhirnya. “Pak, Dina nyampe pak, aakh”, erangku. “Pak nikmat banget deh, belum dientot udah nikmat begini”. Aku memutar badanku kesamping dan berbaring disebelahnya. Dia bangun dan mencium bibirku.
Dia mengambil soft drink dari lemari es dan diberikannya kepadaku. Aku minum sedikit untuk meredakan napasku yang ngos-ngosan. Kemudian aku dinaikinya, ditancapkannya kontolnya ke nonokku dan didorongnya masuk pelan-pelan. “Pak, enak, dimasukin semuanya pak, teken lagi pak, akh”, erangku merasakan nikmatnya kontolnya nancep lagi di nonokku. Dia mengenjotkan keluar masuk, ketika kontolnya sudah nancep kira- kira separonya, dia menggentakkan pantatnya kebawah sehingga langsung aja kontolnya ambles semuanya di nonokku. “Pak, aakh”, erangku penuh nikmat. Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk makin cepet, sambil menciumi bibirku sampe akhirnya. “Pak, Dina nyampe pak, ooh”, aku mengejang-ngejang saking nikmatnya. Nonokku otomatis ikut mengejang- ngejang. Dia meringis-ringis keenakan karena kontolnya diremes- remes nonokku dengan keras, tapi dia masih perkasa. Kemudian dia mencabut kontolnya dan minta aku nungging. Dia menciumi kedua bongkahan pantatku, dengan gemas dia menjilati dan mengusapi pantatku. Mulutnya terus merambat ke selangkanganku. Aku mendesis merasakan sensasi waktu lidahnya menyapu naik dari nonokku ke arah pantatku. Kedua jarinya membuka bibir nonokku dan dia menjulurkan lidahnya menjilati bagian dalem nonokku. Aku makin mendesah gak karuan, tubuhku menggelinjang. Ditengah kenikmatan itu, dia dengan cepat mengganti lidahnya dengan kontolnya. Aku menahan napas sambil menggigit bibir ketika kontol besarnya kembali nancep di nonokku. “Pak”, erangku ketika akhirnya kontolnya ambles semuanya di nonokku. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk, mula-mula pelan, makin lama makin cepat dan keras. Aku kembali mendesah-desah saking enaknya. Toketku diremes-remesnya dari belakang, tapi enjotan kontolnya jalan terus. Ditengah kenikmatan, dia mengganti posisi lagi. Aku diajaknya keluar kamar dan dia duduk di sofa di kamar tamu dan aku duduk dipangkuannya membelakanginya. Kontolnya sudah nancep semuanya lagi di nonokku. Aku semakin cepat menaik turunkan badanku. Tangannya gak bosen-bosennya ngeremes toketku. Pentilku yang sudah keras itu diplintir-plintirnya. Gerakanku makin liar saja, aku makin tak terkendali menggerakkan badanku, kugerakkan badanku sekuat tenaga sehingga kontolnya nancep dalem banget. “Pak, Dina dah mau nyampe lagi pak, aduh pak, enak banget”, erangku. Tau aku udah mau nyampe, dia mengangkat badanku dari pangkuannya sehingga kontolnya yang masih perkasa lepas dari nonokku. “Kok brenti pak”, tanyaku protes. Aku diselonjorkan lagi disofa, pantatku ada dipinggiran sofa. Dia berlutut di depanku sambil memegang dan mengangkangkan pahaku lebar-lebar, kembali ditancepkannya kontolnya kedalam nonokku. Dengan sekali enjot, kontolnya sudah ambles semuanya. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan cepat. Nonokku mulai berkontraksi, mengejan, meremes-remes kontolnya, tandanya aku dah hampir nyampe. Dia makin gencar mengenjotkan kontolnya, da… “Pak, Dina nyampe lagi pak, akh”, jeritku. Dia pun merasakan remesan nonokku karena nyampe. Enjotannya makin cepat saja sehingga akhirnya… “Din…” dia berteriak menyebut namaku dan terasa pejunya ngecret dengan derasnya di nonokku. “Pak, nikmat banget ya”, tanyaku. Dia mencabut kontolnya dan langsung menarikku menuju ke kamar.
Di ranjang kami terkapar bersebelahan. Tak lama kemudian aku terlelap karena lemes dan nikmat. Ketika terbangun hari dah sore. “Din, kamu bilang ke orang rumah kalo kamu nginep dirumah temen. Jadi kita bisa asik sampe besok. Mau ya”. Aku menggangguk dan nelpon ke rumah dengan hpku memberitahu kalo malem ini aku nginep dirumah temen. Kami mandi bersama kembali, kali ini bener-bener mandi karena perut dah terasa laper. Selesai mandi, kami Aerpakean. Aku terpaksa memakai pakeanku yang tadi lagi. “Nanti kita beli baju ganti buat kamu ya Din, bilang aja minjem ma temen kamu kalo besok ditanya”. Aku diajaknya ke mal, dia membelikan aku pakean untuk ganti yang aku pake dari tadi pagi, dalemannya juga dibelikan. Pakean dan daleman baru langsung kupake setelah dibayar. Gak enak pake pakean dan daleman yang dari tadi pagi udah aku pake. Pakean dan daleman kotorku dimasukkan aja ke tas pakean. “Makasi ya pak, bapak baek banget sih”. “Kan kamu juga dah kasi aku nikmat, kita kudu berbagilah. Makan yuk”. Dia mengajakku ke satu resto, aku ikut aja, dia yang pesan makanan dan minuman. Santai sekali malem ini, kami makan dengan santai sembari guyon-guyon ngomongin aktivitas yang baru kita lakuin tadi dirumahnya. “Bapak kuat banget sih maennya. Kalo maen ma abege pada lemes ya pak. Dina lemes banget deh”. “Tapi nikmat kan”. “Banget”. “Mau lagi kan”. “Ya maulah pak”. Selesai makan kami langsung pulang lagi ke rumahnya. Di kamar, dia berbaring diranjang dan aku duduk disebelahnya. Pakaian luar sudah kulepas sehingga aku tinggal berbikini ria, daleman yang aku beli tadi model bikini. “Din, aku napsu sekali liat badan kamu”, katanya terus terang.
Langsung kulirik daerah kontolnya dari balik celananya, kelihatannya sudah mulai ngaceng karena kelihatan ngegelembung. Dia mengelus-elus punggungku, terus tangannya pindah mengelus pahaku, merayap keatas dan menggosok nonokku dari luar CD bikiniku. Aku mengangkangkan pahaku sehingga jarinya menggosok-gosok belahan nonokku, tetap dari luar cd. “Ssh pak”, erangku. “Din, kau maukan ngentot lagi dengan aku”, tanyanya sambil tersenyum, jarinya terus saja mengelus belahan nonokku dari luar. “Mau banget pak, belum pernah Dina merasa senikmat ini dientot”. Dia mulai menjilati pahaku, jilatannya perlahan menjalar ke tengah. Aku hanya dapat mencengkram sprei ketika kurasakan lidahnya yang tebal dan kasar itu menyusup ke pinggir cd bikiniku yang disingkirkan dengan jarinya lalu menyentuh bibir nonokku. Bukan hanya bibir nonokku yang dijilatinya, tapi lidahnya juga masuk ke liang nonokku, rasanya wuiihh.. gak karuan, geli-geli enak. Tangannya yang terus mengelus paha dan pantatku mempercepat naiknya napsuku. Sesaat kemudian, dia menarik lepas ikatan cd bikiniku. Dia mendekap tubuhku dari belakang dalam posisi berbaring menyamping. filmbokepjepang.com
Dengan lembut dia membelai permukaannya yang ditumbuhi jembut yang lebat. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke toketku, darahku makin bergolak ketika telapak tangannya yang kasar itu menyusup ke balik bra bikiniku kemudian meremas toketku dengan gemasnya. “Din, toket kamu besar dan keras. Jembut kamu lebat sekali, pantas napsu kamu besar” katanya dekat telingaku sehingga deru nafasnya serasa menggelitik. Aku hanya terdiam dan meresapi dalam-dalam elusan-elusan pada daerah sensitifku. Dia makin getol, jari-jarinya kini bukan hanya mengelus nonokku tapi juga mulai mengorek-ngoreknya, cup bra bikiniku yang sebelah kanan diturunkannya sehingga dia dapat melihat jelas toketku dengan pentil yang sudah mengeras. Aku merasakan kontol keras di balik celananya yang digesek-gesek pada pantatku. Dia sangat bernafsu melihat toketku yang montok itu, tangannya meremas-remas dan terkadang memilin-milin pentilnya. Remasannya semakin kasar dan mulai meraih yang kiri setelah dia pelorotkan cup-nya. Ketika dia menciumi leherku, terasa olehku nafasnya juga sudah memburu, bulu kudukku merinding waktu lidahnya menyapu kulit leherku disertai kecupan. Aku hanya bisa meresponnya dengan mendesah dan merintih, bahkan menjerit pendek waktu remasannya pada toketku mengencang atau jarinya mengebor nonokku lebih dalam.
Kecupannya bergerak naik menuju mulutku meninggalkan jejak berupa air liur dan bekas gigitan di permukaan kulit yang dilalui. Bibirnya akhirnya bertemu dengan bibirku menyumbat eranganku, dia menciumiku dengan gemas. Dia bergerak lebih cepat dan melumat bibirku. Mulutku mulai terbuka membiarkan lidahnya masuk, dia menyapu langit-langit mulutku dan menggelitik lidahku dengan lidahnya sehingga lidahku pun turut beradu dengannya. Kami larut dalam birahi, aku memainkan lidahku di dalam mulutnya. Setelah puas berciuman, dia melepaskan dekapannya dan melepas seluruh pakaiannya. Maka menyembullah kontolnya yang sudah ngaceng dari tadi. Aku masih takjub pada kontol yang begitu besar dan berurat. Terbayang besarnya kenikmatan yang akan aku dapatkan kembali kalo kontol extra besar itu keluar masuk di nonokku. Akupun pelan-pelan meraih kontolnya, tanganku tak muat menggenggamnya, sungguh fantastis ukurannya. “Ayo Din, emutin kontolku” katanya. Kubimbing kontol dalam genggamanku ke mulutku, uuhh.. susah sekali memasukkannya karena ukurannya. Terasa asin waktu lidahku menyentuh kepalanya, namun aku terus memasukkan lebih dalam ke mulutku lalu mulai memaju- mundurkan kepalaku. Selain mengemut tanganku turut aktif mengocok ataupun memijati biji pelirnya. “Uaahh.. ennakk banget, kamu udah pengalaman yah” ceracaunya menikmati emutanku, sementara tangannya yang bercokol di toketku sedang asyik memelintir dan memencet pentilku. filmbokepjepang.com
Tangan kanannya tetap saja mempermainkan nonok dan itilku. Aku menggelinjang gak karuan, tapi kontolnya tetap saja aku emut. Aku hanya bisa melenguh tidak jelas karena mulutku penuh dengan kontolnya yang besar. “Din, kita mulai aja ya. Aku udah gak tahan nih pengen menikmati lagi nonok kamu”, katanya. Dia menelentangkanku, ikatan braku dilepasnya dengan sekali tarikan. Dia mengambil posisi ditengah kangkanganku, kontolnya yang besar dan keras diarahkannya ke nonokku yang sudah makin basah. Aku menggeliat-geliat ketika kurasakan betapa besarnya kontol yang menerobos masuk nonokku pelan- pelan. Nonokku berkontraksi kemasukan kontol gede itu. “Din, nonok kamu peret banget”, katanya sambil terus menekan masuk kontolnya pelan-pelan. “Abis kontol bapak besar sekali. Nonok Dina belum pernah kemasukan yang sebesar kontol bapak, masukin terus pak, nikmaat banget deh rasanya”, jawabku sambil terus menggeliat. Setengah kontolnya telah masuk. Dan satu sentakan berikutnya, seluruh kontolnya telah ada di dalam nonokku. Aku hanya memejamkan mata dan menengadahkan muka saja karena sedang mengalami kenikmatan tiada tara. Dia mulai mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan pelan, makin lama makin cepat karena enjotannya makin lancar. Terasa nonokku mengencang meremas kontolnya yang nikmat banget itu. Tangannya mulai bergerilya ke arah toketku. Toketku diremas perlahan, seirama dengan enjotan kontolnya di nonokku. Aku hanya menoleh ke kanan dan ke kiri, pinggulku mengikuti goyangan pinggulnya. Kontolnya terus saja dikeluar masukkan mengisi seluruh relung nonokku. Sambil mengenjotkan kontolnya, dia mengemut pentilku yang keras dengan lembut. Dimainkannya pentil kanan dengan lidahnya, namun seluruh permukaan bibirnya membentuk huruf O dan melekat di toketku. Ini semua membuat aku mendesah lepas, tak tertahan lagi. Dia mulai mempercepat enjotannya. Aku makin sering menegang, dan merintih, “Ah… ah…” Dalam enjotannya yang begitu cepat dan intens, aku menjambak rambutnya, “Aaahhh pak, Dina nyampee,” lenguhan panjang dan dalam keluar dari mulutku. Aku udah nyampe.
Tanganku yang menjambak rambutnya itu pun terkulai lemas di pundaknya. Dia makin intens mengenjotkan kontolnya. Bibirku yang tak bisa menutup karena menahan kenikmatan itu pun dilumatnya, dan aku membalasnya dengan lumatan juga. Kami saling berpagut mesra sambil bergoyang. Tangan kanannya tetap berada ditoketku, meremas- remas, dan sesekali mempermainkan pentilku. Terasa nonokku mencengkeram kontol gedenya. “Uhhh,” dia mengejang. Satu pelukan erat, dan sentakan keras, kontolnya menghujam keras ke dalam nonokku, mengiringi muncratnya pejunya. Tepat saat itu juga aku memeluknya erat sekali, mengejang, dan menjerit, “Aahhh”. Kemudian pelukanku melemas. Aku nyampe untuk kedua kalinya, namun kali ini berbarengan dengan ngecretnya pejunya. Setelah dengusan napas mereda, dia mencabut kontolnya dari nonokku dan terkapar disebelahku. “Pak, kontol bapak lemes aja udah gede, gak heran kalo ngaceng jadi gede banget. Bener kata temen Dina, makin gede kontol yang masuk, makin nikmat rasanya”, kataku. “Memangnya kontol cowok kamu kecil ya Din”, tanyanya. “Ya kecil lah kalo dibandingkan dengan kontol bapak, ukurannya extra larga ya pak”. “Iya Din, aku sering ngentot dengan perempuan lain, tapi dengan kamu yang paling nikmat. Nonok kamu kenceng sekali njepit kontolku dan empotannya luar biasa”, katanya memuji. Aku cuma tersenyum, “Mo lagi ya pak”. “Iyalah, aku sih gak bakalan puas deh ngentotin kamu Din ”. Dia langsung mulai lagi, luar biasa staminanya, kontolnya dah mulai ngaceng lagi. Tangannya mulai meremas-remas pantatku. Kemudian, dia mengangkat satu kakiku dan menahannya selagi tangan satunya meraih nonokku. “Ohh.. pak,” rintihku. Kurasakan napsuku mulai naik. Jarinya dengan lincah menggosok- gosok lupak nonokku yang mulai basah. Sit
Nafasku juga mulai cepat dan berat. Ia membuka cdku dan membuka lebar-lebar pahaku sehingga nonokku terpampang lebar untuk dijelajahi oleh tangannya. Dengan sigap tangannya kembali meraih nonokku dan meremasnya. Dia menjilati telingaku ketika tangannya mulai bermain diitilku. Napsuku sudah tak tertahankan lagi. Aku mulai mendesah-desah tak keruan. Jilatan maut di telingaku menambah nafsuku. Dia terus menekan-nekan itilku dari atas ke bawah. aku meracau tak karuan. “Ahh.. Shh.. pak” desahku bernafsu. Jarinya dengan lihai menggosok- gosok dan menekan itilku dengan berirama. Rasanya bagaikan melayang dan desahanku berubah menjadi rintihan kenikmatan. Tak sampai 15 menit kemudian, aku nyampe. “Pak, nikmat banget, belum dientot saja sudah nikmat,” desahku, tanganku meremas tangannya yang sedang bermain di itilku dengan bernafsu. Di luar perkiraanku, dia malah memperkeras dan mempercepat gerakannya. Dia merentangkan kedua pahaku. Kurasakan jilatan lidah di bibir nonokku, rasa menggelitik yang luar biasa menyerang tubuhku. Jilatan itu menjalar ke itilku, kurasakan gigitan lembut di itilku yang kian merangsang napsuku. Aku melenguh keras disertai jeritan-jeritan kenikmatan yang seakan menyuruh dia untuk terus dan tak berhenti. Melihat reaksiku, dia terus menggesekan jarinya di liang nonokku yang sudah membanjir.
Tak kuasa menahan nikmat, aku pun mendesah keras terus-menerus. Aku meracau tidak beraturan. Kemudian kurasakan sensasi yang luar biasa nikmatnya tak lama kemudian. Nonokku mengeluarkan cairan deras bening, aku nyampe untuk kedua kalinya. “Pak, ooh”, lenguhku. Dia meremas toketku dengan sangat keras. Aku melenguh sakit, kemudian pentilku yang menjadi sasaran berikutnya, dipilin dan dicubitnya pelan. Napsuku kembali berkobar, nonokku kembali membasah, “Pak, entotin Dina sekarang, Dina udah napsu banget pak”, erangku. Kontol besarnya sudah ngaceng berat mengangguk-angguk. Dia menggesekkan kepala kontolnya ke bibir nonokku yang sudah basah. Aku merasakan sensasi lebih daripada jilatan lidahnya di nonokku sebelumnya hingga kutanggapi sensasi luar biasa itu dengan rintihan keras kenikmatan. “Ahh! pak.. Ohh.. entotin Dina” racauku. Dengan perlahan ia memasukkan kepala kontol ke dalam nonokku, segera dia menyodok-nyodok kontolnya dengan kuat dan keras di nonokku. Rasanya nikmat sekali. Dia mendesah terus-menerus memuji kerapatan dan betapa enaknya nonokku. Kontolnya yang panjang dan besar terasa menyodok bagian terdalam nonokku hingga membuatku nyampe lagi. “Pak, Dina nyampe pak, aakh nikmatnya”, erangku. Kemudian dia membalikkan badanku yang telah lemas dan menusukkan kontolnya ke dalam nonokku dari belakang. Posisi doggie ini lebih nikmat karena terasa lebih menggosok dinding nonokku yang masih sensitif. “Oh Din.. nonokmu bagaikan sorga, “ Akhirnya setelah menggenjotku selama setengah jam, dia ngecret didalam nonokku. Pejunya terasa dengan kuat menyemprot dinding nonokku. Dia melenguh nikmat dan badannya mengejang-ngejang. Tangannya dengan kuat meremas toketku dan menarik-narik pentilku. Setelah reda, dia berbaring di sebelahku dan menjilati pentilku. Pentilku disedot-sedot dan digerogotinya dengan gemas. Tampaknya dia ingin membuatku nyampe lagi. Tangannya kembali menjelajahi nonokku, namun kali ini jarinya masuk ke dalam nonokku. Dia menekan-nekan dinding nonokku. Ketika sampai pada suatu titik, badanku mengejang nikmat dan dia tampaknya senang sekali hingga jarinya kembali menggosok-gosok daerah rawan itu dan menekannya terus menerus. Wow! Rasanya ajaib sekali! Nikmatnya tak tertahankan. G-Spot ku. Aku tidak bertahan lama dan akhirnya nyampe lagi untuk kesekian kalinya. Badanku mengejang dan nonokku kembali berlendir. “Pak nikmat banget deh malem ini”, kataku. Pinter banget dia merangsang aku dan membuat aku nyampe, baik pake kontolnya maupun pake jarinya. Segera akupun tertidur kelelahan. Ketika aku terbangun hari udah siang, dia masih saja mendengkur disampingku. Aku bangun ke kamar mandi untuk kencing, cuci muka dan sikat gigi. Ketika kembali ke ranjang dia masih saja mendengkur. Aku ngintip dibalik korden kamar, matahari udah tinggi juga. Aku melihat jam tanganku, udah jam 8 lewat. Korden kusibakkan, dia terpakun karena silau, matanya dipicingkan untuk mengurangi silaunya sinar yang masuk kamar. Kulihat kontolnya sudah tegak lagi seperti tiang bendera. Dia ke kamar mandi, terdengar kloset berbunyi, rupanya dia kencing. Gak lama lagi terdengar dia menyikat gigi. Ketika dia kembali ke kamar, aku udah berbaring di ranjang lagi menantikan serangan pagi.Aku melihat kontol besarnya masih aja ngaceng dengan kerasnya walaupun dia udah kencing. Dia duduk disampingku dan mencium bibirku. “Pagi Din, kita main lagi yo”, ajaknya. Kembali dia menciumku, aku menyambut ciumannya dengan napsu juga, bukan cuma bibir yang main, lidah dan ludah pun saling belit dan campur baur dengan liarnya. Sebelah kakiku ngelingker di pinggulnya supaya lebih mepet lagi. Tangannya mulai main, menjalari pahaku. Tangannya terus menjalar sampai menyentuh celah di pangkal pahaku. Nonokku digelitik-gelitik. Aku menggelepar merasakan jari-jarinya yang nakal. Bibir kulepas dari bibirnya. “Hmmhhh… enak, pak.” jeritku. Jari-jarinya tambah nakal, menusuk lupak nonokku yang sudah berlendir dan mengocoknya. Aku tambah menjerit-jerit. “Pak… hhh… masukkin kontol bapak, Dina udah nggak tahan.. hhhh… hhh…” Dia segera memposisikan diatasku yang sudah telentang mengangkang. Kontolnya ditancapkan ke nonokku, aku melenguh keenakan. “Pak, kontol bapak nikmat banget deh”. Kontolnya didorongnya lagi sampai mentok. “Pak.. oohhh.. nikmatnya” jeritku. Kontolnya dikocok keluar masuk nonokku. Aku mulai mengejang- ngejang lagi dan bibirku tak henti- hentinya menyuarakan kenikmatan. Kurang lebih dua puluh menitan akhirnya dia ngecret. Ugh, rasanya enak bener…! Pejunya berhamburan keluar, bermuncratan dan menembak-nembak di dalam nonokku. Aku sendiri sudah beberapa kali nyampe sampe nonokku mengejang-ngejang keenakan.
Lendir dari nonokku membanjir… meleber di paha, betis dan pantatku. Aku menggeletak lemas. Aku dan dia sama-sama mandi keringat. Nafasnya terengah-engah tak beraturan. Dalam nada tersengal- sengal sekarang aku yang minta lagi. “Dina masih kepengen sekali lagi…”. Dia merebahkan badannya di sampingku. Dia kembali menciumku. Aku ladenin ciumannya. Dia menindih badanku sambil menciumku. Lidah ketemu lidah, membelit, dan saling menjilat. Aku menggumam-gumam kenikmatan, sambil berciuman dia menggoyang-goyang pinggulnya sampai kontolnya yang telah ngaceng lagi terasa kena di nonokku. Bosen ciuman, bibir dan lidahnya menjalar ke kuping leher bahu, ketiak, terus ke toketku. Dia gemes banget ngeliat pentilku yang kecoklat-coklatan dan mencuat ke atas itu. Dia menjilat pentilku dengan rakus sampai aku ngerasa geli. Pentil sebelah kanan digigitnya dengan lembut, lidahnya menggelitik pentilku di sela-sela gigi depannya, sementara toket sebelah kiriku di remas-remas. Tubuhku menggelinjang karena geli dan nikmat. Setelah beberapa saat di permainkan, toketku terasa mengeras dan pentilnya tegak. Lendir nonokku mengalir dan terasa basah di perutku. “Pak, gantian Dina yang ngemut kontol bapak ya”, kataku sambil menelentangkan badannya diranjang. Aku mulai beraksi. Kupegang kontolnya dengan kelima jariku. Kukocok-kocok batangnya perlahan. Dia menggumam pelan. “Enak Din, terus..” Lidahku mulai merambat ke kepala kontolnya, kujilati cairan yang mulai muncul di lubang kencingnya. Lalu lidahku menggeser ke batangnya, menjelajahi tiap jenjang kontolnya. Tangan kiriku mengelus-ngelus biji pelernya. “Din…” gumamnya pelan. “Enak banget, geli-geli nikmat”. Aku hanya tersenyum ngeliat dia merem-melek kayak gitu. Terus aku membuka mulutku dan menjejalkan kontolnya masuk ke dalam mulutku. Kontolnya kuisep kenceng-kenceng, lalu dengan mulut kukocok kontolnya turun naik turun naik. “Uuuuuggggghhhh… sedap enak… mmmmhhhh…”, erangnya. Aku lalu merubah posisiku untuk melakukan 69. Aku di atasnya dan menyorongkan pantatku ke mukanya. Dia nggak nunggu dua kali, langsung aja dia menjilati nonokku yang berlendir dan merekah merah itu. Bibirnya menyedot lubang nonokku, menghisap lendirnya. Lidahnya dimasukin ke dalam lubang nonokku, menjilati dinding-dinding basah, sementara jarinya mempermainkan itilku. Aku mengerang-ngerang dengan kontolnya di mulutku, menyuarakan kenikmatan. Lendir dari nonokku membanjir membasahi mukanya. Aku melepaskan kontolnya dari mulutku dan meminta dia menyodok aku dari belakang. Waktu kontolnya masuk, aku hanya merintih pelan. Kontolnya dienjotkan keluar masuk dengan kencang, aku hanya bisa mengejang-ngejang menahan nikmat. Tangannya ikut nimbrung merangsang itilku. Kocokan kontol di nonokku dan kilikan jarinya di itilku membuat aku mengerang dan menjerit-jerit kenikmatan. Sudah dua kali nonokku berkontraksi karena aku nyampe, tapi dia terus mengocok kontolnya keluar masuk sampai aku lemes. Cairan nonokku membecek, meleleh turun ke paha. Setelah aku nyampe yang ke empat kali di ronde ke dua itu, dia akhirnya ngecret lagi. “Pak, nikmat banget pagi ini, lebih nikmat dari semalem, aku sampe berkali-kali nyampe baru bapak ngecret”, lenguhku lemes. Dia mencabut kontolnya dari nonokku. Kemudian dia menyiapkan sarapan untuk kami berdua, setelah itu kami mandi, dan aku dianternya pulang. “Terima kasih untuk malam yang indah bersamamu. Kapan-kapan kita bisa mengulangi kenikmatan ini”.