Cerita Ngentot Kunikmati Memek Tante Lena
kepada kalian semua
“Eh tante LENA. Mau kemana tante?” sapaku.
Tante LENA agak kaget mendengar suaraku. Tapi beliau kemudian tersenyum manis dan membalas sapaanku.
“Ehm.. Kamu Djoel. Tante mau ke kantor. Kamu mau ke kampus?” tante LENA balik bertanya.
“Iya nih tante. Masuk jam delapan. Kalau gitu gimana kalau tante saya anter dulu ke kantor?
Kebetulan saya bawa helm satu lagi,” kataku sambil menawarkan jasa dan berharap tante LENA
tidak menolak ajakanku.
“Nggak usah deh, nanti kamu terlambat sampai kampus lho”
Suara tante LENA yang empuk dan lembut sesaat membuat penisku semakin menegang.
“Nggak apa-apa kok tante. Lagian kampus saya kan sebenarnya dekat,”
kataku sambil mataku selalu mencuri pandang ke seluruh tubuhnya yang pagi itu mengenakkan bletzer dan celana panjang. Meski tertutup oleh pakaian yang rapi, tapi aku tetap bisa melihat kemontokan payudaranya yang lekukannya tampak jelas.
“Benar nih Djoel mau nganterin tante ke kantor?
Kalau gitu bolehlah tante bonceng kamu,” kata tante LENA sambil melangkahkan kakinya diboncengan.
Waktu itu hari sabtu. Kebetulan kuliahku libur. Tiba-tiba telepon di sebelah tempat tidurku berdering. Segera saja aku angkat. Dari seberang terdengar suara lembut seorang wanita.
“Bisa bicara dengan Djoel?”
“Iya saya sendiri?” jawabku masih dengan tanda tanya karena merasa asing dengan suara ditelepon.
“Selamat pagi djoel. Ini tante LENA…!,” aku benar-benar kaget bercampur aduk.
“Se.. Selamat.. Pa.. Gi tante. Wah tumben nelpon saya. Ada yang bisa saya bantu tante?” kataku agak gugup.
“Pagi ini kamu ada acara nggak djoel?
Kalau nggak ada acara datang ke rumah tante ya. Bisa kan?” Pinta tante Keny dari ujung telepon.
“Eh.. Dengan senang hati tante. Nanti sehabis mandi saya langsung ke tempat tante,” jawabku.
Kemudian sambil secara reflek tangan kiriku memegang kontolku yang mulai membesar karena membayangkan tante LENA.
“Baiklah kalau begitu. Aku tunggu ya. Met pagi djoel.. Sampai nanti!” suara lembut tante LENA yang bagiku sangat menggairahkan itu akhirnya hilang diujung tepelon sana.
Pagi itu aku benar-benar senang mendengar permintaan tante LENA untuk datang ke rumahnya. Dan pikiranku nglantur kemana-mana. Sementara tanganku masih saja mengelus-elus penisku yang makin lama, makin membesar sambil membayangkan jika yang memegang kontolku itu adalah tante LENA. Karena hasratku sudah menggebu, maka segera saja aku lampiaskan birahiku itu dengan onani.
Aku bayangkan aku sedang bersetubuh dengan tante LENA yang sudah telanjang bulat sehingga payudaranya yang montok menunggu untuk dikenyot dan diremas. Mulut dan tanganku segera menyapu seluruh tubuh Tante LENA.
“Tante.. Tubuhmu indah sekali. Payudaramu montok sekali tante. Aaah.. Ehs.. Ah,”
mulutku mulai merancau membayangkan nikmatnya ML dengan tante LENA.
Jarum jam sudah menunjuk ke angka 8 lebih 30 menit. Aku sudah selesai mandi dan berdandan.
“Nah, sekarang saatnya berangkat ke tempat tante LENA. Aku sudah nggak tahan pingin lihat kemolekan
tubuhmu dari dekat sayang,” gumamku dalam hati.
Kulangkahkan kakiku menuju rumah tante LENA yang hanya berjarak 100 meter aja dari rumahku. Sampai di rumah janda montok itu, segera saja aku ketuk pintunya.
“Ya, sebentar,” sahut suara seorang wanita dari dalam yang tak lain adalah tante LENA.
Setelah pintu dibuka, mataku benar-benar dimanja oleh tampilan sosok tante LENA yang aduhai dan berdiri persis di hadapanku. Pagi itu tante mengenakan celana street hitam dipadu dengan atasan kaos ketat berwarna merah dengan belahan lehernya yang agak ke bawah. Sehingga nampak jelas belahan yang membatasi kedua payudaranya yang memang montok luar biasa. Tante LENA kemudian mengajakku masuk ke dalam rumahnya dan menutup serta mengunci pintu kamar tamu. Aku sempat dibuat heran dengan apa yang dilakukan janda itu.
“Ada apa sih tante, kok pintunya harus ditutup dan dikunci segala?” tanyaku penasaran.
Senyuman indah dari bibir sensual tante LENA mengembang sesaat mendengar pertanyaanku.
“Oh, biar aman aja. Kan aku mau ajak kamu ke kamar tengah biar lebih rilek ngobrolnya sambil nonton TV,” jawab tante LENA seraya menggandeng tanganku mengajak ke ruangan tengah.
Sebenarnya sudah sejak di depan pintu tadi penisku tegang karena terangsang oleh penampilan tante LENA. Malahan kali ini tangan halusnya menggenggam tanganku, sehingga kontolku nggak bisa diajak kompromi karena semakin besar aja. Di ruang tengah terhampar karpet biru dan ada dua bantal besar diatasnya. Sementara diatas meja sudah disediakan minuman es sirup berwarna merah. Kami kemudian duduk berdampingan.
“Ayo djoel diminum dulu sirupnya,” kata tante padaku.
Aku kemudian mengambil gelas dan meminumnya.
“djoel. Kamu tahu nggak kenapa aku minta kamu datang ke sini?”
tanya tante Ken sambil tangan kanan beliau memegang pahaku hingga membuatku terkejut dan agak gugup.
“Ehm.. Eng.. Nggak tante,” jawabku.
“Tante sebenarnya butuh teman ngobrol….
Maklumlah anak-anak tante sudah jarang sekali pulang karena kerja mereka di luar kota dan harus sering menetap disana. Jadinya ya.. Kamu tahu sendiri kan, tante kesepian. Kira-kira kamu mau nggak jadi teman ngobrol tante?
Nggak harus setiap hari kok..!,” kata tente Ken seperti mengiba.
Dalam hati aku senang karena kesempatan untuk bertemu dan berdekatan dengan tante akan terbuka luas.
Angan-angan untuk menikmati pemandangan indah dari tubuh janda itu pun tentu akan menjadi kenyataan.
“Kalau sekiranya saya dibutuhkan, ya boleh-boleh aja tante. Justru saya senang bisa ngobrol sama tante. Biar saja juga ada teman. Bahkan setiap hari juga nggak apa kok”
Tante tersenyum mendengar jawabanku.
Akhirnya kami berdua mulai ngobrol tentang apa saja sambil menikmati acara di TV. Enjoi sekali. Apalagi bau wangi yang menguar dari tubuh tante membuat angan-anganku semakin melayang jauh.
“djoel, udara hari ini panas ya? Tante kepanasan nih.
Kamu kepanasan nggak?” tanya tante LENA yang kali ini sedikit manja.
“Ehm.. Iya tante. Panas banget.
Padahal kipas anginnya sudah dihidupin,” jawabku sambil sesekali mataku melirik buah dada tante yang agak menyembul, seakan ingin meloncat dari kaos yang menutupinya.
Mata Tante LENA terus menatapku hingga membuatku sedikit grogi, meski sebenarnya birahiku sedang menanjak. Tanpa kuduga, tangan tante memegang kancing bajuku.
“Kalau panas dilepas aja ya djoel, biar cepet adem,” kata tante LENA sembari membuka satu-persatu kancing bajuku, dan melepaskannya hingga aku telanjang dada..
Aku saat itu benar-benar kaget dengan apa yang dilakukan tante padaku. Dan aku pun hanya bisa diam terbengong-bengong. Aku tambah terheran-heran lagi dengan sikap tente LENA pagi itu yang memintaku untuk membantu melepaskan kaos ketatnya.
“djoel, tolongin tante dong. Lepasin kaos tante. Habis panas sih..,” pinta tante Ken dengan suara yang manja tapi terkesan menggairahkan.
Dengan sedikit gemetaran karena tak menyangka akan pengalaman nyataku ini, aku lepas kaos ketat berwarna merah itu dari tubuh tante LENA. Dan apa yang berikutnya aku lihat sungguh membuat darahku berdesir dan penisku semakin tegang membesar serta jantung berdetak kencang. Payudara tante Ken yang besar tampak nyata di depan mataku, tanpa terbungkus kutang. Dua gunung indah milik janda itu tampak kencang dan padat sekali.
“Kenapa djoel. Kok tiba-tiba diam?” tanya tante LENA padaku.
“E.. Em.. Nggak apa-apa kok tante,” jawabku spontan sambil menundukkan kepala.
“Ala.. enggak usah pura-pura. Aku tahu kok apa yang sedang kamu pikirkan selama ini.
Tante sering memperhatikan kamu.
djoel sebenarnya sudah lama pingin ini tante kan?”
kata tante sambil meraih kedua tanganku dan meletakkan telapak tanganku di kedua buah dadanya yang montok.
“Ehm.. Tante.. Sa.. Ya.. Ee..,” aku seperti tak mampu menyelesaikan kata-kataku karena gugup. Apalagi tubuh tante LENA semakin merapat ke tubuhku.
“djoel.. Remas susuku ini sayang. Ehm.. Lakukan sesukamu.
Nggak usah takut-takut sayang. Aku sudah lama ingin menimati kehangatan dari seorang laki-laki,” rajuk tante LENA sembari menuntun tanganku meremas payudara montoknya.
Sementara kegugupanku sudah mulai dapat dikuasai. Aku semakin memberanikan diri untuk menikmati kesempatan langka yang selama ini hanya ada dalam angan-anganku saja. Dengan nafsu yang membara, susu tante LENA aku remas-remas. Sementara bibirku dan bibirnya saling berpagutan mesra penuh gairah.
Entah kapan celanaku dan celana tante lepas, yang pasti saat itu tubuh kami berdua sudah polos tanpa selembar kainpun menempel di tubuh. Permaianan kami semakin panas. Setelah puas memagut bibir tante, mulutku seperti sudah nggak sabar untuk menikmati payudara montoknya
“Uuhh.. Aah..” Tante LENA mendesah-desah tatkala lidahku menjilat-jilat ujung puting susunya yang berbentuk dadu.
Aku permainkan puting susu yang munjung dan menggiurkan itu dengan bebasnya. Sekali-kali putingnya aku gigit hingga membuat Tante Ken menggelinjang merasakan kenikmatan. Sementara tangan kananku mulai menggerayangi ‘vagina’ yang sudah mulai basah. Aku usap-usap bibir vagina tante dengan lembut hingga desahan-desahan menggairahkan semakin keras dari bibirnya.
“djoel.. Nik.. Maat.. Sekali sa.. Yaang.. Uuuhh.. Puasin tante sayang.. Tubuhku adalah milikmu,” suara itu keluar dari bibir janda montok itu.
Aku menghiraukan ucapan tante karena sedang asyik menikmati tubuh moleknya. Perlahan setelah puas bermain-main dengan payudaranya mulutku mulai kubawa ke bawah menuju vagina tante LENA yang bersih terawat tanpa bulu. Dengan leluasa lidahku mulai menyapu vagina yang sudah basah oleh cairan.
Aku sudah tidak sabar lagi. Batang penisku yang sudah sedari tadi tegak berdiri ingin sekali merasakan jepitan vagina janda cantik nan montok itu. Akhirnya, perlahan kumasukkan batang penisku ke celah-celah vagina. Sementara tangan tante membantu menuntun tongkatku masuk ke jalannya. Kutekan perlahan dan..
“Aaah..” suara itu keluar dari mulut tante Ken setelah penisku berhasil masuk ke dalam liang senggamanya. Kupompa penisku dengan gerakan naik turun.
Desahan dan erangan yang menggairahkanpun meluncur dari mulut tante yang sudah semakin panas birahinya.
“Aach.. Ach.. Aah.. Terus sayang.. Lebih dalam.. Lagi.. Aah.. Nik.. Mat..,” tante Ken mulai menikmati permainan itu.
Aku terus mengayuh penisku sambil mulutku melumat habis kedua buah dadanya yang montok. Mungkin sudah 20 menitan kami bergumul. Aku merasa sudah hampir tidak tahan lagi. Batang kemaluanku sudah nyaris menyemprotkan cairan sperma.
“Tante.. Punyaku sudah mau keluar..”
“Tahan seb.. Bentar sayang.. Aku jug.. A.. Mau sampai.. Aaach..” akhirnya tante LENA tidak tahan lagi.
Kamipun mengeluarkan cairan kenikmatan secara hampir bersamaan. Banyak sekali air mani yang aku semprotkan ke dalam liang senggama tante, hingga kemudian kami kecapekan dan berbaring di atas karpet biru.