Hanya Dia Yang Punya Memek Menggemaskan
Teman-temanku memanggilku Marga. Atau kalau lagi gaul biasa dipanggil Maggie, biar lebih ngegaya. Usia ada di mid twenty. Body nggak sexy-sexy amat: 165 cm / 55 kg, rambut sebahu. Ukuran dada-pinggul? Sampe saat ini biarlah cowok aku (dan temen deket yang nanti aku ceritain) yang tahu.
Yang mau aku bagi untuk teman-teman adalah pengalaman aku yang paling pribadi, semacem cerita biografi sexual saya, kegatelan-kegatelan saya, dan kegenitan masa ABG aku (dan beberapa rekan gang cewek saya). Tentu saja banyak detail yang sudah terlupakan, maklum sudah bertahun-tahun yang lampau.
Saat aku naik kelas 2 SMA di kota S, saat aku berjumpa dengan sahabat-sahabat (Aluh yang paling sexy dan paling nekat, Anik yang cuek, dan Ririn yang pemalu). Kami berempat kebetulan memiliki keingintahuan dan kegatelan yang sama tentang masalah hubungan pria dan wanita.
Kami mulai sadar bahwa cowok-cowok mengarahkan pandangan kepada kami, dan kami menyukai hal tersebut. Sering kali kami saling bercerita bagaimana si A mencuri-curi pandang pinggul Aluh, atau si B yang menjulurkan lehernya berusaha mengintip belahan dadaku saat aku membungkuk untuk mengambil bolpoin jatuh, atau Ririn yang diintip ketiaknya waktu membenahi ikat rambutnya. Merupakan kebanggaan jika ada cowok yang difavoritkan di kelas kami mencuri pandang ke arah kami.
Kadang kami juga suka memancing perhatian, baik dengan berbusana seksi atau bertingkah laku menggoda. Misalnya menggunakan rok ketat dari bahan kaus yang mencetak pantat dengan jelas. Atau menggeliat dengan menarik tangan ke atas dan menekuk punggung untuk sekaligus memamerkan lekukan pantat dan payudara.
Salah satu kesukaan kami adalah acara ganti baju sebelum dan sesudah olahraga. Beberapa kali, tentu saja dengan mengunci pintu kelas sebelumnya, kami berempat dan beberapa cewek lain, nekat ganti baju di kelas. Satu persatu seragam kami berlolosan hingga tinggal bra dan celana dalam, sebelum berganti pakaian olah raga.
Kami saling memperhatikan dan memperbandingkan kehalusan kulit, memperbincangkan model bra transparan yang dipakai si D, atau celana dalam Winnie the Pooh nya si Y. Dua tiga kali kejadian ada cowok yang mencuri lihat lewat lubang kunci, yang tentu saja kami tahu melalui bayang-bayangnya di celah bawah pintu.
Namun kami cuek saja, berpura-pura tidak terjadi sesuatu. Malahan beberapa dari kami (termasuk saya) secara provokatif berpura-pura mengobrol sambil duduk di atas bangku, sambil membiarkan si pengintip menikmati tubuh kami.
Bahkan pernah sekali aku dan Aluh pernah sengaja mencopot bra, lalu mengoles krim pelembap di dada, sambil sesekali melirik ke arah pintu berdoa semoga cowok itu masih di situ. Temen-temen cewek lain tertawa cekikikan sambil memuji kenekatan kami.
Dan itu, pertama kalinya di kelas kami ada adegan seperti itu. Dan setelah itu beberapa teman cewek mulai berani meniru melepas bra di depan teman cewek yang lain, meski belum sampai taraf kenekatan Aluh dan saya.
Meski pernah mempertontonkan tubuh dan sering berakting seksi, kami berusaha untuk tidak terkesan murahan. Kami dengan cerdiknya memancing cowok untuk melirik dan menikmati indahnya lekuk tubuh kami, tanpa bermaksud menantang mereka. Pergaulan sehari-hari berjalan seperti biasa. Pancingan-pancingan omongan dari cowok nekat jelas nggak kami tanggapin. Prinsipnya, kagumilah kami. Lebih dari itu, no way.
Kegatelan kami semakin memperoleh penyalurannya di semester 4. Diawali dari Anik yang memperoleh buku porno dari seorang teman cowok, yang segera beredar di antara kami. Masih teringat jelas bagaimana sang tokoh merendam ‘barang’nya dengan teh basi setiap pagi sore untuk memperkokoh ototnya, bagaimana sang cewek tokoh utama kesakitan dan kemudian menikmati diperawani, bagaimana sang tokoh cowok menggoda dan menyetubuhi tetangganya, dan seterusnya. Beberapa kali kami mendiskusikan cerita itu. Tiap kata dan kalimat di buku itu membuat kami semakin penasaran.
Pada suatu hari, Anik kembali membikin ‘ulah’ dengan menawari tontonan vcd porno. Katanya sih dia ambil dari kamar kakaknya yang udah kuliah. www.filmbokepjepang.net Berhubung kami masuk siang, kami punya banyak waktu buat nonton di pagi hari. Kebetulan bapak ibu Anik bekerja, jadi kami tinggal atur waktu pas kakaknya kuliah.
Dan di suatu hari Jumat pagi, kami berempat untuk pertama kalinya menonton vcd porno, pertama kali kami melihat penis menembus memek, pertama kali melihat cewek mengulum penis, bagaimana clitoris digelitik dengan jari atau lidah, pertama kali melihat indahnya penis meludahkan cairan putih kental.
Dan reaksi kami… awalnya terpana, terpaku, tenggorokan kering, dan kemudian cekikikan, dan saling berkomentar seperti
“Gimana ya rasanya?” (waktu adegan oral atau adegan cowok menebar benihnya di mulut pasangannya).
“Wii… banyaknya…” atau “Enak ya, mas?” (adegan keluarnya air mani),
“Mmm… pengeeen…” (adegan cewek orgasme), “Ayoo… tembak, mas…” (adegan cowok mo ngeluarin benihnya).
Dan itu adalah bekal aku untuk mengexplorasi tubuh aku sendiri. Di malam hari, setelah belajar, aku belajar untuk menyentuh tubuh saya, merangsang puting susu berdiri dengan rabaan ringan, cubitan lembut, atau dengan sentuhan ujung jari yang dibasahi dengan air ludah.
Kemudian mencari-cari titik-titik di sekitar paha yang membuat ‘greng’ bila disentuh, menikmati gesekan pantat dan bantal, mempertemukan paha dan guling, meremas pantat sendiri. Dan tak terlewatkan, sentuhan di daerah kewanitaan.
Belaian di bibir luar, sentuhan ringan di klitoris, pelan-pelan membelai seputar liang persetubuhan, sambil berhati-hati untuk tak masuk terlalu dalam agar keperawanan tetap utuh. Mmmmh… orgasme-orgasme pertamaku.
Bagaimana otot-otot daerah paha dan pinggul secara tiba-tiba terasa menegang, rasa lemas itu, rasanya takkan terlupakan. Hari-hari berikutnya aku belajar bahwa sentuhan di puting akan membuat orgasme makin kuat, bahwa orgasme dengan posisi terlentang sambil meregang punggung atau mengangkat kaki terasa lebih nikmat, bahwa dengan gesekan guling orgasme bisa didapat. Posisi tengkurap, terlentang, miring, duduk di kursi, bahkan berdiri sudah pernah kucoba.
Telapak tangan, ujung jari, guling, bantal, kain lembut licin (semacam satin atau sutra), mug, atau es batu, pernah mengelus puting, membelai pinggang, menggelitik pantat, dan menyentuh pusat kenikmatanku. Kupelajari juga kalau benda dingin lebih dapat membuat syaraf kenikmatanku lebih terbuka.
Pengalaman menarik ini tentu saja kubagi dengan gank-ku. Anik dan Ririn cuma berani pakai guling. Aluh, yang memiliki kegatelan sama denganku, menganjurkan Anik dan Ririn untuk belajar menyentuh daerah kewanitaannya. Dan tanpa basa-basi, Aluh mengajak kami berempat untuk melakukan pesta ‘self service’. Acara direncanakan Sabtu pagi, di rumah Anik.
Sabtu pagi kami berempat udah ada di rumah Anik sekitar jam 7 pagi. Sebentar kemudian, mas K (kakak Anik) pergi, katanya mo maen tenis. Setelah itu, Anik menyiapkan kamarnya buat acara “have fun” kami berempat. Ririn bilang kalau ia sedikit gemetaran.
Sementara Anik sibuk mengecek kunci pintu, menjaga agar pembantu tidak masuk sembarangan. Atas usul Anik, kami saling membuka baju satu sama lain sambil membayangkan cowok favorit kami yang melakukannya. Aluh mulai dengan melucuti baju, rok, dan bra Ririn, sementara aku dan Anik cekikikan menonton.
Nampak sekali kalau Ririn gemetar, sentuhan nakal Aluh di puting membuat Ririn beringsut mundur, lalu menolak untuk dilepas celana dalamnya. Lalu aku dapat giliran ditelanjangi oleh Anik. Cuek saja, sambil memejamkan mata, aku nikmati sentuhan jari Anik di puting, pinggang, lalu pantat. Setelah itu giliran Anik ‘digarap’ Aluh, yang dengan berani mengelus pangkal paha Anik.
Terakhir Aluh yang kutelanjangi, lalu kubelai putingnya yang mulai berdiri, kucubit lembut putingnya, kuremas pantatnya. Pokoknya semua jenis sentuhan yang pernah kurasakan kupraktikkan ke tubuh Aluh, yang nampaknya menyukainya. Aluh sempat memintaku untuk menyentuh kewanitaannya. Namun karena risih, kutolak permintaannya.
Berikutnya kami berempat masing-masing mencari posisi yang enak, kemudian terbang ke alam khayalan. Setelah melewati puncak, kulayangkan pandangan ke Aluh, Ririn, dan Anik. Ternyata aku termasuk paling cepat mencapai klimaks, sehingga aku sempat melihat gaya sahabat-sahabatku merangsang diri. Satu persatu mereka mencapai puncak dengan gayanya sendiri-sendiri.
Aluh terlentang, tangan kanan di pangkal paha tangan kiri mengusap dada. Ririn telungkup menjepit bantal. Sementara Anik duduk bersandar di tembok dengan kaki dilipat merangsang pangkal pahanya dengan kedua tangan.
Setelah semua ‘sadar’, kembali kami saling bercerita kenikmatan kami, saling berbagi teknik belaian dan informasi area ‘greng’, dan tentu saja, saling becanda seperti biasanya.
Tiba-tiba terdengar suara gerbang dibuka. Kami mengintip melalui jendela. Ternyata mobil kakak Anik (mas K) masuk garasi. Sejenak kami kebingungan, namun Anik langsung menutup gordin. Jadi kami nggak usah buru-buru berpakaian.
Sekonyong-konyong Aluh punya ide gila. Teringat waktu mengekspos dada di kelas, Aluh usul untuk bikin acara semacem itu dengan sasaran kakaknya Anik. Aku langsung setuju. Keinginan untuk dinikmati dan dikagumi muncul kembali dalam dadaku. Anik setuju dengan catatan dia nggak mau telanjang bulat. Ririn setuju dengan syarat yang sama.
Kalau aku, justru pengen nunjukin memek-ku, apalagi kepada cowok sekeren kakaknya Anik. Lalu kami ngebahas gimana pelaksanaannya. Kata Anik, setiap Sabtu kakaknya akan keluar sekitar jam 7 pagi buat latihan tenis, terus pulang sekitar jam 9 pagi.
Karena kamar Anik di tepi jendela samping dekat garasi, kami punya kesempatan pamer pas mas K lewat jendela habis masukin mobil ke garasi. Rencananya, jendela dibuka, tapi gordin ditutup dengan disisakan celah di tepi jendela buat ngintip.
Posisi juga udah diatur, Aluh di atas ranjang. Aku di karpet di bawah, bersama Anik. Ririn duduk di kursi belajar, membelakangi jendela. Dia sempat protes, entar nggak bisa liat expresi mas K, dong. pemecahannya gampang, taruh cermin di atas meja belajar, biar bisa liat mas K. Di karpet juga ditaruh satu cermin, kalau-kalau aku ato Anik tiba-tiba malu trus pengen membelakangi jendela.
Sebelum pulang, Anik usul agar kami bawa kosmetik buat dandan sedikit, biar tambah cakep. Aluh dan aku sepakat untuk mencukur bulu memek sehari sebelumnya, agar lebih keren dan bisa kelihatan lebih jelas.
Dan hari Sabtu berikutnya, jam 7 pagi kami udah standby di rumah Anik. Kali ini agak lain. Semua terlihat nervous. Ririn terlihat pucat, Anik juga. Tanganku gemetaran. Maklum, ini pertama kalinya daerah paling pribadi kami berempat akan dilihat seorang pria.
Cuma Aluh yang santai. Dia juga yang ngajakin kami berempat untuk mandi bareng biar fresh dan keliatan seger. Jadilah kami mandi bareng. Ternyata bukan cuma aku dan Aluh yang mencukur bulu memek, Ririn dan Anik juga, padahal mereka rencana semula mereka nggak mau telanjang. Malu-malu, Ririn bilang kalau aja berubah pikiran pengen pamer, ‘kan keren. Anik idem. Abis mandi kami langsung dandan seperlunya, biar tambah cakep.
Jam 8 lewat udah siap. Kami berempat cuma pake baju atas plus celana dalam, rok dan bra ditinggal. Anik dan Ririn pake G string, biar bisa pamer pantat tanpa melepas celana. Aku dan Aluh manas-manasin biar mereka mau copot celana juga. Entar nyesel lho. Jawabannya nyantai: entar deh gimana. Trus nungguin.
Anik membuka jendela, terus menutup gordyn, tak lupa menyalakan semua lampu yang ada. Atas usul Anik, sambil nunggu, kami mulai merangsang diri untuk pemanasan. Sesekali kami bergantian melongok ke jendela, mengecek apa “calon penonton” sudah datang.
Jam 9 kurang sedikit terdengar suara pintu gerbang dibuka. Aku dan Aluh melongok ke jendela, mastiin mas K yang datang. Ternyata bener. Aku buka gordyn sekitar 20 senti-an, trus lepas celana dalam dan melepas semua kancing baju, lalu baring-baring di karpet. Aluh udah telanjang bulat di atas ranjang sambil mengusap-usap putingnya.
Anik dan Ririn juga udah mulai. Aku baring-baring santai sambil pelan-pelan membelai putingku. Sesaat kemudian, mas K lewat dan, pas sekali, menoleh ke arah kamar Anik. Aku pura-pura memejamkan mata, trus asyik dengan putingku.
Pelan-pelan tanganku turun ke daerah paha. Mataku yang terpejam kubuka kecil, mau liat reaksi mas K. Ternyata dia lagi liat ke arah Aluh. Ah, sial bener. Saat ujung jariku menyentuh clitorisku, secara refleks aku mengerang, ternyata menarik perhatian mas K. Dan… dia melihatku, tepat saat aku membuka lebar kedua kakiku.
Aku tambah semangat. Dadaku berdegup kuat sekali. Pelan-pelan kutekuk kedua kakiku, lalu kuangkat pinggulku, agar memek ku dapat dilihat lebih jelas. Aku bersyukur dapat posisi di bawah, dekat jendela karena mas K dapat langsung melihat ke arahku.
Aku naik turunkan pinggulku, sambil sesekali memicingkan mata mengintip mas K yang nampak sekali menyukai show ku. Dan acara itu ditutup dengan orgasme yang nggak akan kulupakan seumur hidupku: orgasme pertamaku didepan seorang pria!!
Saat kubuka mataku, tanpa sengaja tepat saat mas K melihat ke arahku. Mas K tersenyum dan mengacungkan jempolnya ke arahku. Wow… dia suka. Meski dalam hati aku merasa lega dan bangga, namun aku pura-pura tidak melihat. Aku pelan-pelan mengancingkan bajuku. Kedua kakiku masih kubiarkan terentang lebar, sambil berharap semoga mas K melihat ke arah bagian tubuhku yang paling pribadi.
Kulayangkan pandangan ke seputaran kamar. Ternyata, lagi-lagi aku yang pertama mencapai puncak. Tak lama menyusul Anik dengan posisi terlentang dan kedua kaki diangkat ke dinding. Aluh berikutnya, terlentang di atas ranjang, kedua kaki diangkat.
Dan terakhir Ririn, si pemalu, yang dengan berani melorotkan celananya sampai sebatas paha dan membungkuk ke arah meja. Miss-V nya mengintip di antara sepasang pantatnya yang putih. Keliatan juga dia terus memandang ke arah cermin di atas meja, memperhatikan mas K.
Setelah semua mencapai puncak, kulirik jendela, mas K udah nggak keliatan lagi. Aku tersenyum ke arah Anik, lalu ke Ririn, mengacungkan jempol tanda sukses. Aluh tersenyum mantap, berbisik “sukses!”.
Tiba-tiba terdengar bunyi berisik dari halaman. Kami berempat melongok ke jendela. Ternyata mas K jatuh tersandung pot bunga. Kami berempat tertawa cekikikan, yang membuat mas K menoleh ke arah kami. Secara reflek kami berempat menutup dada dengan tangan.
Tapi mas K tersenyum ke arah kami, trus bilang percuma kami nutupin dada, soalnya dia tadi udah sempat lihat. Abis gitu dia minta maaf, katanya nggak sengaja liat acara kami. Bagaimanapun juga, mas K bilang kalau tubuh kami keliatan seger dan menggemaskan. Trus dia permisi masuk rumah. Kami sekali lagi kami berempat saling pandang dan tersenyum lega. Sukses. Apa lagi? orgasme udah dapat, pujian dari kakaknya Anik juga diperoleh.
Nggak seberapa lama mas K ngetuk pintu kamarnya Anik. Kami saling pandang. Mau apa? Buru-buru kami pake baju seadanya. Setelah dibukain pintu, mas K nawarin vcd porno punya dia. Katanya biar kami tahu tubuh cowok. Kami ketawa, trus bilang kalau Anik udah pernah ambil vcd itu dari kamarnya mas K. Aku tambahin, kalau udah pernah, yang belum itu aslinya.
Enggak taunya mas K nanggapin serius, dia mau bantu kalau kami pengen liat cowok telanjang. Kami cuma ketawa cekikikan, nggak berani mutusin. Mas K bilang kami boleh mutusin kapan aja, lalu dia pergi ke kamarnya. Trus kami tutup pintu kamar, ngebahas tawaran mas K.
Anik nggak setuju kakaknya jadi obyek sexual. Aku bilang nggak apa-apa, kami sama-sama saling lihat, jadi impas. Lagipula kakaknya kan keren, siapa tau aku, Aluh, atau Ririn entar bisa jadi pacarnya. Aluh dan Ririn setuju pendapatku.
Jadilah. Aluh jadi juru bicara. Kami rame-rame ke kamarnya, lalu minta mas K buat njalanin tawarannya tadi. Dia tertawa lalu bilang okey, sambil minta waktu buat mandi dulu, soalnya keringatan abis maen tenis. Mas K mempersilakan kami masuk ke kamarnya, biar lebih enak, katanya.
Kami berempat duduk santai, nungguin mas K mandi. Kami ngobrolin show kami yang sukses tadi. Ririn banyak digojlok karena hari ini pertama kali dia mau menunjukkan memek nya, bahkan dua kali, waktu mandi dan show. Aluh sesekali mengintip ke kamar mandi dan berkomentar wow keren… Abis mandi, mas K keluar dengan lilitan handuk di pinggangnya, rambutnya basah.
Abis gitu dia duduk di karpet, ngajakin kami duduk di sekitarnya. Lalu dia cerita segala macam tentang cowok. Mulai dari apa yang disukai tentang cewek, apa yang diliat, kami jadi tau kalau cowok itu suka yang bikin penasaran, kemampuan ejakulasi maksimal seorang cowok, bagaimana membelai daerah paha dan bokong cowok untuk membuat ejakulasi makin kuat, supaya tidak tersedak kami harus menaruh lidah di ujung penis saat ia mau ejakulasi, dll.
Abis gitu dia nawarin kami untuk menyentuh tubuhnya. Mas K trus nyuruh kami bergantian meraba dada dan punggungya. Setelah kami semua dapat giliran, suasana agak cair. Kami mulai bisa cekikikan lagi. Terus Ririn tanya, boleh lihat ‘itunya’ mas? Mas K melepaskan handuknya, lalu membelakangi kami.
Pelan-pelan dia menurunkan celana dalamnya, lalu berbalik ke arah kami. Dan… wow… pengalaman pertama melihat cowok telanjang secara langsung. Dadaku berdegup kencang. Tenggorokan langsung terasa kering.
Keindahan otot tubuhnya, pantat yang kencang, warna pink bagian ‘kepala’ penis. Tak akan bisa terlupakan. Ririn pura-pura tidak melihat namun sesekali mencuri pandang, Anik cuek aja melihat kakaknya.
Abis gitu mas K ngajarin caranya bikin cowok tegang anunya. Mas K meminta kami untuk membelai itunya. Langsung aja itunya mas K berdiri. Kami pun cekikikan kembali.
Berikutnya kami diajarin ciuman, french kiss, necking, lidah, dll. Kami bergantian ditraining mas K, kecuali Anik, cuman bisa liat aja. Abis ciuman kami ditunjukin gimana rasanya diraba-raba oleh cowok. Prakteknya, kami diminta mas K menghadap tembok seperti penjahat diperiksa polisi di film-film. Aku dengan senang hati minta giliran pertama.
Mas K menyarankan untuk melepas baju seminim mungkin. Aluh, Ririn, dan Anik memberi semangat. Pelan-pelan kulepas penutup tubuhku satu persatu, tanpa ada yang tersisa. Lalu aku berbalik menghadap tembok dan menyandarkan kedua telapak tanganku ke tembok. Tangan mas K mulai menggerayangi rambut, pundak, punggung, puting, pinggang, pantat, paha, kaki, termasuk daerah kewanitaanku.
Kemudian aku disuruh duduk di kursi, lalu… oh my God… mas K menggelitik daerah kewanitaanku dengan lidahnya! Tak tahan, aku orgasme dengan suksesnya. Kakiku sampai gemetaran merasakan nikmatnya.
Mas K lalu bertanya apa ini pengalaman pertama diraba cowok? Malu-malu aku mengakuinya. “Kirain udah biasa, habis shownya tadi hot bener”. kami cuma cekikikan. Satu persatu semuanya dapat giliran, termasuk Anik.
Satu persatu, kami diantar mas K ke puncak birahi. Seolah tahu kalau kami suka dipuji, Mas K mengomentari keindahan tubuh kami. Katanya bokongku paling bagus, montok, kenyal, dengan kulit halus dan lembut. Dia juga bilang kalau aku beruntung karena gampang terangsang dan cepat orgasme. Payudara Anik paling sexy, putingnya yang tegak amat menggoda.
Kaki Aluh panjang, mulus, dan indah, serta proporsi tubuh paling seimbang. Dan yang paling senang adalah Ririn, yang selain dibilang mas K paling manis di antara kami berempat, juga dipuji memek-nya paling rapat, montok, dan menggemaskan.
Aluh, aku, dan Anik sedikit iri dengan keberuntungan teman kami yang pemalu ini. Sementara Ririn sedikit tersipu namun kelihatan kalau dia menyukai pujian mas K.
Abis itu, Aluh minta mas K buat nunjukin air maninya. Ia ketawa, trus bilang kalian aja yang ngeluarin, sambil ngajarin kami metode untuk memaksa air mani keluar, dengan tangan atau mulut. Kata mas K, kami cuma dapat mencoba sebentar-sebentar, soalnya kalau udah terlanjur ejakulasi pasti lemes.
Lalu mas K duduk di kursi. Aluh langsung minta giliran pertama. Ia berlutut di depan mas K, langsung mengulum itunya mas K. Lewat 10 menit, mas K minta berhenti, hampir keluar katanya. Aluh cuek dan meneruskan, tapi kami bertiga protes, takut nggak kebagian.
Trus istirahat sejenak. Setelah itu giliran Anik, cuma pakai tangan. Trus Ririn, juga cuma pake tangan. Aku dapat giliran terakhir. Berlutut di antara kedua pahanya, aku mulai dengan membelai dan memelintir pelan-pelan.
Mas K memejamkan matanya, keenakan. Kurasakan otot itunya mas K menggelitik telapak tanganku. Mas K bilang, diemut dong. Karena ragu-ragu, aku cuma berani mengecup kepalanya saja. Rasanya asin. Beberapa saat, mas K bilang mau keluar lagi. Aku cuek aja. Kugenggam itunya erat-erat dan kunaik-turunkan tanganku.
Dan… kurasakan ada sesuatu yang bergerak cepat di saluran bagian bawah penis, dan… crut… cairan putih kental melejit beberapa kali dari ujung penisnya. Yang pertama menembak dadaku. Pinggul mas K terangkat.
Yang kedua, saking kerasnya, mengarah ke bibirku Mmm… terasa asin. Mas K terpejam, terlihat keenakan. Setelah selesai puncaknya, dia tersenyum dan bilang terima kasih dengan lembut. Lalu mengambil tisu untuk mengelap dadaku dan bibirku yang belepotan benihnya.
Lalu mas K nawarin untuk ngajarin kami bersetubuh, kalau kami berminat. Kami cuma celingukan. Ririn trus tanya apa mahkota kami masih utuh jika udah pernah digituin. Katanya mas K, bisa ya bisa enggak. Aluh yang biasanya nekat kali ini juga nggak berani mutusin. Kata mas K, kalau kami udah siap, dia bisa bantu kapan aja. Abis gitu mas K bilang mo istirahat soalnya capek.
Di kamar Anik, kami ngebahas pengalaman pertama kami tadi. Rame banget. Kataku, enak Anik dong, serumah sama mas K. Anik bilang, “Husy! dia kan kakak, paling cuma raba-raba ajah.”
Langsung aja aku, Aluh, dan Ririn bilang, “Huuu. itu ‘kan enak juga!” Ririn, dengan malu-malu, tanya apa mas K udah punya pacar. Kalau belum, mau jadi pacarnya.
Aku nyautin, ijin dulu sama aku, aku udah pernah ngeluarin benihnya dan bikin dia orgasme, jadi mestinya dapat prioritas.
Aluh langsung protes, soalnya dia yang tadi minta mas K nunjukin benihnya. Sementara Ririn dengan optimis bilang mas K pasti suka sama dia karena dia paling manis dan memek nya paling menggemaskan di antara kami berempat. Rame lah pokoknya. Akhirnya kami janjian kalau kami nggak bakalan memancing-mancing mas K untuk dijadiin pacar, kecuali dia yang meminta sendiri.
Sahabat-sahabatku juga pada bertanya, gimana sih rasa cairan benih mas K? Gimana rasanya membikin cowok orgasme? Aku tersenyum, trus bilang minggu depan atau besok ‘kan bisa coba sendiri, tinggal janjian sama mas K.
Dalam hatiku aku berkata yang ini biarlah untukku, akan kusimpan sendiri gurihnya rasa benihnya, rasa bangga mengantar cowok ke puncak kenikmatan, dan tatapan lembut mas K saat mengucap terima kasih.
“Kegilaan” kami berempat ternyata tidak membuat kami terhanyut. Buktinya kami masih bisa mempertahankan mahkota kami sampai lulus SMA. Setelah itu Ririn dan Anik melanjutkan kuliah di kota yang sama. Aku dan Aluh melanjutkan kuliah di kota M, dan kadang melanjutkan penyaluran bakat genit kami berdua. www.filmbokepjepang.net