Kasih Sayang Seorang Pembantu
- Home
- Cerita sex pembantu
- Kasih Sayang Seorang Pembantu
Sebelumnya ingin memperkenalkan diri Saya Iwan usia 32 tahun dan sudah berkeluarga dengan dua orang putri yang masih kecil. Saya ingin membagi cerita pengalaman ini kepada para penggemar situs ini berdasarkan pengalaman yang Saya alami.
Saya tinggal bersama keluarga serta seorang pembantu rumah tangga sebut saja bernama Mia, dia berumur sekitar 17 tahunan dan berasal dari daerah Jabar. Saya adalah seorang korban PHK salah satu
Perusahaan yang bangkrut dan menganggur. Istri bekerja pada perusahaan swasta yang berpenghasilan cukup untuk kehidupan kami sekeluarga walaupun pas-pasan. Tetapi Saya dan istri memang sering berselisih paham sehingga terjadi keributan kecil yang membuat Saya menjadi merasa terpojok karena posisi Saya yang masih menganggur.
Kehidupan Saya mulai terasa jenuh dan pusing melihat tingkah laku istri yang sering meremehkan diri Saya yang seolah-olah sudah tidak berguna lagi, akan tetapi Saya masih mempunyai power sebagai kepala keluarga yang memiliki segalanya seperti rumah, kendaraan dan masih ada sedikit kerja sampingan walaupun kadang-kadang ada dan tidak. Sehari-hari Saya berkumpul dengan anak dan Mia yang sangat perhatian terhadap Saya dan anak-anak, walaupun dia hanya seorang pembantu tetapi Saya anggap sudah seperti keluarga sendiri dan tidak ada perbedaan diantaranya.
Pada suatu hari tepatnya hari Sabtu Saya dan keluarga pergi berlibur ke rumah orangtua dan si Mia tidak ikut pergi karena akan kumpul-kumpul dengan teman-temannya sesama pembantu disekitar rumah. Rupanya tanpa sepengetahuan Saya dan keluarga, mereka berkumpul dirumah Saya untuk acara rujakkan dan nonton VCD. Rupanya salah seorang pembantu bernama Ani membawa VCD BF yang dia beli pada pasar malam keliling yang suka ada di perumahan.
Hari itu mereka berkumpul Mia, Ani, Ipah dan Iroh yang kesemuanya adalah pembantu sebelahan rumah Saya. Sambil makan rujak mereka menikmati Film BF yang distel via VCD Player di ruang tamu sekaligus ruang keluarga Saya. Memang VCD Player Saya tidak kunci dan disitu tersimpan beberapa Film BF Koleksi Saya. Mereka menonton sampai sore sekitar jam 15.00, karena takut ketahuan oleh Saya yang akan pulang berliburan dari rumah Orangtua.
Setelah beberapa hari kemudian Saya mendengar salah seorang pembantu bercerita pada temannya lagi, bahwa hari Sabtu kemarin dia nonton BF beramai-ramai dirumah Saya. Saya yang mendengar itu langsung Saya hampiri pembantu tersebut yang bernama Iroh dan Saya bertanya.
“Iroh Benar Kamu nonton dirumah Saya?!” Iroh kaget karena ditegur oleh Saya.
“Bbee.. Nar Pak..” jawabnya gugup dan raut mukanya memerah karena takut.
“Sama siapa saja Kamu nontonnya..?!” selidikku lagi.
“Sama Mia, Ani dan Ipah.. Pak!” jawabnya lagi.
“Film apa yang Kamu tonton..?!” tanyaku lagi pura-pura tidak tahu.
“Film Dewasa Pak..” jawabnya singkat.
“Film Dewasa apa?!” cecarku kemudian.
“Film porno Pak..!” jawabnya lagi.
“Oke.. Terima kasih ya atas informasinya ” kataku.
Saya pulang ke rumah tetapi tidak Saya tegur si Mia mengenai hal tersebut diatas. Hal tersebut Saya simpan sampai beberapa hari agar tidak curiga. Pada hari ke sepuluhnya baru Saya memanggil si Mia.
“Mia.. Sini sebentar..” panggilku.
“Ya.. Pak.. Ada apa Pak..?!” jawabnya.
“Waktu hari Sabtu yang lalu Kamu kumpul disini ya..?!” tanyaku dengan nada masih lembut.
“Hari Sabtu kapan Pak..?” tanyanya lagi.
“Waktu Saya dan keluarga pergi ke rumah Orang tua Saya..” jawabku.
“Oohh.. Iya Pak..” jawabnya singkat.
“Kamu ngapai aja disini..?!” selidikku pelan.
“Saya hanya rujakkan sama teman-teman..” jawabnya sambil menahan sesak didada karena berbohong.
“Yang benar.. Kamu hanya rujakkan aja..!!” seruku menyelidik lagi.
“Iya Pak.. Kalau nggak percaya tanya aja sama mereka..” sergahnya lagi.
“Katanya Kalian rujakkan sambil nonton film porno..!” selidikku lagi.
“Nggak kok Pak..” jawabnya lagi sambil tertunduk menutupi wajahnya yang memerah.
“Kata si Iroh Kalian pada Nonton Film porno..” cecarku lagi.
“Iya Pak..” jawabnya malu.
“Kenapa nunduk aja.. Ayo lihat ke Saya..” pintaku lagi.
Dengan berat hati Mia menatap ke Saya dengan rasa takut.
“Kenapa Kamu berani-beraninya nonton Film itu..?!” tanyaku lagi.
“Si Ani yang minta distelin film itu..” jawabnya ketakutan. Sebagai informasi Si Ani pembantu sebelah rumah sudah menjanda dan umurnya kira-kira 26 tahunan.
“Kamu merasa sudah Dewasa yaa..?!” tanyaku dengan lembut.
“Nggak Pak..” jawabnya singkat.
“Jadi untuk apa Kamu nonton film itu..?!” selidikku terus agar dia merasa bersalah.
“Hanya ingin tahu aja kok Pak..” Jawabnya polos.
“Boleh Kamu ingin tahu, tetapi caranya salah..” hardikku tenang.
“Iya.. Pak.. Mia ngaku salah.. Maafkan Mia ya Pak..” mohonnya kepada Saya.
“Oke.. Saya maafkan Kamu tetapi jangan Kamu ualangi lagi yaa..” Kataku lagi.
“Iyaa.. Pak..” Jawabnya sambil tersenyum.
“Kamu sudah kasih makan anak-anak belum?” tanyaku.
“Sudah Pak..” jawabnya.
“Sekarang Kamu ajak anak-anak tidur siang yaa..” pintaku kepadanya.
Singkat cerita mereka bertiga tertidur dikamar belakang yang biasa ditempati oleh anak-anak. Jam menunjukkan 13.15, Saya membuka pintu kamar tersebut dan melihat anak-anak sudah tertidur pulas ditemani oleh si Mia yang tidur ditepi ranjang dengan posisi telentang. Saya masuk perlahan-lahan dan kucolek tangan si Mia, ternyata tidak ada reaksi darinya. Maka Saya coba menyingkapkan dasternya secara hati-hati sampai keatas perutnya.
Saya lihat CDnya yang berwarna putih membayang bulu halus didalamnya, Saya coba merabanya perlahan pada bagian gundukan cdnya sambil menekan secara hati-hati agar tidak terbangun. Saya lihat Mia diam saja seolah tidak ada kegiatan apa-apa pada dirinya. Saya yakin dia pasti tahu Saya sedang meraba-raba tubuhnya, tetapi dia pura-pura tidur karena merasakan nikmatnya sentuhan tangan seorang laki-laki.
Beberapa menit kemudian Saya merasa CD Saya ada yang mengganjal, makin asyik Saya meraba semakin kencang saja kemaluan Saya menekan CD. Maka Saya buka celana dan CD Saya sambil terus meraba vagina Mia yang masih memakai CD itu, ternyata cdnya mulai basah oleh air kenikmatan yang keluar dari vaginanya. Saya coba melepaskan cdnya perlahan dan ternyata Mia memberikan peluang agar cdnya mudah terlepas dengan cara mengangkat pantatnya sedikit padahal dia masih tidur. Saya berpikir bahwa Si Mia tidak tidur, tetapi pura-pura tidur.
Saya coba mendekati vaginanya dengan hidung untuk mencium aromanya dan ternyata dia merawat dengan baik vaginanya sehingga tidak bau dan bulu-bulu halusnya tertata rapi. Saya menjulurkan lidah Saya kealat vitalnya sambil merasakan cairan kehangatan yang baru saja keluar. Mungkin Mia merasakan kenikmatan Saya jilati vaginanya, dia mulai membuka pahanya walaupun masih dalam keadaan tidur.
Kini Saya makin nafsu melihat bongkahan belahan vaginanya yang mulai terbuka agak lebar itu, Saya semakin dekat menjilati lubang vaginanya serta sekali-kali lidah Saya masuk kedalamnya dan tanpa terasa kedua pahanya membuka semakin lebar saja sehingga lubang vaginanya makin merekah terbuka. Saya sudah tidak tahan lagi, maka Saya arahkan kemaluan Saya kelubang vaginanya yang masih sempit itu. Memang si Mia masih Perawan statusnya sehingga Saya agak susah memasukkan kemaluan yang lumayan besar tertama bagian kepalanya.
Saya tekan perlahan ternyata Mia melenguh sambil menggerakkan pantatnya karena tertekan kemaluannya. Saya makin menekan lagi lagi lagi dan akhirnya masuk terbenam semua batang kemaluanku, Mia masih tidak bereaksi sama sekali. Saya memulai permainan ini dengan perlahan karena takut si Mia terasa sakit. Rupanya Mia merasakan nikmat karena Saya mendengar desahan nafasnya yang tertahan perlahan-lahan “Eehh.. hh..” desahnya.
Saya memaju mundurkan kemaluan dengan hati-hati dan ternyata si Mia sudah mencapai orgasmenya, sebab Saya merasakan ada cairan yang membasahi batang kemaluanku sehingga dengan mudahnya mempermainkan kemaluanku turun naik secara continue. Sepuluh menit kemudian Saya menyusul sampai puncak kenikmatan yang tak tertahankan lagi dan oohh.. Croott.. Croott.. Saya memuncratkan sperma kedalam lubang vaginanya si Mia.
Setelah puas dan merasakan kemaluan Saya sudah menciut, Saya cabut perlahan-lahan dan tak lupa Saya pakaikan cdnya kembali, ternyata Mia tahu mau dipakaikan cdnya secara perlahan Mia mengangkat pantatnya. (Saya yakin Mia tidak tidur, tetapi pura-pura tidur) Saya pergi kekamar mandi untuk membersihkan cairan kenikmatan si Mia yang bercampur darah segar keperawanannya. Saya pergi ke kamar depan untuk merebahkan diri karena merasa puas telah mendapat perawan desa yang bersih dan lumayan cantik.
Jam 17.10 mereka pada bangun tidur siang, sedangkan Saya masih nyenyak tidur karena lelah. Saya terbangun setelah anak-anak selesai mandi dan berdandan rapi, karena mereka langsung mancari Saya untuk memberikan ciuman kasih sayang anak kepada orangtuanya. Saya keluar kamar langsung ambil handuk dan ingin mandi, didekat kamar mandi Saya berpapasan dengan si Mia yang sedang membawa makanan untuk anak-anak sambil tersenyum. Saya semakin yakin bahwa si Mia tadi tidak tidur pada saat Saya setubuhi. Saya langsung masuk kekamar mandi untuk menyegarkan diri.
Beberapa hari kemudian hal tersebut terulang lagi seperti biasa, si Mia masih pura-pura tidur. Seminggu kemudian Saya memberanikan diri untuk menanyakan hal tersebut.
“Mia.. Sini sebentar..” panggilku.
“Yaa.. Pak..” jawabnya.
“Kamu selama ini tidur siang cuma pura-pura yaa..?!” selidikku.
“Ach.. Nggak kok Pak.. Mia tidur siang sama anak-anak kok..” jawabnya lagi.
“Bohong Kamu.. Saya tahu kok kamu pura-pura tidur.. Iyaa.. Kan..?!” cecarku lagi.
“Benar Pak.. Mia memang tidur..” kilahnya.
“Kok Kamu.. Mendesah-desah begitu..” cecarku lagi.
“Mia mimpi ditidurin sama Bapak..” jawabnya lugu sambil tertunduk malu.
“Memangnya Kamu mau merasakan seperti yang difilm BF yang Kamu tonton waktu itu..?!” tanyaku untuk meyakinkan dia.
“Ach.. Nggak achh..” kilahnya sambil tersenyum.
“Kalau Kamu mau nggak apa-apa kok.. Nanti yaa.. Kalau anak-anak sudah pada tidur siang..” pintaku.
“Ach.. Jangan Pak..” elaknya sambil berlalu menemui anak-anak yang lagi main diteras depan.
Saya yakin Mia mau tapi malu-malu dan takut Saya marah. Siang itu seperti biasa mereka tidur dikamar belakang, Saya menghampiri si Mia yang sedang tidur dan Saya bangunkan sambil jari telunjukku menutup bibirnya agar tidak berisik. Mia bangun dan duduk ditepi tempat tidur dengan mata yang masih sembab karena tertidur pulas.
“Ayoo.. Kita pindah ke bawah aja..” ajakku (lantai yang sudah Saya siapkan dengan alas karpet permadani tebal).
“Ngapain Pak..?!” tanyanya masih terkantuk-kantuk.
“Kan Kamu bilang Kamu mimpi..” jawabku.
“Achh.. Nggak Pak.. Takut..!” serunya perlahan.
“Ini mimpi yang jadi kenyataan lho..” cecarku seolah merengek minta persetujuan.
Tanpa dikomando lagi Mia langsung turun dan duduk diatas karpet dan Saya duduk didekatnya sambil Saya pegang pundaknya agar Mia merebahkan diri. Mia memang masih terlihat ngantuk, sebab dia langsung menjatuhkan kepalanya diatas bantal yang telah Saya sediakan. Saya merebahkan diri disebelahnya sambil membuka kaos yang Saya kenakan serta celana pendeknya. Saya masih menggunakan CD, langsung Saya peluk Mia perlahan sambil memiringkan badannya agar menghadapku.
Saya memulai permainan dari membelai-belai rambutnya yang diteruskan mengelus pundak dan terus kepinggangnya. Mia masih diam saja sambil meram. Saya dekatkan bibir Saya kebibirnya serta mengulumnya, ternyata Mia masih belum bereaksi juga. Kusingkap dasternya dari bawah keatas untuk melepaskannya, kini terpampanglah dua gunung kembar yang masih terbungkus BH dan CD. Mia mulai membuka matanya sedikit demi sedikit, Saya meremas gunung kembarnya secara perlahan dari balik BH-nya sambil sesekali memilin putingnya dan Miapun mendesah.
“Ehh.. Hh”.
“Kenapa sayang.. Enak yaa..” tanyaku ditelinganya perlahan.
“Hee.. Ehh” jawabnya merintih.
“Buka yaa.. BH-nya..” pintaku dan dijawab oleh anggukan kepalanya.
Saya buka BH-nya dan tanpa meminta lagi kuloloskan juga CD-nya. Tanpa menunggu aba-aba lagi Saya langsung bergerilya memporakporandakan pertahanan musuh (perang kali). Kujilati puting susunya dan secara perlahan turun keperut serta selangkangannya sambil kubuka kedua pahanya agar kepala saya dapat masuk untuk menjilati vaginanya. Mia mendesah ketika Kumasukkan lidahku lebih dalam ke lubang vaginanya.
“Ehh.. Enak.. Pak.. Truuss..”
Saya makin bertambah nafsu dan semakin gencar jilatan-jilatan sampai pantat Mia terangkat karena sudah mencapai orgasmenya.
“Pak.. Mia.. Mau pipis.. Pak.. Oouuchh ” rintihnya yang dibarengi mengalirnya cairan putih dengan ciri khas keharumannya. Saya mendekatkan bibirnya sambil mengulumnya dan Mia memelukku dengan eratnya sambil berbisik.
“Capee.. Pak.. Ohh..”.
“Sekarang gantian Mia mengelus-elus burung Saya yaa..” pintaku.
“Ogah achh.. Takut..” Sergahnya.
“Nggak apa-apa kok, Mia cuam elus-elus pelan kok..” rengekku.
Tanpa komando berikutnya, Mia langsung menghampiri selangkanganku dan meloloskan CD-ku. Mia agak terbelalak melihat burungku yang sudah tegak sejak tadi dan tangannya mendekati dengan perasaan berdebar untuk memegangnya.
“Kamu genggam batangnya, lalu kocok perlahan seperti memerah susu sapi..” perintahku lagi.
“Begini ya Pak..” Mia berkata sambil melakukan kocokan perlahan (karena Mia sudah lihat caranya di VCD).
“Hee e.. Eeh..” jawabku sambil menikmati.
Aku meminta Mia agar berada diatasku seperti posisi 69, Mia menuruti dan Saya memulai menjilati lubang vaginanya yang sesekali memasukkan jari telunjukku untuk menggelitik clitorisnya dan..
“Hmm.. Hmm..” Desahnya yang terhalang oleh kemaluanku yang berada di mulutnya.
Saya melihat ada cairan putih mulai mengalir sedikit demi sedikit, maka Saya minta Mia untuk menduduki Saya dengan lubang vaginanya mengarah ke kemaluanku secara perlahan.
“Oohh.. Pak.. Saakit..” sergahnya sambil mencabut kembali.
“Nggak apa-apa kok.. Hanya sebentar aja kok.. Sakitnya..” kataku sambil menarik pinggangnya agar menekan vaginanya kembali.
“Hee.. Eeh.. Hmm” desahnya ketika kemaluanku menembus vaginanya.
“Perlahan aja turun naiknya.. Biar Kamu merasa nyaman dan tidak sakit..” pintaku sambil kupeluk tubuhnya yang mungil dan putih.
Tanpa terasa Mia telah lihai mempermainkan permainan ini, sehingga Aku tidak perlu lagi mengajarinya. Maklum Mia sudah belajar via VCD yang mungkin sering ditontonnya tanpa sepengetahuanku.
“Oohh.. Teruus.. Miaa.. Oohh ” desahku merasakan kenikmatan.
“Heehh.. Ehehh.. Eenak Pak..” Desahnya sambil memompa dengan cepatnya.
Permainan bertambah gairah ketika terdengar suara kecipak gesekan antara kemaluanku dengan vaginanya Mia yang sudah basah dari tadi.
“Pakk.. Paak.. Oouchh..” Mia melenguh panjang karena orgasme.
Dan Saya merasakan kehangatan pada batang kemaluanku. Saya minta Mia berada dibawah sambil menaruh bantal untuk mengganjal pantatnya agar bertambah nikmat merasakan vaginanya yang semakin menyembul ke atas.
“Ooeehh.. Ehhehh” ocehnya ketika kumasukkan kemaluanku ke lubang vaginanya sambil kugenjot turun naik.
“Ayoo.. Pak.. Mia.. Capek nich.. Mau Bobo..” pintanya.
Dan Saya semakin bernafsu untuk mengenjotnya lebih kencang lagi.
“Miaa.. Saayaa.. Sampaaii.. Oohh.. Ohh” desahku perlahan ditelinganya.
“Miiaa..” Croot.. Crrot.. Croot.. Croot.. Saya memuntahkan seluruh spermaku kelubang vaginanya sambil melumat bibirnya dengan penuh kemenangan.
Miapun memelukku dengan erat sambil bergumam, “Pak.. Enak.. Besok.. Lagi yaa..”
Permainan ini tidak sampai disini, tetapi masih berlanjut terus dan dilakukan seminggu 4 kali permainan pada saat tidur siang. Kalau malam jatah istri itu juga kalau dia yang minta.
Semakin hari semakin indah permainanku bersama Mia, karena Mia sangat memperhatikanku dan selalu membuatku semakin gila untuk mencumbunya bila bertemu dengannya. Suatu hari ketika isteriku baru pulang dari kerja, isteriku kelihatan suntuk dan kalau sudah begitu pasti terjadi keributan denganku. Sayapun pasti terpancing oleh emosi yang dibuat oleh isteriku sehingga tak tahan lagi untuk pergi keluar rumah dan mencari udara segar.
Keesokan paginya isteriku pergi kerja tanpa pamit, Mia melihat hal itu langsung merasa risih dan benci melihatnya. Saya saat itu masih tidur dan anak-anak juga, sedangkan si Mia baru selesai mencuci pakaian. Setelah selesai menjemur cucian, Mia biasanya pergi mandi. Tetapi kali ini Mia melihat kekamar Saya yang pintunya terbuka setelah ditinggal oleh isteriku yang sedang ngambek. Mia melihat Saya sedang tidur dengan menggunakan celana kolor bola yang model lama sehingga minim sekali sampai kemaluankupun terlihat lewat celahnya.
Melihat hal itu Mia menghampiri perlahan-lahan dan duduk ditepi tempat tidur sambil melihat kemaluanku yang sedang tegak sebagaimana lelaki normal, jika pada pagi hari selalu ereksi. Mia memberanikan diri untuk mengelus kemaluanku dan Saya mendadak bangun karena kaget ada yang mengelus-elus kemaluan Saya. Miapun tersentak dan merasa malu, tetapi Saya langsung duduk dan meraih pundaknya. Saya merasakan dingin memegang pakaian yang dipakai oleh Mia, karena pakaian yang dikenakan agak basah setelah mencuci pakaian. Mia mendekatkan tubuhnya kearah Saya dan langsung memberi kecupan ke pipi Saya sambil berkata.
“Semalam berantem lagi yaa..!”.
“Heem..” Jawabku singkat.
“Kacian yayangku berantem terus..” Ejeknya.
Saya menarik tubuh Mia untuk tiduran disampingku dan langsung kukulum bibirnya serta kuraba kedua gunung kembarnya secara bergantian.
“Semalam nggak dikasih yaa..” gadanya lagi.
“Boro-boro.. Nyolek aja ogah..” caciku.
“Hmm bohong..” godanya lagi.
“Benar.. Saya lagi nggak muut..” jawabku sambil tanganku turun meraba cdnya yang basah juga.
Mia menggelinjang ketika jari tangaku menyentuh klitorisnya lewat tepi cdnya, Mia tidak tinggal diam, tangannya langsung merogoh kemaluanku yang sudah tidak pakai CD tetapi pakai kolor bola. Mia melepaskan kecupan bibirnya dan langsung mengarahkan mulutnya ke kemaluanku untuk diisapnya. Sayapun tidak mau kalah, Saya tarik kakinya agar mulutku bisa merasakan vaginanya juga. Posisi kami sudah 69, kulepaskan cdnya dan kusibakkan dasternya. Mia melihat itu langsung melepaskan dasternya agar tidak menghalangi aktivitasku. Setelah itu Mia merosotkan celana kolorku dan melanjutkan hisapannya pada kemaluanku. Sepuluh menit kemudian Mia mulai mendesah-desah karena sudah mau mencapai orgasmenya.
“Ooh.. Pak.. Hmm..” desahnya pelan.
Saya semakin gencar melumat klitorisnya yang mulai terasa hangat, cairan kenikmatannya mengalir perlahan-lahan langsung kuhisap dan kujilati sampai terasa sesak dibuatnya karena ditekan oleh rasa nikmat si Mia yang sudah orgasme.
“Aduuhh.. Pak.. Oohh..” Mia melenguh panjang.
Saya langsung bangun untuk mengambil posisi siap tempur, Saya arahkan kemaluan yang sudah keras dan tegang sambil membuka selangkangan Mia lebar-lebar agar mudah memasukkannya. Mia menarik pundakku agar dapat melumat bibir Saya karena merasakan kenikmatan saat kemaluan Saya mulai masuk kedalam vaginanya. Saya memompa sesuai irama persetubuhan yang berlaku normal yaitu maju-mundur secara perlahan dan semakin lama semakin cepat.
Sepuluh menit kemudian Mia mulai mendesah karena sudah mau sampai pada puncaknya “Ouuch.. Pak.. Nggak.. Kuuat.. Oohh..” racaunya sambil memlukku dengan erat serta melumat bibirku. Saya semakin bernafsu sehingga goyangan pinggulku semakin gencar menghunjam vaginanya agar Sayapun merasakan kenikmatan orgasme seperti yang dialami oleh Mia. Lima belas kemudian rupanya si Mia sudah mau mencapai orgasmenya lagi, sehingga Saya merasakan himpitan vaginanya pada kemaluanku yang akan memuntahkan cairannya.
“Pakk.. Mmiiaa.. Oohh..” Desahnya karena mencapai puncaknya. Saya memompa semakin cepat karena sudah terasa pada batang kemaluan aliaran lahar panas yang akan memuncrat didalam goa kenikmatan si Mia.
“Oo.. Miiaa.. Oouchh..” desahku sambil memuncratkan spermaku didalam lubang vaginanya.
Saya masih menindihnya karena masih merasakan denyutan kemaluanku dan himpitan vagina si Mia yang masih mengempot-empot bagaikan sedang menghisap-hisap. Setelah mereda tegangan kemaluanku, kucabut kemaluanku dan merebah disamping Mia. Mia memelukku dan “Terima kasih yaa.. Pak..!” bisiknya. Saya masih memilin-milin puting susunya sambil bercerita ngalor ngidul. Rupanya Mia memang sangat perhatian terhadapku. Mia tidak mau melihat Saya murung dan sedih karena ulah isteriku yang egois dan merendahkan suaminya.
“Pak.. Mia.. Benci sama ibu.. (isteriku)” katanya.
“Kenapa benci sama Ibu..?!” tanyaku.
“Ibu jahat, Ibu nyebelin..” katanya lagi dengan nada agak kesal.
“Jahat kenapa? Nyebelin kenapa..?” selidikku.
“Pokoknya jahat, masa Bapak diremehin gitu..” jawabnya.
“Terus nyebelinnya kenapa..?” tanyaku lagi.
“Habis pagi-pagi Mia kena semprot juga, padahal Mia nggak punya salahkan..” Belanya.
“Yaa.. Sudah.. Mungkin Ibu lagi kesel sama Bapak..” menenangkannya sambil kupeluk tubuhnya dan tak terasa kemaluanku sudah ngaceng lagi dan berada tepat didepan vaginanya.
Mia merasakan ada yang menyentuh vaginanya, langsung mengangkat sebelah kakinya agar kemaluanku dapat masuk kelubang vaginanya sambil mendorong maju. Saya mengangkat Mia agar ada diatasku dan Saya suruh jangkok diatas kemaluanku sambil terus memompa kemaluanku turun naik. Singkat cerita, dua puluh menit kemudian Saya baru mencapai orgasmenya sedangkan si Mia sudah tiga kali mencapai orgasme.
Jam telah menunjukkan pukul 06.40 wib, anak-anak masih tidur karena semalam tidur agak larut. Mia bangkit dan keluar kamarku untuk pergi mandi, Saya mengikutinya dari belakang dan Kami mandi berdua sambil saling menyabuni tubuh bergantian. Saya agak terangsang saat si Mia menyabuni kemaluanku yang tiba-tiba tegang. Maka kusuruh si Mia ambil posisi nungging agar Saya bisa menghunjam vaginanya lewat belakang. Setelah orgasme Kami mandi untuk membersihkan badan kembali.
Jam 07.30 wib. Anak-anak baru pada bangun dan langsung mencari Saya yang sedang membaca koran sambil minum kopi yang dibuatkan oleh si Mia diteras.
“Celamat pagi Papa..” ucap Mereka.
“Pagi juga chayank..” balasku sambil kupeluk dan cium mereka satu-persatu.
“Enak yaa.. Bobonya..” seruku yang dibalas anggukkan mereka.
“Ayo pada mandi dulu..” tiba-tiba Mia muncul dari dalam.
“Ayo Kita mandi..” jawabnya kegirangan.
Saya melihat hal seperti ini sangat bahagia, coba Saya punya isteri seperti si Mia yang sangat perhatian kepada anak-anak dan Bapaknya. Betapa indahnya dunia ini kurasa.
Seperti biasa setelah makan siang anak-anak pada pergi tidur dan si Mia siap untuk menemani Bapaknya tidur siang juga. Mia mencariku kedepan, karena Saya sedang asyik memberi makan ikan-ikan peliharaanku.
“Pak.. Tidur siang dulu Pak..” serunya kepadaku.
“O.. Iya..” jawabku sambil tersenyum kegirangan.
Mia masuk ke kamarku dan Saya menyusulnya dari belakang sambil ku tutup pintu depan agar kalau ada yang datang ketahuan. Mia langsung naik keatas tempat tidurku dan langsung melepaskan dasternya yang ternyata sudah tidak ada lagi pakaian dalam yang dikenakannya. Mia sudah siap tempur rupanya. Saya melihat hal tersebut tidak mau kalah, Saya langsung melepas seluruh pakaian yang Kukenakan sehingga bugil. Saya langsung menyibakkan kedua pahanya agar dapat langsung menaruh kepala Saya untuk langsung menyerang vaginanya dengan mulutku.
“Oouuh.. Pak.. Eennaakk..” racaunya sambil menekan kepalaku.
Mendengar racauannya Saya semakin agresif saja menjilatinya dan tangan kiriku kumasukkan kedalam lubang anusnya sehingga Mia menggelinjang karena nikmat. Beberapa menit kemudian Mia menjepit kepala Saya karena mencapai orgasmenya. Saya terus menjilati cairan kenikmatannya. Setelah itu kulihat si Mia terkulai lemas, maka Saya ambila inisiatif untuk nungging diatasnya sambil mengarahkan kemaluanku ke mulutnya.
Mia langsung tanggap dan dilumatlah kemaluan Saya sambil dihisap keluar masuk mulutnya. Saya mengubah posisi menjadi 69 dan Saya masukkan jari tengah Saya kelubang vaginanya agar Mia bangkit lagi gairahnya. Tak lama kemudian Vaginanya mulai terasa basah, maka Saya mencabut kemaluan Saya dari mulutnya untuk langsung pindah ke lubang vaginanya.
“Oouuchh.. Pak.. Tekan yang dalam Pak..” pintanya agar Saya menekan lebih dalam.
Saya menghujamkan kemaluan Saya dengan cepat turun naik agar Saya bisa mencapai puncaknya secara berbarengan. Lima belas menit kemudian Saya dengar Mia mendesah karena sudah mendekati puncaknya, maka Saya semakin kencang memompa turun naik agar bisa sama-sama keluar berbarengan.
“Ooh.. Pak.. Mia mauu.. Ouuchh..”
Mia memelukku dengan erat karena sudah mencapai Klimaxnya. Saya terus menggenjot vaginannya dan “Oo yee.. Hmm”
Saya memuncratkan cairan peju kedalam lubang vaginanya sambil mengulum bibirnya. Walaupun sudah mencapai puncaknya, Saya masih membenamkan kemaluan Saya dilubang vaginanya sambil berpelukkan. Setelah kemaluan Saya mulai mengecil baru Saya cabut dan rebah disisi Mia.
“Terima kasih yaa sayang..” seruku sambil mengecup keningnya.
“Sama-sama Pak..” jawabnya.
Kamipun langsung tidur berpelukkan tanpa busana. Sore harinya Kami bangun sekitar pukul 16.15 wib. Dan Saya minta kepada Mia agar mau melayaniku sekali lagi secara express. Mia langsung mengulum kemaluanku dengan bersemangat agar Saya cepat-cepat ereksi dan siap untuk bertempur. Lima menit kemudian Saya sudah ereksi, rupanya Mia telah mahir cara membangkitkan gairahku walaupun masih pemula. Saya langsung memasukkan kemaluan Saya ke vaginanya dan memompa dengan cepat agar permainan cepat selesai.
Benar saja sepuluh menit kemudian Saya mencapai puncaknya secara bersamaan. Mia langsung memakai dasternya lagi langsung meninggalkan kamar Saya untuk membangunkan anak-anak yang masih tidur dikamar sebelah.
Semakin hari semakin menjadi-jadi dan tanpa kenal waktu lagi bagi kami berdua. Mia sudah tidak segan-segan lagi jika sedang ingin melakukan hubungan badan, Mia langsung meminta dariku tanpa malu dan ragu. Hubungan kami berjalan mulus tanpa ada yang menghalangi sampai saat ini. Kami melakukan dimana saja bila sudah tak terbendung lagi hasrat ini, didapur, diruang tamu, dikamar mandi bahkan diteras rumah sebagai variasi/fantasi.
Pada suatu hari Mia meminta saya melakukan di ruang tamu sambil menonton vcd porno, kebetulan film tersebut adalah Bandung Lautan Asmara yang heboh itu. kami bercumbu sambil sesekali melihat adegan-adegan yang ada, kami terus bercumbu semakin hot berguling di lantai saling mengulum menghisap yang dilanjutkan persetubuhan. Mia semakin lincah menggoyang pinggulnya sehingga kemaluan saya terasa seperti dipelintir dan diremas-remas oleh vaginanya. Dua belas menit kemudian Mia melingkarkan kakinya ke pinggang saya sambil menarik kepala saya untuk melumat bibir karena sudah mencapai orgasmenya.
“Pak.. Hmm..” hilang sudah racaunya karena melumat bibir saya.
“Enak sayang..?!” tanyaku perlahan.
Dan dijawab anggukkan kepalanya. Saya masih belum mau memuncratkan peju ini, saya masih ingin menikmati permainan ini yang penuh sensasi karena lantai menjadi basah oleh keringat yang bercucuran dari kami berdua. Mia rupanya sudah bangkit kembali gairahnya, sehingga pinggulnya bergerak kekanan dan kiri. Saya langsung menggenjot semakin cepat, karena saya tahu si Mia tidak akan bertahan lama untuk mencapai puncak kenikmatannya.
Mia dalam sekali permainan bisa mencapai puncaknya sampai tiga atau empat kali. Jadi saya sudah hafal benar kekuatannya dalam memacu birahi ini, apalagi kalau Mia habis melakukan kerja berat maka akan lebih cepat mencapai puncaknya. Lima menit kemudian Mia mengerang panjang sambil menjambak rambut saya untuk meraih bibir saya untuk dilumatnya.
“Aduuh.. Pak.. Enaakk..” bisiknya perlahan.
Saya juga tidak mau kalah, maka saya menghujam lebih dahsyat lagi dan menekan semakin dalam kemaluan saya agar bisa mencapai puncaknya.
“Miaa.. Sayyaa.. Oouu.. Ucchh..”
Saya memuncratkan peju didalam lubang vaginanya. Kali ini peju saya terasa lebih banyak dari pada biasanya, karena tadi pagi Mia membuatkan susu dicampur dengan kuning telur bebek ditambah lada hitam. Memang saya pernah meminta agar Mia mau menyediakan minuman tersebut setiap pagi. Setelah kemaluan saya menciut, saya cabut dan rebah disisinya.
“Pak.. Enak.. Yaa..” serunya ditelingaku.
“Hee.. Eeh ” jawabku sambil terengah-engah karena masih terasa capai.
“Pak..” serunya lagi.
“Ada apa sayang..?” tanyaku lagi.
“Bapak sayang nggak sama Mia..?” tanyanya.
“Kok kamu tanyakan itu..!?” jawabku sambil bertanya.
“Bapak sayang nggak..” rengeknya manja.
“Sayang dong.., kalau saya nggak sayang sama kamu, masa saya mau-maunya disuruh menjilati vagina kamu, membela kamu waktu diomelin sama Ibu karena kamu berbuat kesalahan dirumah..” jawabku.
“Pak.. Mia.. Telat dua minggu Pak..” rengeknya lagi sambil menampakkan kesedihan.
“Kok kamu baru bilang sekarang sichh..” selidikku hati-hati, karena takut Mia tersinggung.
“Habis saya takut Bapak marah..” rengeknya lagi sambil mengusap-ngusap dada saya.
“Kenapa takut, kan Kita sudah hampir tiga bulan melakukan hubungan ini..” jawabku.
“Terus gimana dong..?!” manjanya lagi.
“Ya.. Apa boleh buat saya harus bicara sama Orang tua kamu, saya mau mangawaini kamu.. Asal Kamunya mau sama saya.” jawabku untuk membahagiakannya.
“Benar.. Bapak mau mengawini saya..?” tanyanya ragu-ragu.
“Tentu dong Sayang.. saya sangat menyayangi kamu, karena kamu sangat perhatian terhadap saya dan anak-anak saya..” jawabku lagi.
“Kalau gitu.. Mia mau telepon Bapak dikampung yaa..?” pintanya.
“Silahkan saya sudah siap kok menghadapi kenyataan ini..” jawabku dengan sungguh-sungguh.
Mia langsung menciumku dengan gemasnya sehingga membuat kemaluan saya mulai agak tegang lagi. Mia melihat hal tersebut langsung menyambut kemaluan saya dengan kuluman dengan penuh kemenangan, dikocoknya kemaluan saya dengan cepat. Rupanya Mia ingin agar saya mencapai puncaknya dengan cepat.
“Pak.. Kalau mau keluar bialang yaa..” pintanya.
Beberapa menit kemudian saya merasakan peju ini sudah berada dibatang kemaluan, saya langsung memberi kode ke Mia dan Mia menghentikan hisapannya sambil merebahkan di sisi saya.
“Pak.. Mandiin Mia dengan peju Bapak dong.. Cepaatt..” rengeknya manja.
Saya langsung berdiri dan mengarahkan kemaluan saya agar muncrat diatas tubuh si Mia. Setelah peju muncrat ditubuhnya, Mia langsung mengoleskan peju itu ke seluruh tubuhnya bagaikan sedang luluran. Mia meraih kemaluan saya dan dimasukkan kedalam mulutnya untuk dihisap. Saya merasakan ngilu ketika hisapan panjang yang dilakukannya.
“Ooh.. Mia.. Pelann..” pintaku karena nggak tahan ngilunya.
“Pak.. Mia masih belum siap punya anak..” rengeknya setelah mandi peju dan menghisap kemaluan saya.
“Jadi mau kamu gimana..?” tanyaku agak kaget.
“Mia.. Mau gugurkan aja..” rengeknya manja.
“Gugurkan gimana..?!” cecarku lagi.
“Pakai obat apa kek..!” serunya lagi.
“Ok.. Nanti saya coba cari jamu cina yaa..” jawabku spontan. Mia tersenyum mendengarnya dan langsung memeluk tubuh saya untuk didekapnya.
Keesokan harinya saya pergi mencari jamu peluntur buatan cina dan dapat walaupun harganya tidak terlalu mahal, saya beli dua paket dan langsung pulang. Setibanya dirumah saya berikan jamu itu dan saya kasih tahu cara meminumnya. Mia langsung meminum jamu tersebut. Rupanya reaksi jamu itu sangat cepat, Mia merasakan perutnya dipelintir-pelintir sehingga terasa mulas untuk pergi ke toilet. Mia mencoba membantu reaksi tersebut dengan cara mengedan seperti orang mau melahirkan dan hasilnya masih belum memuaskan. Mia terlihat pucat karena merasa perutnya ada yang mengaduk-ngaduk dan peras-peras, melihat hal tersebut saya tidak tega.
“Gimana reaksi jamu itu..?” tanya saya.
“Mules-mules terus Pak..” jawabnya sambil nyengir-nyengir.
“Mungkin jamu itu sedang bereaksi untuk menghancurkan janin..” jawabku agar tenang.
“Tapi nggak keluar apa-apa Pak..” rengeknya lagi.
“Mungkin nanti.. Kalau sudah hancur..” saya coba menenangkan.
Hari itu saya tidak melakukan kegiatan persetubuhan hingga beberapa hari, karena saya dan Mia ingin melihat reaksi jamu tersebut yang diminum sebanyak dua paket. Seminggu kemudian rupanya Mia kangen, begitu juga saya yang sudah seminggu tenggur alias meteng nganggur.
“Pak..” panggilnya ketika saya sedang asyik mengutak-utik setrika yang rusak.
“Ada apa..” jawabku sambil menoleh.
“Kangeenn..” manjanya sambil mukanya dibikin sedih.
“Emangnya mau..” godaku.
“Ayoo..” rengeknya manja.
“Sebentar yaa.. saya beresin ini dulu..” jawabku sambil berkemas untuk memberesi barang-barang perkakas.
“Cepeet..” rengeknya lagi.
“Iyaa.. saya juga pengen kok..” jawabku untuk menyenangkannya.
Mia langsung masuk ke dalam, rupanya Mia sudah masuk ke dalam kamar saya dengan posisi telentang bugil sambil mengangkangkan pahanya. Melihat hal itu saya langsung menuju kamar dan langsung membuka celana pendek saya yang sudah tidak bercd lagi. saya langsung menghampiri selangkangannya untuk menjilati lubang vaginanya yang sudah merekah merah. Mia mengerang kecil karena kegelian.
“Oouuch..” erangnya.
Saya mencari klitorisnya sambil menggigit kecil secara perlahan agar Mia merasakan kenikmatan yang selama seminggu ini terpendam.
“Paak.. Oohh..” rintihnya kenikmatan.
“Kenapa sayang..?” tanyaku sambil menghentikan jilatan pada vaginanya.
“Eenaak..” desahnya sambil meraih kepalaku untuk untuk menjilati lagi. Saya langsung melanjutkan jilatan demi jilatan dan jari kiriku kuarahkan kelubang anusnya.
“Paak.. Miaa.. Uuchh..” desahnya sambil menjambak rambutku karena mencapai orgasmenya.
Saya naik sambil menindihnya serta mencium bibirnya, sedangkan kemaluan saya yang sudah tegang menempel diatas vaginanya. Mia menyambut ciuman bibir saya dan tangannya meraih kemaluan saya sambil diarahkan ke lubang vaginanya. Melihat hal tersebut saya langsung menekan dan menekan lebih dalam lagi.
“Pak.. Enaak.. Pak..” desahnya manja ketika kemaluan saya sudah terbenam semua.
Mia menggoyangkan pinggulnya dengan semangat karena sudah kangen. saya membantu dengan manjilati puting susunya sambil gigit-gigit kecil agar Mia lebih terangsang. Benar saja beberapa menit kemudian Mia mengalami orgasmenya yang kedua.
“Paak.. Mia.. Nggak tahaan..” desahnya panjang sambil memelukku erat.
Melihat hal itu saya masih santai memompa dengan perlahan-lahan agar Mia penasaran.
“Ayo.. Dong keluarin.. Cepeet..” rengeknya.
“Sabar dong sayang.. saya masih mau santai dulu..” godaku sambil gigit hidungnya.
“Aduh.. Sakiit..” manjanya sambil memegang hidungnya yang tidak apa-apa.
Saya mulai memompa turun naik agak cepat, karena saya juga sudah capai dan pegal. Rupanya Mia sudah bangkit lagi gairahnya, Mia mendorong tubuh saya kesamping agar rebah dan langsung mengubah posisi. Sekarang Mia sudah berada diatas saya, sambil jongkok Mia menurun naikkan tubuhnya untuk memompa. Mia semakin gencar memompanya sehingga saya kewalahan dibuatnya. Saya meraih kedua susunya dan langsung kuremas-remas agar Mia juga terangsang. Mia menggigit bibir bawahnya karena merasakan nikmat.
“Miaa.. Terruuss..” desahku sambil mencekal pinggulnya.
“Iyaa.. Pak.. Mia.. Juga sudaahh capee..” desahnya.
“Terus Mia.. Terruuss..” pintaku sambil menekan dari bawah. Mia menggoyang lebih cepat karena Mia sudah mau mencapai puncaknya.
“Pakk.. Paakk.. Hhmm..” lenguhnya panjang sambil memeluk dan melumat bibir saya dengan gemasnya.
“Sayyaa.. Oochh..” desahku sambil kutekan pantatnya agar kemaluanku terasa masuk lebih dalam lagi untuk memuncratkan spermaku.
Rupanya Mia benar-benar capai, Mia langsung tertidur diatas tubuh saya dengan posisi kemaluan saya masih tertanam dilubang vaginanya.
Dua jam kemudian saya terbangun karena merasa sesak nafas, sebab si Mia masih menindihku dengan pulasnya. Saya merasakan kemaluan saya mulai tegang, saya coba untuk menggerakkan pinggul saya agar dapat melampiasknya lagi. Mia terbangun dengan gerakkan itu, Mia merebahkan diri kesisi saya dan meminta saya untuk naik keatas agar minindihnya. Saya masukkan kemaluan saya secara perlahan dan pasti, langsung saya pompa turun naik. Beberapa menit kemudian saya memuncratkan sperma didalam lubang vaginanya.
“Miaa.. Sayyaa.. Keelluuaarr..” desahku panjang. Setelah itu saya rebah disampingnya dan memeluknya dengan penuh kasih Sayang.
“Pak.. Boleh nggak Mia pinjam teleponnya..?” tanyanya.
“Boleh.. Untuk apa..?” tanyaku lagi.
“Mia mau telepon ke kampung..” jawabnya.
“Boleh.. Silahkan..” jawabku.
Mia meminta kunci telepon pada saya, karena akan menelepon orang tuanya. Mia menelepon masih dalam keadaan bugil dan sambil nungging, melihat itu saya iseng untuk mengobel kemaluannya yang terjepit kedua pahanya. Mia kelihatan sedih pada raut wajahnya. Melihat hal itu saya menghentikan kobelan tangan pada vaginanya. Mia menitikkan air matanya dan langsung menutup telepon tersebut.
“Ada apa Mia.. Kok.. kamu sedih..?!” selidikku sambil memeluk tubuhnya.
“Bapak marah-marah dan akan datang kesini untuk menjemput Mia.. Pak..” rengeknya.
“Lho.. Bagus dong.. Khan saya dapat bicara langsung sama orang tua kamu..” jawabk
“Mia nggak boleh kawin sama Bapak, Mia disuruh menggugurkan janin yang sudah berumur dua setengah bulan ini..” jawabnya sambil sesenggukkan menangis dipelukan saya.
“Sudahlah.. Nanti saya jelaskan sama Bapak kamu..” jawab saya agar Mia lebih tenang.
Mia langsung memungut dasternya yang berserakkan dilantai, saya mencegahnya dan saya dudukkan dilantai sambil mengusap-usap rambutnya agar tenang. Setelah agak tenang, saya mengangkat wajahnya agar menatap saya dan terlihat matanya agak sembab. Saya mencium pipinya yang diteruskan ke bibirnya. photomemek.com Rupanya Mia menikmati ciuman tersebut sambil tangannya meraih kemaluan saya untuk dielus-elus perlahan. Otomatis kemaluan saya bangkit lagi, saya rebahkan Mia sambil tangan kanan saya meraba vaginanya yang masih basah bekas siraman peju tadi. Mia menggelinjang-gelinjang ketika jari saya menyentuh G-spotnya, vaginanya bertambah basah saja sampai keluar membasahi lantai.
Saya menghentikan kobelan jari ini, saya minta agar Mia mau melap dulu vaginanya agar tidak becek. Setelah dilap saya memasukkan jari tengah ke lubang vaginanya lagi, kemaluan saya sudah tegang dan saya minta Mia mengangkang yang lebar dengan cara mengangkat kedua kakinya tinggi-tinggi agar lubang vaginanya menganga dengan lebar. Saya arahkan kepala kemaluan saya kelubang vaginanya. Mia sudah melupakan kejadian tadi ketika Mia telepon ke orang tuannya, sebab Mia langsung menarik tubuh saya agar menekan lebih dalam lagi kemaluan ini. Dengan mudah saya memasukkannya dan langsung saya memompa turun naik dengan cepat agar bisa beristirahat karena kecapaian.
“Goyang yang kencang Pak..” pintanya agar saya menghunjam lebih cepat lagi.
Saya menurut saja dan dengan semangat saya percepat sehingga terdengar suara kecipak dari dalam lubang vagina Mia “cplokk.. Cplokk..”. Beberapa menit kemudian saya sampai pada puncaknya secara berbarengan.
“Miaa.. Saayya..” suara saya tertahan karena bibir saya langsung melumat Bibirnya dengan penuh kemenangan.
“Hhmm..”
Mia memelukku dengan erat sambil menjepitkan pahanya ke pinggang saya. Mia tersenyum puas, sayapun tersenyum sambil kukecup puting susunya kanan dan kiri. kami merapihkan pakaian yang berserakkan dilantai, Mia melap lantai yang basah oleh bercak cairan kenikmatan kami berdua. Kami mandi berdua sambil bercanda ria untuk menghilangkan kesedihan yang baru dialami Mia, karena orang tuanya tidak mau mengambil saya sebagai mantunya.
Selesai mandi saya merapihkan badan dan pergi keluar rumah untuk membeli jamu sehat agar tetap Fit, saya paling suka minum jamu yang dicampur pakai telor bebek dan lada hitam. Katanya ramuan tersebut sangat ampuh untuk membangkitkan gairah sex.
Keesokkan harinya ketika saya tidur siang, orangtua Mia datang bersama kakeknya dari kampung. Mia tidak berani membangunkan saya, karena Mia tahu kalau saya masih capai habis melayaninya. Sore harinya saya bangun dan diberitahu kalau orangtuanya datang, saya pergi mandi untuk membersihkan diri setelah tadi siang bertempur dengan Mia. Setelah rapi, saya langsung menemui orangtua Mia. kami berbicara mengenai keadaan kampung dan kegiatannya. Orangtua Mia belum mau membicarakan perihal Mia, karena Beliau akan berbicara dihadapn isteri saya juga. Saya sangat setuju dan siap menghadapi segala resikonya.
Ketika isteriku datang, Orangtua Mia masih memberikan kesempatan untuk beristirahat sebentar (maklum adat timur). Setengah jam kemudian kami kumpul diruang tamu dan Orangtua Mia mengutarakan kedatangannya untuk menjemput si Mia.
“Bu.. saya mohon maaf, karena saya datang mendadak untuk jemput Mia..” katanya.
“Ada apa.. Kok dijemput..?” tanya isteriku.
“Mia lagi ada masalah dengan Bapak..” katanya lagi.
“Ada masalah apa Mia..?” tanya isteriku pada Mia.
“Anu Bu..” jawabnya gugup dan ragu.
“Bilang aja terus terang Mia..” kata Orangtuanya.
“Mia hamil Bu..” jawabnya tertunduk.
“Apaa..? Hamill..” isteriku kaget mendengar ucapan Mia.
“Iyaa Bu.. Sudah dua setengah bulan..” katanya lagi pelan.
“Pa.. Benar kamu menghamili si Mia..?” tanyanya padaku.
“Benar..” jawabku.
“Kok.. Tega sih mengkhianati saya..!” seru isteriku.
“Saya sama Mia melakukan itu karena kasih sayang dan suka sama suka..” jawabku.
“Benar Mia.. kamu melakukan atas dasar suka sama suka..” cecar isteriku ke Mia.
“Benar Bu..” jawabnya singkat.
“Yah apa boleh buat, sekarang terserah Papa dech..” kata isteriku.
“Ok.. saya akan menikahi Mia, itu juga kalau disetujui oleh kamu dan orangtuanya ” kataku.
“Tidak.. saya tidak mau..” kata Orangtuanya.
“Saya tidak mau punya mantu yang cocok jadi Ayahnya anak saya..” katanya lagi.
“Jadi mau Bapak gimana..?” tanyaku.
“Gugurkan.. Pokoknya gugurkan..” jawabnya seenaknya.
“Saya tidak mau bikin dosa lagi Pak..” kataku meminta.
“Pokoknya gugurkan..” pintanya.
“Bapak mau menanggung dosanya..?” tanyaku.
“Saya siap menanggung dosanya ” jawabnya sekenanya.
“Yah.. Apa boleh buat, saya hanya pasrah” kataku singkat.
“Saya hanya minta ongkos Rp. 2000.000,- untuk menggugurkan..” pintanya.
“Memang cukup dengan uang segitu?” tanyaku.
“Cukup kalau dikampung, saya masih sanggup menambahi kekurangannya..” sombongnya.
Karena kesal mendengarnya, saya memberikan uang yang diminta dan tidak saya kasih lebih sepeserpun karena keangkuhannya.
“Nich.. Uangnya..” saya memberikan uang yang dimintanya.
“Saya terima uangnya, Mia sudah siap belum untuk berangkat..?” tanya orangtuanya. Mia menganggukkan kepalanya.
“Maaf Pak.. Hari sudah malam, gimana kalau besok pagi aja..?!” seruku memohon.
“Iya Pak..” kata isteriku dengan wajah sedih.
Isteriku memang sudah siap menghadapi apapun yang terjadi denganku, Dia tetap tegar menghadapinya walaupun kecewa. Singkat cerita Mia dan keluarganya menginap dirumah. Aku dan isteriku masuk kamar dan menanyakan hal tersebut kenapa bisa terjadi.
“Pa.. Kok bisa sich..” kata isteriku.
“Kenapa nggak.. Kan saya hanya dengan Mia dan anak-anak dirumah..” jawabku sekenanya.
“Iya.. Kenapa kamu lakukan sama si Mia” kata isteriku lagi.
“Mia penuh perhatian terhadap saya, sedangkan kamu bisanya marah-marah” belaku.
“Jadi kamu benar mencintainya..?” tanya isteriku lagi.
“Benar.. saya dan anak-anak sangat sayang sama si Mia ” jawabku.
Isteriku merasakan kecewa mendengar penjelasanku, karena memang itu keadaannya. Isteriku keluar kamar dan menghampiri si Mia, dibawanya Mia masuk kamar. Kami berbicara bertiga, sedangkan Orang tua dan Kakeknya Mia sudah tidur.
“Mia kamu benar mencintai Bapak..?” tanya isteriku.
“Iya Bu..” jawabnya singkat.
“Benar kamu suka sama Bapak?” cecarnya lagi.
“Benar Bu..” jawabnya lagi.
“Apa saja yang kamu lakukan kalau Ibu nggak ada dirumah?” tanyanya lagi.
“Yaa.. Berbuat itu Bu..” jawabnya sekenanya.
“Berbuat itu bagaimana..?” cecarnya lagi.
“Berbuat seperti Ibu dan Bapak..” jawabnya lugu.
“Maksud kamu apa..?” tanya isteriku pura-pura bego.
“Ya.. saya hisap itunya, Sayaa..” jawabnya malu-malu.
“Itunya apa..?” tanya isteriku lagi.
“Burung Bapak Bu..” jawabnya.
“Coba kasih contoh!” seru isteriku.
Mia kaget mendengarnya sambil melihat kearahku. Saya hanya tersenyum dan menganggukkan kepala untuk memberi syarat kepadanya.
“Ayo.. Kasih contoh..” pinta isteriku.
Mia menghampiri saya dan melepaskan celana pendek saya, maka menyembullah kemaluan yang sudah tegang dan tidak ber CD lagi. Isteriku kaget karena saya tidak memaki CD.
“Pa.. kamu sudah tidak pakai CD yaa..?” tanyanya dan saya mengangguk.
“Bapak memang tidak pernah pakai CD Bu..” jawabnya polos.
“Pantes kamu suka sama Bapak..” kata isteriku pada si Mia.
Mia masih melanjutkan hisapan dan jilatan pada kemaluanku.
“Buka pakaian kamu ” pinta Isteriku pada Mia. Miapun menuruti permintaan isteriku.
“Kalau sudah begini, biasanya kamu ngapain lagi..?” tanya Isteriku.
“Burung Bapak dimasukkin..” jawabnya.
“Masukkin kemana..?” tanya isteriku lagi.
“Kesini Bu..” jawabnya sambil menunjuk vaginanya.
“Ayo masukkin, cepaat..” pintanya lagi.
Mia langsung mengarahkan vaginanya kekemaluanku dan langsung menggoyang pinggulnya. Isteriku hanya tepaku melihat apa yang sedang terjadi saat itu, otomatis melihat adegan seperti itu, Isteriku mulai melucuti pakaiannya sendiri satu persatu. Mia masih asyik memompa kemaluanku dengan gencar, sedangkan isteriku lagi asyik mengobel lubang vaginanya dan tangan kanannya meremas-remas susunya Mia. Melihat hal itu Miapun meremas-remas susu isteri saya. Beberapa menit kemudian Mia mengerang.
“Pakk.. Miaa.. Sampai Pakk..” desahnya.
Melihat Mia sudah sampai orgasmenya, isteriku langsung menggantikan posisi Mia untuk menindihku dan langsung memompanya. Mia terkulai lemas disisiku sambil menciumi bibirku. Sepulu menit kemudian isteriku mengerang karena sudah mencapai orgasmenya.
“Paa.. Oohh Paa..” erangnya panjang.
Saya belum mencapai puncaknya, maka saya bangkit dan meraih paha si Mia untuk mengangkang agar kemaluan saya dapat masuk dengan mudah. Saya langsung memompanya dengan penuh nafsu, sedangkan isteriku menjilati susu si Mia. Berselang sepuluh menit kemudian saya mencapai puncaknya. Saya cabut kemaluan saya dan disemprotkan ke mulut Mia dan isteri saya. Malam itu kami tidur bertiga dalam keadaa bugil.
Jam menunjukkan pukul 04.30 wib. Saya terbangun dan melihat keadaan disisi kiri ada si Mia sedangkan sisi kanan ada isteriku, keduanya masih tertidur. Seperti biasa kalau pagi kemaluan saya suka ereksi dan saya lihat Mia tidur dengan posisi kedua pahanya terbuka lebar, sedangkan isteriku memeluk guling. Maka saya langsung ambil posisi diantara selangkangan si Mia untuk mengarahkan kemaluan saya. Saya memompa turun naik sehingga membuat tempat tidur agak bergetar, isteriku terbangun dan dilihatnya saya lagi asyik memompa si Mia yang masih pulas.
“Pa.. Kok.. Mia sih yang dipakai..?” tanya isteriku.
“Kamu tidurnya memeluk guling sih..” jawabku.
“Ayo sini.. Gantian..” katanya. saya mencabut kemaluan saya dan pindah mengarahkan ke lubang vagina isteri saya.
“Tadi si Mia tidurnya ngangkang, sedangkan kamu tertutup guling..” belaku.
“Kok si Mia keblug banget yaa..!” seru isteriku melihat Mia masih pulas.
“Baru tahu Dia..” ejekku kepada isteriku.
“Paa.. Oohh.. Paa..” desah isteriku sambil memelukku erat karena orgasme.
“Saya pindah lagi ya Maa..” pintaku yang dibalas dengan anggukkan kepala.
Saya pindah dan langsung mengarahkan kemaluanku ke lubang vagina si Mia. Mia tersadar setelah tiga kali hujaman dari pompaanku.
“Pak.. Nggak enak sama Ibu..” katanya.
“Barusan Ibu sudah.. Sekarang giliran kamu..” jawabku.
Saya memompa dengan cepat agar permainan cepat selesai, Mia membantu dengan goyangan pinggulnya yang cepat. Beberapa menit kemudian Mia mengerang dan disusul olehku.
“Pakk.. Hmm.. Pakk..” erangnya.
“Miaa.. Ohh..” desahku.
Saya mencabut kemaluanku yang mulai mengecil, langsung disambut oleh Mia untuk menjilati. Melihat hal itu isterikupun ikut ambil bagian untuk menjilatinya.
Pagi harinya sekitar jam 07.00 wib. Mia dan keluarganya pamit mau pulang kampung. Mia masih bisa tersenyum sebagai tanda perpisahan untukku dan keluarga, padahal di kampung nanti Mia akan diobok-obok untuk mengeluarkan janin yang dikandungnya.,,,,,,,,,,,,,,,,,