Lorong Cinta
- Home
- Cerita ngentot
- Lorong Cinta
Salam semprot, monggo dibaca karya perdana dari nubitol ini, buat para suhu ditunggu komen-komennya, kritik dan saran sangat diterima.
Mohon maaf jika jauh dari kata sempurna
LORONG CINTA
STAY OUT of MY ROOM tulisan ini yang kupandang tiap pagi ketika kubuka mata dari tidur lelapku semalam. Jika kamu melihat sekeliling akan nampak ruangan yang tidak begitu rapih, dipan dari kayu jati dan almari tua yang engsel pintunya sudah hilang entah kemana yang menjadi saksi bisu hari-hari ku di kamar kos ini. Keterbatasan dana membuatku harus rela tidur di tempat yang lebih pantas disebut sarang tikus daripada kamar seorang mahasiswa jurusan kedokteran salah satu universitas negri tersohor di Semarang.
Memang benar kata orang-orang, kamu akan lebih cepat sukses kalau orang tua mu juga orang yang sukses namun bagiku sukses bukan sebuah takdir, bukan juga sebuah kutukan, melainkan buah matang dari hasil jerih payah yang akan terasa segar menghapus dahaga jika kita telaten menanamnya.
Pola pikir itulah yang membuat seorang anak singkong tapi bukan pak Chairul Tanjung dari desa Ambarawa kabupaten Semarang, dengan pasti membulatkan tekad untuk merantau ke ibu kota demi menanam buah yang akan merubah nasibnya dikemudian hari. Dengan modal otak yang encer membuat aku bisa melanjutkan studi ke perguruan tinggi tanpa membayar sepeserpun. Namun yang namanya beasiswa hanya membiayai kebuthanku untuk studi saja, sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari tetap saja aku harus mencukupinya sendiri, bapak dan ibu biasanya memberikan pesangon seadanya tiap bulan, dan hanya cukup untuk bayar kos saja, untuk persoalan perut aku harus berjuang sendiri, biasanya aku menjadi asdos, dan membantu mengerjakan tugas temanku yang nasibnya lebih beruntung untuk mendapatkan rupiah.
Roni Kusumo Handjoyo nama yang tertulis di akte kelahiranku, memang kedengarannya seperti orang keturunan ningrat namun pada kenyataannya malah melarat. Nyaris tidak ada yang bisa dibanggakan dari diriku namun Tuhan memang adil, dengan kondisi keluarga yang pas-pasan aku diberikan otak yang tidak kalah encer dari almarhum Einstein dan muka yang bisa disamapadankan dengan Rezky Aditya, cowok yang biasanya menjadi idola para sinetron holic.
Setelah berbenah diri semaksimal mungkin, aku melangkahkan kaki menuju kampus yang jaraknya hanya beberapa blok dari tempat kos ku. Tidak lupa kubawa tas slempang ku yang hanya berisi satu buku tulis dan bolpin hitam, bukannya sombong tapi memang aku tidak pernah membawa buku tebal, bahkan catatan yang aku tulis pun hanya untuk mencatat tugas, selebihnya aku mengandalaka memori otakku yang sepertinya berkapasitas satu terra ke atas ini hehe.
Beruntung kampusku tidak terlalu jauh jadi aku bisa menempuhnya dengan berjalan kaki, jangankan sepeda motor, sepeda ontel pun hanya bapak yang punya, terpaksa aku memanfaatkan kakiku dan angkutan umum jika harus bepergian kemana-mana.
Sampai juga aku di kampus tercinta, pemandangan yang tiap hari aku lihat ketika masuk ke halaman kampus, segerombol cewek-cewek yang sedang ngerumpi di sudut, cowk-cowok jurusan musik yang sedang asik memetik gitar dan bernyanyi lagu Chakra Khan yang sedang booming-boomingnya.
Hal-hal yang menurutku tidak ada gunanya, dan hanya membuang waktu saja. Berbeda dengan mereka, begitu sampai di kampus aku langsung duduk di koperasi mahasiswa yang terletak di samping pintu masuk utama, dan memeriksa stok barang yang tersedia, maklum aku adalah salah satu pengurus koperasi mahasiswa di universitas ini, dan kebetulan jadwal piketku jatuh pada hari ini.
Gimana mas ron? Bener kan barangnya? tanya Surti si penjaga koperasi, sambil memandangku yang sedang duduk bersila di lantai sambil mencorat-coret daftar barang. Surti adalah salah satu pegawai univ yang paling menarik perhatianku, senyumnya, candanya, kalau dia mahasiswi, pasti sudah banyak yang naksir ingin jadi pacarnya.
Iya ti, udah bener koq, stok kemarin juga masih lengkap balasku menjawab pertanyaan Surti
Sekejap mataku berhenti berkedip dan langsung fokus pada satu titik, dimana ketika Surti melihat kertas daftar barang, tanpa sengaja ia menundukkan badan, dan nampaklah sepasang gunung kembar dibalut dengan BH berenda mengintip dari celah leher kaos oblongnya.
Benar-benar pemandangan yang nikmat, sepasang buah dada penjaga koprasi yang berkulit sawo matang, dan ku prediksi umurnya hanya dua atau satu tahun dibawahku menjadi santapan pagiku hari ini.
Desas desusnya si Surti ini adalah seorang bisyar, walau aku belum pernah mendengar kesaksian orang yang benar-benar menyewanya sih, namun jika dilihat gelagatnya memang cewek ini mudah ditaklukan apalagi untuk teman tidur.
Dengan kulit sawo matang, rambut panjang sebahu yang selalu dikuncir ekor kuda, sehingga mempertontonkan tengkuknya yang bagus, prediksiku dia seorang yang menjaga kebersihan diri, karena walau kulitnya tidak putih, tapi tetap terlihat bersih khas wanita Indonesia.
Dan biasanya bagian-bagian sensitif wanita juga mengikuti kondisi dari bagian-bagian yang bisa dilihat secara langsung. Bukan hanya itu saja, buah dada yang sekel dan kencang berukuran 36 C (perkiraan amatir hehe) membuat Surti hamir sempurna dimatapara mahasiswa, sering dia menjadi bahan godaan cowok-cowok yang jajan di koprasi.
Bagus deh kalo gitu mas, ntar siang di cek lagi aja
Kata-kata Surti membuat pikiranku buyar seketika.
Sip!! Ntar aku cek lagi
Sambil menyerahkan daftar barang yang sudah aku tanda tangani pada Surti, aku langsung melenggang menuju kelas di lantai 3 untuk mengikuti pelajaran.
132… 132… mana ya? mataku jelalatan mencari papan ruang 132 sambil menahan air kencing yang serasa usudah diujung tanduk, sebelumnya kami menempati ruang 254 di lantai 5, namun karena terlalu jauh dan ada kelas kosong di lantai 3, maka kami pindah ke sini.
Saking asik mencari papan ruang, aku tidak memperhatikan langkahku.
BRAK!!
Tanpa sengaja aku menabrak seorang mahasiswa lain (semproters pasti berpikir mahasiswi ya? Haduh… ingat gan ini CerPan bukan sinetron hahaha)
Aduh… gimana sih, jalan kok pake kaki doang, matanya dipasang dong!! Bocah semprul
Penampakan mahasiswa malang yang tersungkur akibat ketelodoranku ini benear-benar mirip temanku si Dodi, badan cungkring atau bahasa dewanya… tinggi… tinggi.. sekali… haha maksudnya tinggi dan kurus, rambut kliwir ala-ala boyband, plus sepatu snikers dan kemeja kotak-kotak khas Jokowi.
Setelah dia menatapku tajam, barulah aku sadar… bahwa… itu memang Dodi cungkring temanku.
Waduh, kamu gak papa Dod? tanyaku sambil mengulurkan tangan
Gak papa gimana, udah badanku kurus, ditabrak sama kerbau jalang pula gerutu Dodi sambil membereskan buku yang berserakan
Haha sory-sory.. aku lagi cari kelas kita nih, jadi gak lihat kalo kamu lagi jalan hehe
Untung aku lagi baik hati nih, jadi aku maafin dengan tiga ratus tujuh puluh lima syarat hahaha
bercandaan garing khas Dodi selalu mewarnai hariku, dia adalah salah satu teman terbaik yang aku miliki di kampus, walaupun otaknya masih dibawahku, namun aku yakin Dodi bisa sangat diandalkan ketika negara api menyerang wakaka
Eits… kembali fokus…
Setelah membantu Dodi, aku berlenggang ke kamar mandi karena sudah tidak tahan menahan kencing sejak di koperasi tadi, setelah itu kami langsung mencari ruang kelas yang ternyata terletak paling ujung lorong lantai 3 persis di sebelah kamar mandi.
Dan ketika kutarik gagang pintu ternyata masih terkunci rapat, wajah Dodi langsung muram, dia terperanga, bahkan mungkin shock ketika melihat secarik kertas yang bertuliskan
PELAJARAN PAK. KUSMIN KOSONG, DIGANTI LAIN HARI
TTD,
KUSMIN HINDARTO MSi
*pengganti akan diinfokan lebih lanjutClick to expand… Anjritt! Udah dibela-belain bangun pagi malah kosong!! hardik Dodi, memang pemandangan biasa jika pelajaran perkuliahan kosong mendadak. photomemek.com Yang tidak biasa adalah jarak rumah Dodi dengan kampus yang memakan waktu hampir 1 jam lamanya. Sehingga dia paling jengkel jika ada pelajaran kosong mendadak.
Udah, ke kantin aja yuk, daripada bengong di sini Dod ajakku, kebetulan aku juga belum mengisi perut yang sudah meronta-ronta.
Ok deh, tapi traktir ya, hehe itung2 balas jasa karena udah nabrak tadi celoteh Dodi sambil cengar-cengir.
Beres, ntar ku traktir sedotan ya hahaha
Candaku sambil melenggang pergi dari ruang kelas 132.
Dodi yang kakinya seperti jerapah memang sulit jika harus berjalan lambat, berbeda denganku yang lebih bergaya SMOOTH WALKING alias jalan pelan-pelan, akibatnya jarak kami cukup jauh.
Aku berjalan sambil melihat pemandangan yang disuguhkan cewe-cewe di kampusku ini, tidak ada peraturan ketat yang mengharuskan para mahasiswi berpakaian kerah atau ber celana panjang sehingga kebanyakan dari mereka hanya memakai t-shirt dan celana jeans panjang yang mempertontonkan kemolekan tubuh masing-masing.
Terutama anak-anak desain dan seni yang biasanya lebih santai dalam berpakaian. Ini menjadi hiburan penyejuk pikiran dikala ujian atau tugas-tugas menghantam kami para mahasiswa.
Tibalah aku di lantai 2, aku berpapasan dengan Surti yang spertinya terburu-buru naik ke lantai 3, sampai-sampai dia hanya melewatiku tanpa menyapa.
Kupikir ada yang tidak beres, mau ngapain juga di lantai 3? Masa bodoh ah pikirku dalam hati, bukan urusanku juga.
Sampai di lantai 1 aku baru teringat bahwa tas slempangku tertinggal di kamar mandi.
Dod!! Tunggu bentar, tas ku hilang nih, mungkin ketinggalan di kamar mandi tadi
Udaaah ambil aja, ku tunggu di kantin
Ok deh
Sambil berlari berbalik arah, aku langsung naik ke lantai 3, menelusuri lorong yang kami lewati, suasananya benar-benar berbeda jika berjalan sendirian, lorong yang gelap, pengap karena tidak tersinari matahari langsung membuat bulu kuduk berdiri, mungkin bisa dijadikan lokasi uji nyali pikirku dalam hati.
Aku melanjutkan perjalanan ke kamar mandi cowok yang tadi aku singgahi, tiba-tiba aku benar-benar kaget setengah mati ketika sampai di depan pintu kamar mandi, kakiku serasa lemas tak kuat menopang badanku. Kulihat samar-samar bayangan wanita di dalam kamar mandi cowok yang kutuju.
Sempat terbesit di nalar ku untuk tidak melanjutkan langkah dan memilih berbalik untuk segera pergi dari tempat itu.
siapa cewek yang iseng siang hari begini pergi ke kamar mandi cowo? Atau mungkin salah masuk? Atau jangan-jangan aku saja yang salah lihat? pikiranku mencari-cari alasan yang tepat untuk menghadapi situasi ini
Namun semua sia-sia saja, kuputuskan untuk lanjut memasuki kamar mandi mencari sebab kenapa cewek itu ada di kamar mandi cowok, rasa takut dan penasaran berkecamuk dalam benakku. Satu langkah… dua langkah… dan…
siang mas Rony!!
waaaaa!!! Anjrit kau Di!! Ngapain kamu di situ?? aku kaget setengah mati, ternyata yang keluar dari kamar mandi cowok adalah Pardi, cleaning service yang berambut guondrong mirip vokalis band heavy metal sambil menenteng tas slempangku di tangan kirinya sedang tangan kanannya membawa tongkat pel
Lah?? Mas ini gimana to? Bukannya tugas saya memang di area ini mas? balas Pardi sambil memasang wajah heran
Iya sih, sampe kaget aku tiba-tiba kamu nongol gitu, ku kira hantu tadi
Walah, segala macam hantu ya takut sama saya mas, wong saya ini udah mirip genderuwo kata anak-anak kampus hahaha, mas mau ngapain ke sini? Mau ambil tas nya ya? celoteh Pardi sambil cekikikan sendiri
Iya, tadi ketinggalan waktu aku kencing Di, trimakasih ya kataku sambil menyelempangkan tasku ke bahu
Sama-sama mas Ron hehe, saya lanjut kerja ya, mari mas
Oh iya… monggo-monggo
Lega sekali perasaanku, ternyata hanya bayangan pardi yang aku lihat tadi, segera aku bergegas menyusul Dodi yang sudah menunggu di kantin.
Kamu itu ambil tas atau semedi sih, lama banget
Dod.. Dod.. kamu pikir lantai 3 itu deket apa? Nih aku sampe ngos-ngosan, kmu kenapa gak pesen dulu?
La kan aku nunggu kamu
Waduh.. memang temen paling baik kamu Dod hahaha, bang bakso komplit 1 ya! Kamu apa Dod?
Sama deh
Tambah satu bang!!
Setelah menyantap bakso komplit Mang Brewok yang tersohor seantero kampus ini Dodi berpamitan pulang, dengan alasan gak enak badan.
Jadilah aku sendiri lagi, gak ada kerjaan yang bisa dilakukan, akhirnya kuputuskan pergi ke koprasi saja, lumayan masih bisa ngobrol dengan Surti hehe.
Siang Ti!
Eh mas Rony… ada apa mas? Kok cepet banget kuliahnya? Surti membalas sapaanku dengan senyumannya
Haha ya cepet lah, kan otakku encer Balasku sambil berkacak pinggang
Yee.. jangan sombong mas hehe gak bagus itu..
Iya.. iya… eh ada kerjaan gak nih? Aku bisa bantu-bantu apa? Supaya gak nganggur
Gak ada sih mas, semua pekerjaan udah beres, mas di sini temenin Surti jaga koperasi aja ya hehe Pintanya dengan nada memelas
Siaap komandan!!
Berbincang-bincang tak tentu arah membuat kami sampai pada titik pokok pembicaraan yang berhubungan dengan kekasih masing-masing, baru kuketahui kalo Surti belum pernah pacaran sama sekali, sedangkan aku bercerita kalau sudah beberapa kali pacaran semenjak SMA, namun semua hubunganku kandas di tengah jalan, dan sekarang hanya berfikir untuk mengejar studi saja.
Emangnya kamu gak pernah naksir cowok Ti? Masa cewek semanis kamu gak ada yang ngejar sih?
Tanyaku padanya, memang kalau di logika sangat mustahil Surti belum pernah berpacaran, karena dia cukup sempurna secara fisik
Kalau naksir sih pernah mas, sering malah haha tapi apa daya sih mas, Surti kan Cuma gadis kampung, bakat aja gak punya, paling cuma bertani dan berkebun, mana bisa diandalkan di kota besar begini?
Ah bakat itu hanya embel-embel aja Ti, yang penting bisa meladeni suami dan melaksanakan kewajiban sebagai istri, betul kan?
Iya sih mas hahaha… kalo soal melaksanakan kewajiban Surti jamin pasti udah bisa mas hehe
Pikiranku berhenti sejenak, maksud Surti apa? Memancing atau memang tidak sengaja membahas ke masalah tanggung jawab istri kalau maksudku dengan maksudnya berbeda bisa salah ucap , hancur deh hubungan baikku dengannya, ntar dikira aku cowok mesum.
Maksud kamu? Tanggung jawab yang seperti apa nih? tanyaku memancing Surti, supaya aku juga tahu apakah presepsiku dengannya sama
Yaa tanggung jawab di ranjang mas.. apalagi coba?? Masa mas gak paham sih?
Benar dugaanku, presepsiku klop dengan Surti, umpanku disambarnya, maka kugunakan jurus-jurus pendekatan yang biasa aku lakukan.
Wah… Paham dong Ti hehe, masa anak kedokteran gak paham yang begituan
Nah itu tahu hehe…
Emang kamu udah pernah begituan Ti?
Emh.. Udah mas.. jawab Surti dengan tersipu malu
Aku sempat tercekat, pada kenyataannya Surti belum pernah berpacaran, namun dia sudah melakukan hubungan badan? Dengan siapa? Apa benar Surti bisyar? Aku bimbang antara bertanya atau sekedar memendam pemikiranku ini.
kenapa mas? Kok diem? Kaget ya? Hehe
gak papa koq Ti, hanya penasaran aja sama siapa kamu ngelakuinnya?
ooh… kalo itu rahasia perusahaan mas hehe
ok deh kalo memang itu privasi kamu, aku hormati
Sejenak kami terdiam bisu, tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir kami. Sampai Surti membuka pembicaraan.
Mas… Kalo tidak keberatan mas bisa bantu Surti? tatapan matanya yang sayu membuatku tak bisa menolak, walau aku belum tahu, apa yang dimaksud membantu. Dengan anggukan kecil aku meng-iyakan permohonannya.
Memang mas harus ngapain Ti?
Sini mas Surti mengajakku bangkit berdiri, dia gandeng tanganku sambil menarik masuk ke dalam gudang penyimpanan koperasi.
Letak gudang yang berada di belakang koperasi mahasiswa memang tidak bisa dilihat dari luar, hanya satu pintu yang jadi akses masuk, bahkan jendela atau ventilasipun tidak ada.
Aku dan Surti berpandangan, dengan sigap surti menutup pintu gudang, dan menguncinya rapat-rapat. Lalu dia segera menghampiriku, memandang dengan tatapan syahdu.
Mas… mas mau ini? Surti mengecup bibirku dengan lebut, bibir atasku dipagutnya dengan lembut.. tidak lupa bibir bawahku juga dilumatnya.
Mmmh… aku tak kuasa menjawab, lembut bibirnya benar-benar menghanyutkanku
Sebelum aku bisa membalas kecupannya, dia melepaskan pagutan bibirnya lalu satu persatu kancing kemeja putihnya dilepas, sampai hanya tersisa dua kancing paling bawah.
Mas juga mau ini….? Tanyanya manja dengan suara sedikit mendesah sambil menuntun jari jemariku menyentuh belahan dadanya
Kalau kamu rela.. aku gak masalah Ti Jawabku sambil menahan nafas yang sudah mulai memburu.
Tidak puas dengan aksinya, Surti kembali menuntuk jariku… kali ini dibelaikanlah jari jemariku tepat di bagian rahasia miliknya.
Surti rela mas… bahkan bagian yang ini juga bisa jadi punya mas….
Tanpa aba-aba aku langsung merangkul Surti, mengecup lembut bibirnya… ku pagut bibir atasnya…
benar-benar lembut lagi manis, Surti hanya diam, dia tidak membalas. Kupagut bibir bawahnya sambil ku gigit kecil, dia juga hanya diam. Situasi ini membuatku bingung antara lanjut atau tidak, tidak ada respon sama sekali dari Surti, apasih yg ada di pikirannya? Terkaku dalam hati.
Kenapa Ti? Kamu ragu?
Bukan mas…
Terus kenapa? Cerita dong mataku kubenamkan dalam-dalam ke sudut matanya, ada sesuatu yang janggal, benar sekali.. aku merasakannya
Mas bisa menikmati tubuh Surti, dengan satu syarat
Apa Ti? Pasti akan aku penuhi
Aku butuh biaya mas, gaji menjadi penjaga kantin seperti aku tidak cukup untuk membiayai adik-adik, jadi mas bisa menikmati tubuh Surti kalau ada imbalannya
Kupandangi matanya, aku berpikir sejenak, berapa yang harus aku keluarkan? Apakah dia akan tersinggung jika jumlah yang kuberi tidak sesuai dengan keinginannya? Makin bingung aku dibuatnya, rasa nafsu bercampur gelisah, benar-benar menutup akal sehatku.
Mas… berpikirlah dahulu… ku tunggu jam 7 malam nanti, di lorong lantai 3 ya mas
Ia beranjak pergi dengan membereskan pakaiannya, aku hanya berdiri kaku termangu, antara bingung dan nafsu yang tertahan. Akupun memutuskan untuk pulang ke kos dahulu sambil berpikir mengenai Surti.
Kucoba untuk memjamkan mata siang itu, namun sia-sia saja, mataku memandang detik demi detik yang berlalu,ini bukan masalah jumlah uang yang harus aku keluarkan, namun aku harus menilai, berapa harga diri seorang wanita yang akan aku setubuhi ini?
Frustasi benar, bahkan lebih sulit dari soal-soal ujian yang harus ku kerjakan, karena jawaban ini tidak ada dibuku manapun, ya dimanapun…
Jarum jam menunjukkan pukul enam sore, tinggal satu jam lagi waktu yang tersisa untukku. Setelah berpikir masak-masak aku sudah menyiapkan jawaban untuk Surti, aku berharap semoga jawabanku ini tidak mengecewakan dia. Segera aku bergegas menuju lorong kampus di lantai 3, tempat kami berjanji untuk bertemu lagi.
Jalan yang kulalui menuju kampus terasa sepi, padahal banyak orang berlalu lalang, terasa amat berat aku melangkahkan kaki, sampai tak kusadari aku sudah tiba di lorong lantai 3, lorong yang akan menentukan hubunganku dan Surti.
Ti….? halo…? kamu di sini kan?
Ya mas… jalan terus saja, aku diujung lorong
Suara Surti menggema dari ujung lorong gelap ini, seberkas cahaya sudah menungguku diujung sana, dengan sigap aku melangkahkan kaki, langkah kupercepat, dan sampailah aku di sana, di depan Surti yang mengenakan kaos ketat putih dan celana kolor merah jambu menonjolkan buah dada dan pantatnya yang bulat sempurna.
Gimana mas? Udah siapin apa yang surti minta? tanya Surti sambil memandangku, tangannya memegang erat tanganku seakan berharap apa yang aku bawa akan bisa memuaskan keinginannya.
Begini Ti… aku tidak bisa memberimu apa-apa, aku tidak punya uang sebanyak yang kamu pikir, bapakku hanya petani biasa, aku bisa kuliah pun hanya karena beasiswa saja, jadi mulai saat ini kita berteman saja ya… aku tidak berharap kemolekan tubuhmu itu jadi milikku… sudah cukup dengan mengenalmu saja, aku sudah puas
Jawaban ini yang aku rangkai saat perjalanan keluar dari kamar, jawaban yang aku kira pantas dan bisa dimengerti oleh Surti. Nafsu adalah nomor sekian bagiku, yang penting harga dirinya terhormati.
Gak papa kok mas… tanpa biaya pun Surti mau jadi milik mas… malam ini… malam kita berdua Surti memelukku sambil membisikan kalimat tepat di samping daun telingaku.
Kami berpandangan sambil berpelukan mesra, di depan lorong ini, malam ini… Surti akan menjadi milikku seutuhnya, perlahan lahan wajah kami kian mendekat. Surti memiringkan sedikit posisi kepalanya dan bibir kami saling bertemu… pagutan-pagutan mesra saling berbalas dari bibir kami, saling beradu, mengecup… mengulum… menggigit kecil… lidah kami bertarung di dalam rongga mulut.
Mmhhhh….. Mhmmm…. suara itu yang terdengar menghiasi suasana sepi malam ini
Kudorong Surti menuju dinding sambil bibir kami berpagut mesra, hasratku mulai menggebu-gebu kuciumi leher jenjang Surti, dia hanya bisa memejamkan mata menikmati tiap sentuhan di daerah sensitivnya, daun telinganya pun tidak lepas dari jamahan lidahku… terus ku kecup dan ku gigit lembut..
Mmmhhh… mas.. enak…. ahh….mhhhh Surti mulai meracau tidak terkendali
Dibuka ya Ti bajunya… supaya lbh leluasa mainnya
Iya mas… buka aja… mmhhhhhh
Segera kuangkat ke atas t-shirt ketatnya, nampaklah dua bukti kembar menantang ditutupi dengan bra berenda berwarna hitam, kontras sekali dengan warna kulit surti yang mulus sawo matang.
Segera kukecup belahan dadanya, perbuatanku ini membuat Surti menggelinjang keenakan, kukecupi sekitar buah dadanya, kugigit pelan,perlahan namun pasti kulpeas kaitan bra yang membelenggu dada Surti, kubiarkan jatuh bebas di lantai, tanpa segan lagi kulahap habis ujung buah dada Surti, kujilat… kukulum sambil sedikit menyedot putingnya yg berwarna coklat muda itu.
ah… mas…. ah…iya di situ mas… ah… Surti meracau, dan tiap kali aku menjilat ujung putingnya dia langsung mengerang dan mendesah
ah… maaaas… ah….
Terus kumainkan putingnya kanan dan kiri, peluh pun mulai bercucuran dari dahi Surti, bdannya mulai bertambah panas
Buka semua aja mas.. Surti udah gak tahaan…..
Kamu yakin mau main di sini? Gak ada tempat lain Ti?
Tanpa aba2 surti menggandeng tanganku, ternyata tidak jauh dari tempat kami bercumbu, ada ruang Unit Kesehatan Kampus segera Surti membukanya dan menyeretku masuk… kami berpagutan lagi… saling menarik dan mendorong tubuh masing masing…
Buka ya mas…. mmh… Surti melucuti semua atribut lengkapku, tubuhku polos dengan kemaluan yang mengacung tegak di hadapan Surti
Slurrrrrppp….. ah….. Tanpa aba-aba Surti melahap kemaluanku, dikulum dan dihisapnya senjataku ini, dengan cepat namun lembut dikeluar masukkan melalui mulut mungilnya, ujung kemaluanku dijilatnya dengan telaten, sampai kedua kakiku bergetar, hampir saja aku hilang keseimbangan karena permainannya.
Seegera aku mendorongnya rebah di kasur yg biasa digunakan para mahasiswa sakit beristirahat, kulucuti semua pakaiannya, tubuh mulus polos terbujur dihadapanku, akupun berinisiatif mengambil posisi 69, dengan perlahan kukecup bagian dalam pahanya…
ahhh…..ah…. mas….. ah….sssss desisan dan desahan keluar dari mulut Surti
Kukecup perlahan bagian kemaluannya, gundukan yang ditumbuhi bulu bulu halus itu kukecup dan kutekan dengan hidungku
aaaaaaah……Mas…. Geli…mmhh Surti mengatupkan pahanya, namun itu justru membuat wajahku makin menekan kemaluannya
Slurppp sluurrrppp…. Surti melanjutkan jilatannya yang sempat terhenti
Akupun tidak mau kalah, kuselipkan lidahku ke belahan kemaluan Surti… kugesek pelan dengan lidahku, dia makin kelojotan dengan tingkahku ini, hisapan pada kemaluanku makin cepat dan dalam..
Kujilat klitorisnya dengan tiba-tiba..
mmmmhhhhhhh………… tubuhnya melengkung ke atas, lenguhan panjang terdengar dari mulut Surti
Melihat reaksi ini segera kuhisap dalam dalam biji klitoris Surti yang sudah membengkak sepeti kacang tanah…
aaaaaaaakhhhhh……. aaaaaaaaaaaaakhhhh…… maaaaasssss aaaaah hisapan panjangku membuat tubhnya benar-benar bergetar hebat, dia menahan kepalaku agar bertahan dan akupun terus menghisap dalam dalam..
aaaaah.. ah… ah….. oooh… ahh…. Surrtttiiiii sampeee masss aaahh…
Leguhan panjang bersamaan dengan tubuh lunglai Surti mengakhiri hisapanku pada klitorisnya…
Enak Ti?…. Tnayaku padanya
Enak mas… Surti mau lagi sambil tersipu sipu dia memandangku
Sekarang masukin ya Ti?
Iya mas… Surti udah siap kok
Tanpa ba bi bu aku langsung mengambil posisi, badanku menindih Surti yang sudah membuka kemaluannya lebar-lebar demi memberi akses masuk untuk senjata ku ini.
Sluppp.. masuklah seluruh kemaluanku beserta lenguhan panjang dari kami berdua
Ah… pelan pelan masss
Iya Ti…
Aku menggenjot tubuh Surti yang sudah terkuras tenaganya untuk orgasme pertama tadi, dia membalas dengan goyangan pinggulnya yang tidak kalah dasyat, kami beradu dengan panasnya, keringat bercucuran dari lengan ku membasahi badan Surti yang semakin menaikkan nafsu.
Maaaasss… aaah… Surtiii… sampe lagiiii… Ahhhh!!!!
Cairan hangat mengguyur kepala kemaluanku di dalam lubang senggama Surti, dia mencapai orgasmenya yang ke dua, kuberi dia waktu untuk bernafas dahulu.
Lanjut ku genjot dia dengan posisi dogystyle, kutusuk dari belakang sambil aku meremas kedua buah dada yang montok dan kencang, Surti nampak lemas sekali sampai berkali kali tangnnya tidak mampu lagi menopang badan kami.
Maasss…. Surtiiii udah gak kuaat…
Iya Ti…. tahan yaaa…
Aku yang belum mencapai puncak kenikmatan terus menggenjot badan Surti, dia hanya bisa pasrah, sampai ada dorongan kuat dari dalam kemaluanku… ini dia saatnya… kugenjot dengan cepat dan kuhujamkan dalam-dalam ekmaluanku ke dalam lubang senggama Surti.
kyaaa…. aaaaaa… maaassssssss
aaaaah… Tiii…. mas sampeeeee……aaaah
Kami berdua terbaring lunglai tak berdaya.. pelukku mendekap erat badan Surti yang sudah mengalami orgasme tiga kali berturut-turut…
Mas… enak banget… Surti sampe keluar mulu
Iya.. mas juga puas kok Ti
Janji ya mas… jangan pernah lupain Surti
Iya.. mas janji, kamu mau jadi pasangan hidup mas?
Aku tahu memang ini bukan saat yang tepat, namun entah kenapa aku merasa sudah sangat dekat dengan Surti dan yakin kalau di adalah Jodohku
Surti gak bisa jawab sekarang mas… besok akan Surti kasi jawabannya
Hmmm ya udah Ti.. makasih untuk malam yang spesial ini ya aku berterimakasih sedalam-dalamnya sambil mengecup kening Surti yang lunglai dalam dekapanku
Setelah kami berbenah, kami pulang ke tempat masing-masing, kira-kira jam 10 malam aku sampai di kos, dan langsung rebah terlelap karena tenagaku sudah terkuras habis untuk menghadapi pertempuran malam ini.
Fajar pun menyingsing, aku melihat jam di handphone ku sudah menunjukan pukul sembilan pagi, kesiangan pikirku. Namun bukan pelajaran yang ada di benakku, melainkan jawaban yang akan diberikan Surti, ya jawaban yang aku harap bisa melegakan hatiku.
Segera aku mandi dan lansung meluncur ke kampus demi bertemu Surti.
Sesampainya di sana aku menghampiri koperasi mahasiswa dimana Surti seharusnya berada… ya… seharusnya… namun sampai sekarrang tidak kunjung kubertemu dengannya, hanya secarik surat yang dititipkannya untukku, Pardi yang menyerahkannya, dia berkata Surti pergi subuh tadi, sepertinya terlihat buru-buru dan hanya meninggalkan ini untukku, katanya daftar stok barang koprasi.
Namun ketika kubuka, mataku berkaca-kaca… ternyata surat itu berisi…
Untuk mas Rony
Terimakasih sudah mau menjadi teman terbaik Surti, tiap kali Surti melihat mas, selalu ada semangat baru yang mendorong Surti untuk bertahan di kota ini, namun apa daya Surti hanya gadis biasa, perlu mas tahu Surti mencari uang untuk membayar hutang-hutang almarhum ayah Surti yang banyak jumlahnya, batas jatuh temponya adalah kemarin, Surti sudah meminta bantuan kepada bapak rektor namun tidak dikabulkan, dan sekarang Surti harus membayar dengan mengabdi pada rentenir tempat ayah Surti berhutang di Jakarta, tidak usah mencari Surti karena kita tidak menjalin hubungan apa-apa, jalani hidup mas dengan baik dan jadi dokter yang handal ya… trimakasih perpisahan kita di LORONG CINTA kemarin malam… salam manis Surti.Click to expand…
Kuremas kertas itu dan aku hanya bisa duduk dan mencucurkan air mata, Surti belum menjawab pertanyaanku bukan karena dia tidak mau, tapi tidak bisa…
Dan belakangan Pardi menjelaskan bahwa dihari aku kaget melihat dia di kamar mandi cowok adalah hari dimana Surti menangis, meminta Pardi supaya mencegahku masuk sehingga aku tidak melihatnya menangis karena dia ingin tampak tegar dihadapanku.
Namun hidup harus terus berjalan, aku mengambil langkah baru, dan berusaha sebaik mungkin menjadi dokter handal sesuai harapan Surti.,,,,,,,,,,,,,,