Nasib Janda Kecentilan
Cerita ini berawal dari seringnya saya pergi bolak-balik ke rúmah sakit úntúk menjaga papa saya di rúmah sakit swasta di daerah Jatinegara, Jakarta Timúr. Pada hari Minggú siang tanggal 5 November 2009, saya túrún ke bawah tempat merokok di
rúmah sakit tersebút, namún di saat saya menikmati rokokkú itú, di dekat tempat dúdúkkú ada seorang wanita setengah baya yang kira-kira berúmúr 30 tahún. Ia tampak sibúk sekali menelepon sana-sini dengan handphone-nya úntúk mencari jasa derek mobil úntúk mobilnya. Entah karena saya merasa terganggú ataú ada keinginan úntúk membantú wanita itú,
akhirnya saya beranikan diri úntúk menawarkan jasa saya sebab siapa tahú kerúsakannya masih sepele. Setelah mengúmpúlkan semúa keberanian úntúk menawarkan jasa saya akhirnya melúncúr júga dari múlútkú úntúk membantú dia. “Eee.. maaf Tante, kalo saya boleh taú, mobil tante rúsak?” tanya saya dengan ragú-ragú. “Iya Dik”, jawabnya singkat
sambil tetap menghúbúngi seseorang dengan handphone- nya. “Eee.. kalo boleh taú, Tante.. mobil Tante apa merk- nya?” tanya saya lagi. “Honda, Honda Maestro”, jawabnya dan kali ini dia melihat saya. “Kalo boleh, saya coba bantú Tante búat benerin mobilnya Tante, sebab siapa taú saya bisa, Tante!” kata saya menawarkan pertolongan. “Eee..
boleh- boleh.. Ayo ke mobil saya yúk”, pintanya. Setelah itú kita berdúa jalan meninggalkan tempat itú úntúk menújú ke mobil wanita itú, yang ternyata tidak jaúh dari tempat merokok. Setelah saya dibúkakan pintú, saya coba starter mobilnya tapi hasilnya nihil. Dengan kasús seperti ini, saya katakan pada wanita itú bahwa ada kemúngkinan bahwa ini
masalah dinamonya dan saya sarankan úntúk mendorong mobilnya sebab tidak ada masalah sehingga dia bisa tiba di rúmahnya ataú bengkel sebelúm kesorean dan tidak perlú memanggil jasa derek mobil karena biayanya yang mahal. Dan sepertinya dia berpikir sejenak dan dia setújú dengan saran saya, hingga akhirnya saya memanggil salah satú satpam
yang saya temúi úntúk meminta pertolongannya úntúk mendorong mobil. Agh, akhirnya mobil wanita itú nyala júga dan seperti dúgaankú bahwa masalahnya hanya masalah dinamo. Dengan posisi wanita itú di dalam mobil dan saya di lúar sambil memperhatikan dia úntúk meninggalkan saya, tiba-tiba dia memanggil saya dengan membúka kaca jendelanya dan
mengúcapkan terima kasih kepada saya sambil memberikan úang 2 lembar seratús ribú tapi saya tolak sebab pertolongankú adalah dari hati núranikú búkan úntúk meminta balasan namún dia tetap memaksa saya dan akhirnya saya ambil satú saja dan satúnya lagi tetap di tangannya sambil mengúcapkan bahwa itú saja súdah lebih dari cúkúp. Akhirnya
dia mengalah karena saya tetap bertahan úntúk tidak mengambil sisanya tapi dia membúka tasnya dan mengambil kartú namanya dan diberikan búat saya sambil menitip pesan bahwa kalaú ada sesúatú ataú saya sedang senggang diminta menghúbúngi dia, dan saya terima kartú namanya. Sebelúm pergi, dia menanyakan nama saya sambil menyodorkan
tangannya dan saya jawab bahwa nama saya Willi dan dia mengatakan bahwa namanya Lita. Dan akhirnya ia pergi dengan mobilnya dan saya tetap berdiri melihat mobilnya hingga hilang ditelan sebúah tikúngan ke kanan. Dúa hari setelah kejadian itú, papa saya meninggal dan saya sibúk menyelasaikan segala úrúsan yang berkaitan dengan papa saya múlai dari
rúmah sakit, rúmah dúka, dikremasi hingga jadinya Akte Kematian. Setelah semúanya selesai dan saya kembali pada kehidúpankú yang hanya menghabiskan hari demi hari saya dengan jalan- jalan dengan teman-teman saya ke sana ke mari. Hingga pada súatú hari di búlan Desember 2009, saya teringat kembali dengan wanita yang saya kenal
di rúmah sakit dan saya cari kartú namanya dan akhirnya ketemú. Akhirnya saya húbúngi Handphone-nya walaúpún di kartú nama itú ada nomor telepon rúmah dan kantornya. “Hallooo?!” terdengar jawaban seorang wanita dari sana. “Dengan Lita- nya ada? ini Willi”, jawab saya lengkap. Sejenak terdiam dan terdengar, “Iya ini Lita sendiri dan saya
ingat kalo kamú yang nolong saya waktú saya di rúmah sakit itú khan?” tanyanya yang terkesan menebak. “Iya.. ini saya Willi yang waktú itú”, jawab saya. “Eee.. gimana sekarang kamú, Will?” tanyanya. “Lagi senggang nich”, jawab saya. “Kayaknya úntúk sekarang ini saya nggak bisa lama-lama ditelepon.. bagaimana kalaú malam ini kita ketemú, saya maú
traktir kamú makan malem, apa bisa?” sambúngnya. “Iya bisa. Saya nggak ada acara”, jawabkú singkat. “Oke kalo gitú kita ketemú di restaúrant Tony’s Romas deket Ratú Plaza aja jam 7 malam ini, Oke? kamú taú khan?” jawabnya menjelaskan. “Iya saya taú, Oke dech sampe nanti”, jawabkú. Seperti janjikú dengan Lita, saya datang
ke Restaúrant Tony’s Romas dan saya tiba 10 menit lebih awal. Dan pilih tempat dúdúk yang kira-kira saya bisa lihat kalaú ada orang yang datang. Tepat jam 19.00, Lita datang, dan saya sangat terpana dengan pakaiannya yang begitú seksi. Dia mengenakan bajú terúsan warna merah dengan strip warna birú dengan model tali yang menggantúng
pada lehernya sehingga tampak dengan jelas púnggúngnya dan berarti dia tidak memakai BH dan rambútnya yang sepanjang bahú dia ikat ke atas sedang rambút depannya dibúat poni rata dengan alis matanya tapi dengan tekúkan ke atas. Dadanya yang lúmayan besar dan búlat seakan-akan maú kelúar dari bajú yang dia pakai. Wow, saya begitú
terpana dengan apa yang saya lihat, tapi saya tidak terlalú terpana sebab saya harús memberitahú bahwa saya ada. Saya mengangkat tangan mengisyaratkan siapa tahú dia melihat. Ternyata ada seorang waiter yang melihat dan sepertinya dia tahú bahwa saya memanggil Lita, dan waiter itú pún mengatakan sesúatú pada Lita lalú menúnjúk pada
arahkú. “Hi.. údah lama?” katanya membúka pembicaraan sambil dúdúk dan merapikan bajú terúsannya sepanjang mata kaki. “Belúm”, jawabkú singkat. “Eee.. kamú údah pesen? kalo belúm, kamú maú pesen apa?” tanya dia. “Belúm, saya belúm pesen apa- apa”,jawabkú sambil membúka búkú menú. Setelah kita berdúa memesan makanan, dan
sambil menúnggú makanan kami berbincang- bincang sana-sini dan akhirnya dia menanyakan bahwa mengapa saya ada di rúmah sakit saat itú, dan saya jelaskan dan saya katakan púla bahwa papa saya súdah meninggal dan dia tampak kaget dan minta maaf kalaú dia membúat saya sedih. Acara makan malam saya bersama Lita berlangsúng lancar dan
kita berdúa maú púlang, dia memaksa mengantar saya púlang sebab selain hemat biaya lagipúla ternyata rúmah Lita searah dengan saya, dia tinggal di daerah Kelapa Gading dan saya yang menyetir dengan ijin dia terlebih dahúlú. Dalam perjalanan, tanpa saya tanya, dia mengatakan bahwa dia súdah cerai dengan súaminya sejak anaknya berúsia 6 búlan dengan
alasan mantan súaminya itú púnya simpanan. Saat dia menceritakan itú, saya tidak tahú apa yang harús saya lakúkan sebab rasanya kalaú diterús-terúskan múngkin akan membúat dia sedih dengan pengalaman pahitnya, hingga pada akhirnya mengatakan bahwa sebaiknya tidak perlú diterúskan sebab múngkin akan membúat dia ingat dengan
masa lalúnya itú tapi dia mengatakan bahwa dia ingin saya tahú dengan siapa yang dia kenal (maksúdnya dia sendiri). Dari ceritanya, dapat saya simpúlkan bahwa dia wanita karier yang lúmayan bagús dengan kariernya. Setelah dia selesai menceritakan semúanya, kita terdiam sejenak dan hanya tembang-tembang Ebiet G Ade yang kita
dengar. Tapi dengan tiba-tiba dan membúat saya kaget, Lita mendekatkan kepalanya dan menyandar diantara bahú dan újúng jok mobil. Saat itú saya tidak tahú harús bagaimana, jadi saya diam saja. Namún yang menambah kúrang konsentrasinya saya dengan jalan adalah, setiap saya mengganti persneling, lengan saya bersentúhan dengan dadanya yang lúmayan besar
dan ini tidak mengúbah cara dia dúdúk, dia tetap dengan posisinya. Setiap kali bersentúhan saya minta maaf padanya dan hati serta kemalúankú tegang. Rasanya saya teramat salah tingkah sebab selain menggangú pikiran saya, saya pún menikmati apa yang terjadi. Sampai pada akhirnya Lita memecahkan kesepian pada saat itú dengan mengatakan,
“Will, kamú súdah pernah bercinta?” Wah, rasanya seperti disambar geledek dengar pertanyaan Lita. Setelah terdiam sebentar karena kaget, saya jawab pertanyaannya itú dengan jújúr bahwa saya súdah pernah bercinta dan saya jelaskan púla bahwa itú dengan pacar saya. Lalú dia bilang, “Eee.. kayaknya kamú sekarang súdah terangsang ya dengan
posisikú kayak gini ini?” sambil tangan kirinya dengan cepat meraba daerah kemalúan saya. Saya benar- benar terhenyak dengan sikap Lita dan saya biarkan tangan kirinya meraba-raba dengan halúsnya kemalúan saya dari celana panjang saya sebab selain inilah yang yang inginkan, saya pún lagi-lagi dalam posisi súlit. Saya tidak tahú berapa lama dia meraba- raba
kemalúan saya hingga pada akhirnya dia membúka reitsleting celana saya dan makin berani sehingga sekarang dia meraba-rabanya di celana dalam saya. Sambil meraba-raba dia bilang (dengan nada nakal dan manja), “Will, púnya kamú ini besar ya?! panjang lagi.. dan kayaknya údah pengen maen nich.” Namún saya tidak memberi jawaban sebab selain
rúmah sakit tersebút, namún di saat saya menikmati rokokkú itú, di dekat tempat dúdúkkú ada seorang wanita setengah baya yang kira-kira berúmúr 30 tahún. Ia tampak sibúk sekali menelepon sana-sini dengan handphone-nya úntúk mencari jasa derek mobil úntúk mobilnya. Entah karena saya merasa terganggú ataú ada keinginan úntúk membantú wanita itú,
akhirnya saya beranikan diri úntúk menawarkan jasa saya sebab siapa tahú kerúsakannya masih sepele. Setelah mengúmpúlkan semúa keberanian úntúk menawarkan jasa saya akhirnya melúncúr júga dari múlútkú úntúk membantú dia. “Eee.. maaf Tante, kalo saya boleh taú, mobil tante rúsak?” tanya saya dengan ragú-ragú. “Iya Dik”, jawabnya singkat
sambil tetap menghúbúngi seseorang dengan handphone- nya. “Eee.. kalo boleh taú, Tante.. mobil Tante apa merk- nya?” tanya saya lagi. “Honda, Honda Maestro”, jawabnya dan kali ini dia melihat saya. “Kalo boleh, saya coba bantú Tante búat benerin mobilnya Tante, sebab siapa taú saya bisa, Tante!” kata saya menawarkan pertolongan. “Eee..
boleh- boleh.. Ayo ke mobil saya yúk”, pintanya. Setelah itú kita berdúa jalan meninggalkan tempat itú úntúk menújú ke mobil wanita itú, yang ternyata tidak jaúh dari tempat merokok. Setelah saya dibúkakan pintú, saya coba starter mobilnya tapi hasilnya nihil. Dengan kasús seperti ini, saya katakan pada wanita itú bahwa ada kemúngkinan bahwa ini
masalah dinamonya dan saya sarankan úntúk mendorong mobilnya sebab tidak ada masalah sehingga dia bisa tiba di rúmahnya ataú bengkel sebelúm kesorean dan tidak perlú memanggil jasa derek mobil karena biayanya yang mahal. Dan sepertinya dia berpikir sejenak dan dia setújú dengan saran saya, hingga akhirnya saya memanggil salah satú satpam
yang saya temúi úntúk meminta pertolongannya úntúk mendorong mobil. Agh, akhirnya mobil wanita itú nyala júga dan seperti dúgaankú bahwa masalahnya hanya masalah dinamo. Dengan posisi wanita itú di dalam mobil dan saya di lúar sambil memperhatikan dia úntúk meninggalkan saya, tiba-tiba dia memanggil saya dengan membúka kaca jendelanya dan
mengúcapkan terima kasih kepada saya sambil memberikan úang 2 lembar seratús ribú tapi saya tolak sebab pertolongankú adalah dari hati núranikú búkan úntúk meminta balasan namún dia tetap memaksa saya dan akhirnya saya ambil satú saja dan satúnya lagi tetap di tangannya sambil mengúcapkan bahwa itú saja súdah lebih dari cúkúp. Akhirnya
dia mengalah karena saya tetap bertahan úntúk tidak mengambil sisanya tapi dia membúka tasnya dan mengambil kartú namanya dan diberikan búat saya sambil menitip pesan bahwa kalaú ada sesúatú ataú saya sedang senggang diminta menghúbúngi dia, dan saya terima kartú namanya. Sebelúm pergi, dia menanyakan nama saya sambil menyodorkan
tangannya dan saya jawab bahwa nama saya Willi dan dia mengatakan bahwa namanya Lita. Dan akhirnya ia pergi dengan mobilnya dan saya tetap berdiri melihat mobilnya hingga hilang ditelan sebúah tikúngan ke kanan. Dúa hari setelah kejadian itú, papa saya meninggal dan saya sibúk menyelasaikan segala úrúsan yang berkaitan dengan papa saya múlai dari
rúmah sakit, rúmah dúka, dikremasi hingga jadinya Akte Kematian. Setelah semúanya selesai dan saya kembali pada kehidúpankú yang hanya menghabiskan hari demi hari saya dengan jalan- jalan dengan teman-teman saya ke sana ke mari. Hingga pada súatú hari di búlan Desember 2009, saya teringat kembali dengan wanita yang saya kenal
di rúmah sakit dan saya cari kartú namanya dan akhirnya ketemú. Akhirnya saya húbúngi Handphone-nya walaúpún di kartú nama itú ada nomor telepon rúmah dan kantornya. “Hallooo?!” terdengar jawaban seorang wanita dari sana. “Dengan Lita- nya ada? ini Willi”, jawab saya lengkap. Sejenak terdiam dan terdengar, “Iya ini Lita sendiri dan saya
ingat kalo kamú yang nolong saya waktú saya di rúmah sakit itú khan?” tanyanya yang terkesan menebak. “Iya.. ini saya Willi yang waktú itú”, jawab saya. “Eee.. gimana sekarang kamú, Will?” tanyanya. “Lagi senggang nich”, jawab saya. “Kayaknya úntúk sekarang ini saya nggak bisa lama-lama ditelepon.. bagaimana kalaú malam ini kita ketemú, saya maú
traktir kamú makan malem, apa bisa?” sambúngnya. “Iya bisa. Saya nggak ada acara”, jawabkú singkat. “Oke kalo gitú kita ketemú di restaúrant Tony’s Romas deket Ratú Plaza aja jam 7 malam ini, Oke? kamú taú khan?” jawabnya menjelaskan. “Iya saya taú, Oke dech sampe nanti”, jawabkú. Seperti janjikú dengan Lita, saya datang
ke Restaúrant Tony’s Romas dan saya tiba 10 menit lebih awal. Dan pilih tempat dúdúk yang kira-kira saya bisa lihat kalaú ada orang yang datang. Tepat jam 19.00, Lita datang, dan saya sangat terpana dengan pakaiannya yang begitú seksi. Dia mengenakan bajú terúsan warna merah dengan strip warna birú dengan model tali yang menggantúng
pada lehernya sehingga tampak dengan jelas púnggúngnya dan berarti dia tidak memakai BH dan rambútnya yang sepanjang bahú dia ikat ke atas sedang rambút depannya dibúat poni rata dengan alis matanya tapi dengan tekúkan ke atas. Dadanya yang lúmayan besar dan búlat seakan-akan maú kelúar dari bajú yang dia pakai. Wow, saya begitú
terpana dengan apa yang saya lihat, tapi saya tidak terlalú terpana sebab saya harús memberitahú bahwa saya ada. Saya mengangkat tangan mengisyaratkan siapa tahú dia melihat. Ternyata ada seorang waiter yang melihat dan sepertinya dia tahú bahwa saya memanggil Lita, dan waiter itú pún mengatakan sesúatú pada Lita lalú menúnjúk pada
arahkú. “Hi.. údah lama?” katanya membúka pembicaraan sambil dúdúk dan merapikan bajú terúsannya sepanjang mata kaki. “Belúm”, jawabkú singkat. “Eee.. kamú údah pesen? kalo belúm, kamú maú pesen apa?” tanya dia. “Belúm, saya belúm pesen apa- apa”,jawabkú sambil membúka búkú menú. Setelah kita berdúa memesan makanan, dan
sambil menúnggú makanan kami berbincang- bincang sana-sini dan akhirnya dia menanyakan bahwa mengapa saya ada di rúmah sakit saat itú, dan saya jelaskan dan saya katakan púla bahwa papa saya súdah meninggal dan dia tampak kaget dan minta maaf kalaú dia membúat saya sedih. Acara makan malam saya bersama Lita berlangsúng lancar dan
kita berdúa maú púlang, dia memaksa mengantar saya púlang sebab selain hemat biaya lagipúla ternyata rúmah Lita searah dengan saya, dia tinggal di daerah Kelapa Gading dan saya yang menyetir dengan ijin dia terlebih dahúlú. Dalam perjalanan, tanpa saya tanya, dia mengatakan bahwa dia súdah cerai dengan súaminya sejak anaknya berúsia 6 búlan dengan
alasan mantan súaminya itú púnya simpanan. Saat dia menceritakan itú, saya tidak tahú apa yang harús saya lakúkan sebab rasanya kalaú diterús-terúskan múngkin akan membúat dia sedih dengan pengalaman pahitnya, hingga pada akhirnya mengatakan bahwa sebaiknya tidak perlú diterúskan sebab múngkin akan membúat dia ingat dengan
masa lalúnya itú tapi dia mengatakan bahwa dia ingin saya tahú dengan siapa yang dia kenal (maksúdnya dia sendiri). Dari ceritanya, dapat saya simpúlkan bahwa dia wanita karier yang lúmayan bagús dengan kariernya. Setelah dia selesai menceritakan semúanya, kita terdiam sejenak dan hanya tembang-tembang Ebiet G Ade yang kita
dengar. Tapi dengan tiba-tiba dan membúat saya kaget, Lita mendekatkan kepalanya dan menyandar diantara bahú dan újúng jok mobil. Saat itú saya tidak tahú harús bagaimana, jadi saya diam saja. Namún yang menambah kúrang konsentrasinya saya dengan jalan adalah, setiap saya mengganti persneling, lengan saya bersentúhan dengan dadanya yang lúmayan besar
dan ini tidak mengúbah cara dia dúdúk, dia tetap dengan posisinya. Setiap kali bersentúhan saya minta maaf padanya dan hati serta kemalúankú tegang. Rasanya saya teramat salah tingkah sebab selain menggangú pikiran saya, saya pún menikmati apa yang terjadi. Sampai pada akhirnya Lita memecahkan kesepian pada saat itú dengan mengatakan,
“Will, kamú súdah pernah bercinta?” Wah, rasanya seperti disambar geledek dengar pertanyaan Lita. Setelah terdiam sebentar karena kaget, saya jawab pertanyaannya itú dengan jújúr bahwa saya súdah pernah bercinta dan saya jelaskan púla bahwa itú dengan pacar saya. Lalú dia bilang, “Eee.. kayaknya kamú sekarang súdah terangsang ya dengan
posisikú kayak gini ini?” sambil tangan kirinya dengan cepat meraba daerah kemalúan saya. Saya benar- benar terhenyak dengan sikap Lita dan saya biarkan tangan kirinya meraba-raba dengan halúsnya kemalúan saya dari celana panjang saya sebab selain inilah yang yang inginkan, saya pún lagi-lagi dalam posisi súlit. Saya tidak tahú berapa lama dia meraba- raba
kemalúan saya hingga pada akhirnya dia membúka reitsleting celana saya dan makin berani sehingga sekarang dia meraba-rabanya di celana dalam saya. Sambil meraba-raba dia bilang (dengan nada nakal dan manja), “Will, púnya kamú ini besar ya?! panjang lagi.. dan kayaknya údah pengen maen nich.” Namún saya tidak memberi jawaban sebab selain
saya tidak tahú harús menjawab apa, saya merasa sedang terbang. Dan saya pún tidak tahú pasti berapa lama dia meraba-raba kemalúan saya dari atas celana dalam saya. photomemek.com Hingga pada akhirnya dengan tiba-tiba kepalanya seperti terjatúh ke daerah kemalúan saya dan dia menjilat-jilat celana dalam saya dengan tangan kirinya yang tetap meraba-raba rambút kemalúan saya yang múngkin sebagian kelúar dari celana dalam. Saya yakin bahwa celana dalam saya
súdah basah dengan air liúrnya sebab rasanya súdah agak lama dia jilati. Tidak berapa lama setelah saya berpikir seperti ini, dia membúka celana dalam saya dan langsúng menelan semúa kemalúan saya. Wah, rasanya benar-benar nikmat dan saya benar-benar harús membagi dúa pikiran saya antara kenikmatan yang sedang saya rasakan júga jalanan. Karena saya pún terangsang dengan kúlúman Lita, dengan berani saya memegang dadanya dan
meremas-remas kecil. Walaúpún saya tidak melihat, namún saya dapat membayangkan bagaimana rasanya apabila saya menghisapnya. Wah, súlit dikatakan. Hingga pada saatnya, saya mengatakan pada Lita bahwa saya rasa saya akan klimaks, tapi búrú-búrú dia menghentikan kúlúmannya dan mengambil posisi dúdúk normal. Dan dia bilang bahwa dia pún
súdah terangsang dan ingin berhúbúngan seks. Dia mengajak saya menginap di salah satú hotel. Sebelúm mengiyakan ajakan Lita, saya katakan bahwa saya harús memberitahú sama orang rúmah bahwa saya tidak púlang agar mereka tidak perlú menúnggú saya. Setelah semúanya súdah beres, akhirnya mobil yang kita túmpangi saya arahkan ke daerah Súnter, sebab saya tahú bahwa di sitú ada hotel, walaúpún saya belúm pernah menginap di sitú.
Akhirnya kami tiba di hotel yang saya maksúd dan saya beserta Lita masúk dan mengúrús úrúsan- úrúsan di Front Office di hotel itú, dan setelah semúa selesai dengan biaya yang ditanggúng Lita, kami pún diantar ke kamar yang súdah dipilih dengan Bellboy. Setelah mengecek sana-sini dalam kamar, akhirnya Bellboy meminta ijin úntúk kelúar setelah menghidúpkan TV dengan Channel MTV. Dan setelah terdengar súara pintú kamar kami ditútúp oleh Bellboy, saya dan Lita dengan cepat saling berpelúkan dan berciúman sambil berdiri karena sama-sama
súdah tidak bisa menahan gairah seks masing-masing. Lita memang kelihatan súdah terangsang berat dan pandai berciúman sebab saya dapat merasakan permainan lidahnya yang sangat Hot. Sambil bermain lidah, tangan Lita dan tangan saya saling meraba-raba bagian terlarang satú sama lain. Tangan kiri saya tetap memegang bagian belakang kepala Lita sedang tangan kanan saya mengelús-elús bagian púnggúng Lita yang terbúka dan múlús
pútih tanpa cacat, sesekali meraba ke bagian tekúkan bawah payúdaranya. Sesekali terciúm olehkú aroma parfúm yang dia gúnakan. Sedangkan tangan kiri Lita menelúsúp ke bagian belakang celana saya sedang tangan kanannya merabanya dari depan múlai dari kemalúan saya hingga ke daerah púsar. Lama-kelamaan, tangan saya membúka sebagian bajú bagian dadanya sehingga saya dapat memegang dengan jelas bentúk payúdaranya. Saya rasakan bahwa
besar payúdara Lita terasa mantap dengan posisi jemari saya seperti maú mengambil payúdaranya itú. Saya úsap, elús dan mainkan púting súsúnya yang terasa makin lama makin agak keras. Dengan tetap sambil berciúman, memainkan lidah dan saling menggigit bibir bawah ataú atas satú sama lainnya. Sedangkan tangan Lita sedang berúsaha membúka celana saya dengan membúka reitsleting celana dan berúsaha membúka ikat pinggang saya. Setelah celana saya
dapat dibúka oleh Lita, dengan sigap dia mengambil kemalúankú yang súdah tegang dari balik celana dalamkú lalú memajú- múndúrkan tangannya sambil tetap menggenggam kemalúankú. Sambil meraba- raba dan tetap memainkan púting súsúnya, tangan saya yang lain berúsaha úntúk membúka kancing yang terletak di leher belakang Lita. filmbokepjepang.com Dan akhirnya saya dapat membúka kancing itú walaúpún sedikit súlit sebab hanya dengan satú tangan. Begitú bajú terúsannya dapat saya búka, dengan otomatis bajú terúsan itú túrún ke lantai sehingga payúdara Lita
sekarang súdah tidak tertútúpi sesúatú apa pún. Dengan túrúnnya bajú terúsannya ke lantai, saya hentikan ciúman bibir dengan Lita dan saya langsúng menciúm bagian dada kiri dan kanan Lita yang begitú ranúm dan kencang seakan- akan masih dalam pertúmbúhan. Dalam setiap hisapankú ataú permainan lidahkú pada púting súsúnya, Lita mendesah kenikmatan, “úúúh.. aaghh.. enakk..” dengan sesekali menambahkannya dengan nama saya dan disertai denga nafas yang membúrú. Sedangkan tangannya dengan bergantian tetap memegang
kemalúan saya dan mengocoknya. Setelah saya agak púas dengan payúdaranya, jilatan, hisapan dan kecúpan kecil saya mengarah ke bawah dan makin ke bawah dengan tetap diiringi desahan Lita yang saya rasa súdah terangsang karena kenikmatan. Namún tangan saya tetap meraba serta mengelús-elús payúdaranya. Hingga pada akhirnya tangan Lita melepaskan kemalúan saya karena posisi kami yang tidak memúngkinkan. Jilatan dan kecúpan kecil pada bagian
bawah dada Lita makin liar dengan makin tidak dapat mengontrol diri saya sendiri dengan gairah seks yang melúap-lúap dan dengan sesekali saya membúka mata saya dan melihat bagian túbúh Lita yang pútih bersih serta múlús dan lembút. Saya pún dapat merasakan detak jantúngnya yang makin kencang. Sambil tetap menjilati dan memberi kecúpan kecil, tangan saya dúa-dúanya meraba-raba bagian kemalúannya yang masih tertútúp oleh celana dalam yang dia gúnakan. Setelah saya meraba-raba dengan halús semúa daerah kemalúannya serta bagian pantat
Lita, barú saya ketahúi bahwa dia mengenakan celana dalam dengan model tali yang mana lekúkan pada daerah lúbang analnya berúpa tali dan melingkari pinggangnya pún berúpa tali yang diikat pada bagian pinggang kiri. Dan ini menambah gairah seks saya yang memblúdak. Setelah dengan múdah dapat saya búka celana dalamnya, jilatan júga kecúpan kecil, saya lanjútkan pada daerah kemalúannya hingga saya dapat merasakan bahwa saya
sedang berada di beberapa centimeter di atas liang kewanitaannya. Daerah yang ditúmbúhi oleh rambút-rambút yang tidak terlalú lebat dan terkesan dirawat rapi. Dan saya tetap menikmati dengan makin mendesahnya Lita dengan apa yang saya lakúkan pada túbúhnya. Tangan saya pún múlai memainkan kemalúannya yang basah, saya meraba kemalúannya dengan jari telúnjúk ataú jari tengah saya dengan sesekali saya masúkkan ke dalam kemalúan Lita. Sedang jempol saya, saya naik túrúnkan di daerah antara kemalúannya dengan rambút kemalúannya. Saya makin menikmati semúa ini dengan menyentúh újúng lidah saya pada kemalúannya bagian atas. Terciúm púla baú khas dari kemalúan Lita.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
súdah basah dengan air liúrnya sebab rasanya súdah agak lama dia jilati. Tidak berapa lama setelah saya berpikir seperti ini, dia membúka celana dalam saya dan langsúng menelan semúa kemalúan saya. Wah, rasanya benar-benar nikmat dan saya benar-benar harús membagi dúa pikiran saya antara kenikmatan yang sedang saya rasakan júga jalanan. Karena saya pún terangsang dengan kúlúman Lita, dengan berani saya memegang dadanya dan
meremas-remas kecil. Walaúpún saya tidak melihat, namún saya dapat membayangkan bagaimana rasanya apabila saya menghisapnya. Wah, súlit dikatakan. Hingga pada saatnya, saya mengatakan pada Lita bahwa saya rasa saya akan klimaks, tapi búrú-búrú dia menghentikan kúlúmannya dan mengambil posisi dúdúk normal. Dan dia bilang bahwa dia pún
súdah terangsang dan ingin berhúbúngan seks. Dia mengajak saya menginap di salah satú hotel. Sebelúm mengiyakan ajakan Lita, saya katakan bahwa saya harús memberitahú sama orang rúmah bahwa saya tidak púlang agar mereka tidak perlú menúnggú saya. Setelah semúanya súdah beres, akhirnya mobil yang kita túmpangi saya arahkan ke daerah Súnter, sebab saya tahú bahwa di sitú ada hotel, walaúpún saya belúm pernah menginap di sitú.
Akhirnya kami tiba di hotel yang saya maksúd dan saya beserta Lita masúk dan mengúrús úrúsan- úrúsan di Front Office di hotel itú, dan setelah semúa selesai dengan biaya yang ditanggúng Lita, kami pún diantar ke kamar yang súdah dipilih dengan Bellboy. Setelah mengecek sana-sini dalam kamar, akhirnya Bellboy meminta ijin úntúk kelúar setelah menghidúpkan TV dengan Channel MTV. Dan setelah terdengar súara pintú kamar kami ditútúp oleh Bellboy, saya dan Lita dengan cepat saling berpelúkan dan berciúman sambil berdiri karena sama-sama
súdah tidak bisa menahan gairah seks masing-masing. Lita memang kelihatan súdah terangsang berat dan pandai berciúman sebab saya dapat merasakan permainan lidahnya yang sangat Hot. Sambil bermain lidah, tangan Lita dan tangan saya saling meraba-raba bagian terlarang satú sama lain. Tangan kiri saya tetap memegang bagian belakang kepala Lita sedang tangan kanan saya mengelús-elús bagian púnggúng Lita yang terbúka dan múlús
pútih tanpa cacat, sesekali meraba ke bagian tekúkan bawah payúdaranya. Sesekali terciúm olehkú aroma parfúm yang dia gúnakan. Sedangkan tangan kiri Lita menelúsúp ke bagian belakang celana saya sedang tangan kanannya merabanya dari depan múlai dari kemalúan saya hingga ke daerah púsar. Lama-kelamaan, tangan saya membúka sebagian bajú bagian dadanya sehingga saya dapat memegang dengan jelas bentúk payúdaranya. Saya rasakan bahwa
besar payúdara Lita terasa mantap dengan posisi jemari saya seperti maú mengambil payúdaranya itú. Saya úsap, elús dan mainkan púting súsúnya yang terasa makin lama makin agak keras. Dengan tetap sambil berciúman, memainkan lidah dan saling menggigit bibir bawah ataú atas satú sama lainnya. Sedangkan tangan Lita sedang berúsaha membúka celana saya dengan membúka reitsleting celana dan berúsaha membúka ikat pinggang saya. Setelah celana saya
dapat dibúka oleh Lita, dengan sigap dia mengambil kemalúankú yang súdah tegang dari balik celana dalamkú lalú memajú- múndúrkan tangannya sambil tetap menggenggam kemalúankú. Sambil meraba- raba dan tetap memainkan púting súsúnya, tangan saya yang lain berúsaha úntúk membúka kancing yang terletak di leher belakang Lita. filmbokepjepang.com Dan akhirnya saya dapat membúka kancing itú walaúpún sedikit súlit sebab hanya dengan satú tangan. Begitú bajú terúsannya dapat saya búka, dengan otomatis bajú terúsan itú túrún ke lantai sehingga payúdara Lita
sekarang súdah tidak tertútúpi sesúatú apa pún. Dengan túrúnnya bajú terúsannya ke lantai, saya hentikan ciúman bibir dengan Lita dan saya langsúng menciúm bagian dada kiri dan kanan Lita yang begitú ranúm dan kencang seakan- akan masih dalam pertúmbúhan. Dalam setiap hisapankú ataú permainan lidahkú pada púting súsúnya, Lita mendesah kenikmatan, “úúúh.. aaghh.. enakk..” dengan sesekali menambahkannya dengan nama saya dan disertai denga nafas yang membúrú. Sedangkan tangannya dengan bergantian tetap memegang
kemalúan saya dan mengocoknya. Setelah saya agak púas dengan payúdaranya, jilatan, hisapan dan kecúpan kecil saya mengarah ke bawah dan makin ke bawah dengan tetap diiringi desahan Lita yang saya rasa súdah terangsang karena kenikmatan. Namún tangan saya tetap meraba serta mengelús-elús payúdaranya. Hingga pada akhirnya tangan Lita melepaskan kemalúan saya karena posisi kami yang tidak memúngkinkan. Jilatan dan kecúpan kecil pada bagian
bawah dada Lita makin liar dengan makin tidak dapat mengontrol diri saya sendiri dengan gairah seks yang melúap-lúap dan dengan sesekali saya membúka mata saya dan melihat bagian túbúh Lita yang pútih bersih serta múlús dan lembút. Saya pún dapat merasakan detak jantúngnya yang makin kencang. Sambil tetap menjilati dan memberi kecúpan kecil, tangan saya dúa-dúanya meraba-raba bagian kemalúannya yang masih tertútúp oleh celana dalam yang dia gúnakan. Setelah saya meraba-raba dengan halús semúa daerah kemalúannya serta bagian pantat
Lita, barú saya ketahúi bahwa dia mengenakan celana dalam dengan model tali yang mana lekúkan pada daerah lúbang analnya berúpa tali dan melingkari pinggangnya pún berúpa tali yang diikat pada bagian pinggang kiri. Dan ini menambah gairah seks saya yang memblúdak. Setelah dengan múdah dapat saya búka celana dalamnya, jilatan júga kecúpan kecil, saya lanjútkan pada daerah kemalúannya hingga saya dapat merasakan bahwa saya
sedang berada di beberapa centimeter di atas liang kewanitaannya. Daerah yang ditúmbúhi oleh rambút-rambút yang tidak terlalú lebat dan terkesan dirawat rapi. Dan saya tetap menikmati dengan makin mendesahnya Lita dengan apa yang saya lakúkan pada túbúhnya. Tangan saya pún múlai memainkan kemalúannya yang basah, saya meraba kemalúannya dengan jari telúnjúk ataú jari tengah saya dengan sesekali saya masúkkan ke dalam kemalúan Lita. Sedang jempol saya, saya naik túrúnkan di daerah antara kemalúannya dengan rambút kemalúannya. Saya makin menikmati semúa ini dengan menyentúh újúng lidah saya pada kemalúannya bagian atas. Terciúm púla baú khas dari kemalúan Lita.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,