Pelacur Semalam
- Home
- Cerita sex hot
- Pelacur Semalam
Hay hay hay
Kinara here
Hehehehe
Aku sebenernya udah bikin akun sendiri, tapi belum bisa bikin thread sendiri
Jadi mumpung otak lagi dipenuhi inspirasi dan imajinasi, aku bajak akun mas unuydede aja lagi hehehehehehe
Ssssssttttt, dia ngga tau kalo akun nya lagi aku pake
Gimana? Kalian suka ceritaku yang ONS WITH MY DRIVER?
Aku ucapin terimakasih buat kalian yang udah baca ceritaku, mas unuydede sekarang juga udah males banget mau ngetik cerita
Ok, kita langsung aja ke bagian cerita
Menuju TEEEEKAAAAAPEEEE
semoga terhibur
CHAPTER 1
Pelacur Semalam
____
Malam itu, Luzia kembali mengalami penderitaan. Rysh belum juga kembali dan Lunax pergi entah kemana. Hawa dari dalam tubuh Luzia begitu panas namun kulitnya begitu dingin, rasa sesak dan birahinya sudah melonjak tajam. Musim tern kali ini memang membunuhnya, ia menyesal karena gegabah mengambil waktu dan tidak memperhitungkan datangnya musim terkutuk itu. Luzia tak bisa berpikir jernih, yang ada di otaknya hanya kepuasan dan pelepasan. Entah sampai kapan Rysh akan memasungnya, entah bagaimana dia melewati musim ini dengan tenang dan nyaman.
“Aku ingin pulang!” ujarnya kesal, ia masih berusaha membebaskan diri, ia memberontak dan menggigit bibirnya kuat. Pasungan pada tubuhnya tak mudah dilepas, kunci juga pasti hanya ada di tangan Rysh. Gadis itu menggerakan kakinya, ia menendang guling yang ada di dekatnya dan membuat ranjang terlihat sangat berantakan. Sudah tak bisa ia tahan, sudah cukup ia di siksa.
“Rysh!” panggil Luzia dengan suara parau, ia sudah berteriak sangat banyak hari ini, tenggorokannya terasa sakit.
Entah sudah berapa lama ia terpasung, Rysh yang ia nantikan belum juga kembali dan membuatnya sangat kesal. Ruangan itu gelap, membuat Luzia mau tak mau menggunakan kemampuan mata ularnya untuk melihat.
“Rysh! Kau ingin membunuhku!” ujar Luzia dengan napas terengah, pergelangan tangannya terasa sangat perih. Sepertinya, Rysh memang tak punya hati. Gadis itu sedikit menyesali keputusannya, jika saja dia menikah dengan pria-pria itu, semua kesialan ini tidak akan ia dapatkan.
“Rysh! Ini sa-kit!” ujar Luzia lagi, ia benar-benar merasa hidupnya akan berakhir, jika saja dirinya memilih pria-pria tersebut, sudah pasti dia diperlakukan seperti ratu. Dengan sekuat tenaga, Luzia menarik tangannya, ia sampai menangis dan tangannya terasa sakit. Darah menetes dari luka di tangannya, sprei putih sudah ternoda dan mengeluarkan bau amis.
“Bajingan!” maki Luzia, “BAJINGAN!” teriaknya lagi. Ia tak pernah semarah ini, Rysh benar-benar keterlaluan dan menguras rasa sabarnya. Gadis itu menangis, “Rysh, kau kejam!” ujar Luzia di sela tangisnya.
Pintu kamar terbuka, seorang pria masuk dengan langkah teratur sambil bersedekap dan menyeringai. Ia berdiri di depan ranjang, dengan mata yang menatap tajam pada Luzia.
“Kau!” Luzia memberontak, ia benar-benar ingin menghabisi pria di depannya dan membuat pria itu menjadi budaknya. Ia sangat marah sampai rasa sakit pada tangannya tidak terasa, “Bajingan, lepaskan aku!” tegas Luzia dengan suara parau.
Rysh menepuk tangannya, lampu menyala dan membuat Luzia memejamkan matanya beberapa detik. Silau, ruangan yang tadinya gelap gulita kini terang benderang. Pria itu memilih duduk di sofa, ia menatap Luzia yang kini terlihat sangat berantakan.
“Bajingan, lepaskan aku!” tegas Luzia.
“Jika aku melepaskanmu, kau pasti akan lari dan mencari pria lain. Zizi, walau Tuan White sangat membencimu, tetapi dia juga tak ingin seorang anak tak berguna merusak namanya.” Rysh terkekeh, ia terlihat sangat berbeda setelah kembali.
Luzia kembali berusaha melepaskan tangannya, ia sampai meringis namun masih tidak berhasil. Hanya rasa sakit yang terus bertambah, bahkan tulangnya terasa sangat lemah. Apa yang Rysh mau kali ini, apa pria itu mengabaikan perintah Felica untuk menjaganya? Seandainya pria itu sadar betapa menyakitkannya musim tern, mungkin akan mengerti penderitaannya sekarang.
“Kau sangat menginginkan tubuhku?” tanya Rysh dengan wajah dingin, ia berdiri dan menghampiri Luzia. Matanya melirik ke arah tangan dan tersenyum kala melihat darah segar masih menetes, ada bekas lecet pada tangan putih Luzia.
“Lepaskan aku! Aku ingin pergi, ini sangat menyiksa!”
“Berbicaralah dengan lembut,” ujar Rysh. Tangan pria itu terulur dan membelai pipi Luzia, ia bisa merasakan tubuh gadis itu sangat dingin dan basah.
“Lepaskan aku!” tegas Luzia lagi.
Rysh terkekeh, ia mendekati Luzia dan mengecup bibir gadis itu. Tangannya meraba bagian paha, dan bermain dengan usil di sana.
“Hm ” desah Luzia tertahan, ia menutup matanya. Rysh memasukan lidahnya, dan Luzia menyambut permainan pria itu dengan senang hati. Kali ini ia benar-benar mengabaikan harga dirinya, ia merasa penderitaannya sedikit ringan saat Rysh menyentuhnya. Tubuhnya terasa lebih ringan, rasa geli saat pria itu meraba pahanya begitu menyenangkan.
Luzia membuka mata saat Rysh berhenti mengecup bibirnya, ia bisa melihat iris mata pria itu dengan jelas. Terhipnotis dan Luzia kembali mengecup bibir Rysh. Angin malam berembus cukup kencang, tirai putih tertiup dan melambai pelan. Luzia masih menikmati permainan bibirnya dan Rysh, ia menukar ludah dan menggigit pelan bagian bawah bibir Rysh. Tangannya tak bisa bergerak, namun ia merasa menang saat Rysh mulai menyentuh bagian dadanya.
Kecupan bibir kembali berhenti, Rysh segera menjilat bagian dagu Luzia, “Zizi, apa kau sangat mencintaiku?” suara Rysh terdengar begitu berat.
“Ya, ah Rysh,” ujar Luzia pelan, ia mendesis pelan apalagi saat Rysh menjilat bagian pipinya, pria itu juga mulai mengembuskan napas pelan di bagian telinganya.
“Benarkah, kenapa kau tidak mencintai Arth lagi?”
Luzia menggeleng, ia tidak mencintai Arth lagi, itu sudah sepantasnya dan ia tak ingin mengingat kejadian memalukan itu. Luzia menggigit bibirnya, kini Rysh benar-benar menjilat daun telinganya, pria itu juga mulai merobek bajunya menggunakan gunting.
“Zizi, katakan apa yang kau mau.” Rysh berbisik semakin pelan, embusan napas pria itu semakin menggelitik.
“Rysh, lepaskan dan puaskan aku!” titah Luzia, suaranya sudah sangat serak.
“Memohonlah.” Rysh menanggalkan baju Luzia, tangannya kini meraih payudara Luzia dan membelainya lembut. Ia bisa merasakan jika tubuh itu semakin dingin, keringat membasahi tubuh Luzia dan itu sangat menggairahkan. Ia bisa merasakan detak jantung Luzia semakin menggebu, bahkan napas Luzia sudah tersenggal.
“Aku mohon, bercintalah denganku.” Luzia menutup mata, ia menahan gairah saat Rysh dengan sengaja mengenai puting payudaranya, ia merasakan gejolak nafsu yang semakin membara. Bagian kewanitaannya sudah terasa semakin basah, berkedut dan menunggu sentuhan Rysh ke arah sana.
Rysh tidak mempedulikan permohonan, pria itu semakin liar dan menjilat bagian lehernya. Luzia mendesah, ia merasakan sentuhan Rysh semakin kasar, pria itu bahkan memilin putingnya dan mengecup bagian lehernya.
“Zizi, panggil namaku.” Rysh kembali menjilat leher Luzia, ia baru saja memberi bekas kemerahan di sana dan menikmati desahan Luzia yang sangat menggoda.
“R-syh bercin-talah denganku!” Luzia menarik napas panjang, tangan Rysh kini menyentuh kewanitaannya dan bibir pria itu kembali mengecup bagian lehernya.
“Apa kau sangat menikmatinya?” tanya Rysh.
Luzia tak menjawab, ia menikmati sentuhan tangan Rysh pada bagian bawah tubuhnya. Pria itu sudah memasukan satu jarinya, memainkan klitorisnya.
“Kau sangat menggairahkan, Zizi. Katakan, katakan jika kau sangat menginginkanku.”
Luzia berdesis, sentuhan itu benar-benar membuatnya gila. Gadis itu menelan ludah kasar, “Rysh, masuki aku. Aku mohon!” tegas Luzia.
Bukannya mengabulkan keinginan Luzia, Rysh malah melepaskan gadis malang tersebut. Pria itu berdiri di atas ranjang, ia membuka pakaiannya dan menatap Luzia yang kini menengadahkan kepada.
“Rysh ” Luzia menatap dengan pandangan memelas, bagian kejantanan Rush sudah membuatnya sangat ingin dimasuki. Ia bergerak gelisah, “aku tak tahan lagi, aku mohon.” Luzia bersikap manja, ia sampai beberapa kali menelan ludah dengan kasar.
Rysh maju, ia menyodorkan kejantannya ke arah bibir Luzia, meminta gadisnya untuk segera mengulum dan memanjakan benda tumpul tersebut.
Melihat tingkah Rysh, Luzia menjulurkan lidahnya, ia menyentuh ujung kejantanan Rysh dan menjilatnya. Luzia berusaha lebih dekat dengan Rysh, ia tak bisa menggunakan tangan dan hanya bisa mengulum ujung kejantanan itu. Ludahnya menjadi pelumas, membuat kejantanan Rysh menjadi licin.
Rysh maju, ia merasakan Luzia mengulum kejantanannya semakin dalam. Pria itu menjambak rambut Luzia, lalu memaju mundurkan kepala wanita itu dengan teratur.
Luzia yang mendapat perlakuan demikian tak bisa melawan, ia mengulum kejantanan Rysh dan memanjakan benda tumpul yang akan memuaskannya. Beberapa menit, Rysh kini menutup matanya dengan kain hitam. Entah bagaimana pria itu akan bermain, yang jelas dirinya saat ini hanya menjadi penurut. Disaat dirinya terbuai, Rysh melepaskan pasungan pada tangannya. Pria itu menarik kejantanannya dari bibir Luzia, lalu meraih tubuh Luzia dan membawanya ke balkon kamar.
“Aku akan memuaskanmu,” ujar Rysh.
Luzia tak bisa melawan, ia hanya menurut. Luzia merasakan kedua tangannya diangkat ke bagian atas, ia hanya bisa pasrah saat Rysh kembali memasung tangannya dengan rantai. Luzia ingat, saat ia sering duduk di balkon memang ada rantai yang menjulur dari langit-langit balkon. Gadis itu menelan ludahnya kasar, ia sudah berdiri dengan posisi kedua tangan terangkat. Angin kencang berembus, Luzia merasakan dingin menusuk tubuhnya.
Tak perlu menunggu waktu lebih lama, Rysh segera berjongkok, ia menatap kewanitaan Luzia lalu menjulurkan lidah dan menjilat bagian luar dengan lembut. Suara erangan Luzia terdengar begitu lirih, menggoda dan menjadi semangat untuk Rysh melakukan lebih. Pria itu membuka belahan surga lalu menjilat bagian dalam kewanitaan Luzia, harum khas kewanitaan menguar.
“Rysh ah lagi!” titah Luzia, rasanya begitu geli dan menyenangkan. Dia ingin mendapatkan hal lebih, ia ingin Rysh menjilat kewanitaannya lebih dalam.
Rysh menurut, ia segera mengecup lembut lubang kewanitaan Luzia. Menyedot cairan bening nan lengket yang sejak tadi sudah keluar dan menjadi pelumas di sana. Ada rasa sedikit asin dan amis, namun itu terasa begitu nikmat dan menggairahkan. Lagi, dia menyapu kewanitaan Luzia dengan lidahnya. Pria itu benar-benar mempermainkan gadisnya dan kesenangan tak terhingga menampar dirinya.
Setelah merasa puas, Rysh segera berdiri. Ia sedikit menjauh dan menatap Luzia yang kini berdiri tegak, pria itu menatap dengan puas tubuh menggiurkan milik gadis keluarga Snake. Begitu pas, dengan dua payudara berukuran sedang dan puting berwarna merah muda. Bagian tubuh Luzia sangatlah mulus, bagian kewanitaan terawat tanpa bulu-bulu yang mengganggu.
Luzia menggigit bibirnya, apalagi saat ia merasakan cairan lengket yang Rysh siramkan ke atas tubuhnya. Cairan itu begitu lengket, aroma vanila begitu menyengat. Luzia tak tahu apa yang Rysh lakukan saat ini, yang pasti pria itu mempermainkannya dan menikmati ketidakberdayaannya.
Setelah puas menuangkan susu di tubuh Luzia, Rysh bermain menggunakan tangannya. Cairan susu yang manis terasa sangat lengket, ia segera meremas bagian payudara Luzia, laku memainkan puting payudara itu agak lama. Tidak ada yang ingin ia sia-siakan malam ini, hadiah besar yang kini ada di depannya benar-benar menggoda.
Luzia mendesah, ia merasakan bibir Rysh kini mengulum putingnya. Tangan pria itu meraba bagian perut lalu berpindah ke daerah kewanitaan. Satu telunjuk sudah dimasukkan, Luzia bisa merasakan kenikmatan yang berbeda saat Rysh memaju mundurkan jarinya.
“Ingin lagi?” tanya Rysh.
“Eum ” Luzia mengangguk, ia bisa merasakan Rysh menambah satu jari untuk masuk ke dalam sana, rasanya semakin nikmat dan menggoda.
“Ingin lagi?” tanya Rysh.
“Ya lebih dalam,” ujar Luzia, ia bahkan melebarkan pahanya sedikit, memberi ruang agar tangan Rysh leluasa bergerak.
Rysh terus bermain, ia menyeringai saat merasakan cairan yang keluar dari kewanitaan Luzia. Ia merasa puas saat cairan hangat itu membasahi jarinya. Dengan segera, Rysh menaikan sebelah kaki Luzia ke atas kursi, ia memasukan kejantannya dan terkekeh saat Luzia terlihat kaget.
Luzia hampir saja menjerit saat selaput daranya robek, ia menggigit bibirnya kuat dan membuat sedikit darah keluar dari bekas gigitan. Rasanya memang sakit, tapi berubah menjadi kenikmatan saat Rysh menggoyangkan pinggangnya. Posisi mereka berdiri, Luzia merasa hal ini begitu liar dan gila. Mereka seakan tak peduli jika ada yang mengintip, yang ada hanya ingin saling memuaskan dan berbagi desahan nikmat.
Suara desahan terdengar semakin kuat, bertarung dengan embusan angin yang kasar. Erangan nikmat disuarakan Rysh setiap kali menghentakan kejantannya begitu dalam, “Luzia katakan, apa perasaanmu.”
“Rysh, aku mencintaimu. Aah aku, aku sangat mencintaimu!” tegas Luzia. Gadis itu begitu menikmati, ia tak ingin berhenti dan menginginkan lebih dan lebih.,,,,,,,,,