Reporter Yang Menjadi Budak Seks Mafia Papua
Setibanya di bandara Timika Papua, Tina dijemput oleh rekan krunya. Dari bandara mereka langsung menuju hotel dan mempersiapkan peralatan yang akan mereka bawa. Dari hotel, keesokan harinya rekan Christina dijemput dengan sebuah mobil dan langsung berangkat ke tempat yang telah mereka rencanakan. Rombongan tersebut terdiri dari 1 orang kru kantor, dan satu orang lagi penunjuk jalan ditambah dengan Christina sendiri.
Setibanya di tempat tujuan, kru tersebut harus menyeberangi sungai yang amat deras dan dalam mempergunakan sebuah perahu. Ketika sampai di seberang sungai mereka harus berjalan kaki lagi selama 5 jam dari tempat itu, perjalanan itu melewati hutan pedalaman yang amat besar. Di tempat yang telah disepakati dengan OPM tersebut mereka menunggu dengan sangat khawatir sebab mereka telah terlebih dahulu tiba. Kurang lebih 1 jam menunggu, para OPM tersebut datang dengan pasukannya lengkap. Di dalam gubuk yang telah disediakan, Christina diperkenalkan dengan Osas yang memimpin pasukan pemberontak tersebut, namun mereka terlebih dahulu digeledah peralatannya tidak terkecuali pakaian Christina mereka geledah. Ini adalah tahap pertama Christina mengalami pelecehan sexual dengan nakal. Para tentara OPM menggerayangi pakaian dan anggota tubuhnya dengan kasar. Hal ini membuat Christina agak sedikit takut dan menyalahkan dirinya sendiri yang ia akui hanya ia sendiri yang wanita dalam rombonggan itu. Christina agak bergidik ketakutan jika melihat sorot mata Osas, sebab saat bersalaman tadi mata Osas tidak jauh dari memandang daerah sensitif tubuhnya, ditambah para pengawal yang sangat sadis kelihatannya. filmbokepjepang.com
Setelah wawancara dilalukan selama 1 jam, teman-teman Christina disuruh pulang ke tempat semula dengan mata ditutup tidak terkecuali Christina. Sambil senjata ditodongkan ke arahnya para teman Christina bergerak keluar daerah pertemuan. Christina dibawa ke dalam hutan tanpa sepengetahuannya karena matanya ditutup. Di dalam hutan belantara itu Osas menggiring Christina sampai di tendanya yang dikawal ratusan pasukan OPM. Sebagai pimpinan ia amat berkuasa dan ditakuti anak buahnya. Setibanya di tenda, Osas memerintahkan anak buahnya untuk membuka penutup mata Christina. Dengan kaget bercampur takut Christina bertanya mengenai teman-temannya namun dengan santai Osas mengatakan bahwa Christina akan mereka tawan sebagai sandera, Christina sadar bahwa ia telah masuk ke dalam jebakan Osas dengan terpisahnya ia dari temannya.
“Mau diapakan saya!” tanya Christina galak. Christina berteriak keras.
Dengan senyum menakutkan, Osas berkata,
“Sebaiknya nona diam dan menuruti kemauan saya.. sekarang kamu adalah milik saya dan saya berkuasa atas diri nona. Tidak seorangpun mampu membebaskan nona dari hutan papua ini.”
“Sudah lama saya tidak mencicipi tubuh wanita apalagi secantik nona.. Apakah nona mau jadi istri saya?” kata Osas kemudian.
Christina bergidik ngeri. Ia tidak bisa membayangkan kebuasan pria Papua ini dalam bercinta. Jika ia diperkosa sudah pasti ia tidak dapat melepaskan diri. Ia hanya diam dan memandang sosok Osas yang tinggi, hitam, bau dan menjijikan nalurinya. Ia terbayang bagaimana buasnya Osas menggagahinya jika itu terjadi. Ia masih ingat pesan suaminya, namun nasi telah menjadi bubur, ia telah jatuh ke tangan OPM. Christina hanya diam duduk dalam keremangan malam yang dingin di dalam tenda yang hanya beralaskan bulu hariamau. Sementara di luar tenda ia melihat para pengawal Osas dan Osas sedang berpesta pora dengan menikmati daging babi panggang dan meminum arak. Mereka bernyanyi sepuasnya. Berbeda dengan Christina, di dalam tenda ia hanya diam dan merasakan dinginnya malam di hutan Papua yang terkenal ganas dan dingin itu. Sesaat kemudian datanglah Osas membawa makanan untuk Christina juga minuman untuk menghangatkan badan, namun Christina hanya memakan sedikit daging ikan. Ia tidak menyukai daging babi, ia tidak terbiasa makan babi, namun atas paksaan Osas ia akhirnya memakannya juga. Ia juga meminum arak sedikit supaya badannya hangat. Sedang ia dari tadi merasakan dinginnya hutan Papua sampai ketulangnya dan membuat Christina menggigil.
Dengan mata berbinar, Osas mendekati Christina dan berusaha memegang dagunya, namun dikibaskan oleh Christina. Saat itu, Osas hanya memakai Koteka dan muka dicat seperti pakaian tradisional Papua, sedang di bagian vitalnya yang panjang hanya ditutupi penutup seadanya, seakan ia akan mengadakan hukuman sexual.
“Jangan marah manis?” Osas berujar.
“Alangkah asyiknya jika malam yang dingin ini kita berbagi kehangatan dan saling memberi kemesraan.” katanya.
“Cis!” Christina meludah.
“Tidak sudi aku bermesraan dengan kamu, biadap!” katanya.
Dengan senyum simpul sambil menjilat ludah yang dibuang Christina tadi, Osas berusaha memeluk dan menaklukan Christina. Bau tubuh Osas membuat Christina ingin muntah, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk melawan.
Di dalam tenda itu hanya ada ia dan Osas. Dengan paksa Osas membuka baju kemeja Christina dengan robekan di dadanya sehingga tersembul dada montok yang putih tertutup BH. Ini membuat Osas semakin berusaha untuk menaklukan Christina. Dengan tangannya Christina memalangkan tangannya pada dada yang terbuka itu. Payudara yang montok itu tidak bisa ditutupi seluruhnya. Sambil memegang tangan dan memeluknya, Christina akhirnya menyerah dalam pelukan Osas. Tidak ada yang terucap dari bibirnya, ia hanya diam, pasrah menanti apa yang akan terjadi. Dengan sekali sentak Christina ditelentangkan di atas bulu alas tenda itu. Kesempatan ini tidak disia-siakan Osas ia terus menjelajahi dada dan bibir Christina dengan buas. Inchi demi inchi tidak luput dari perhatian Osas ia terus memburu setiap sudut di tubuh Christina. Saat itu BH Christina telah tanggal dari tempatnya. Dengan tangannya, Osas berusaha memilin dan menggigit ujung dari susu Christina, membuat Christina hanya menutup matanya, ia tidak sanggup melihat apa yang dikerjakan Osas atas tubuhnya. Secara naluri seks, birahinya mulai bangkit ditambah udara malam yang begitu dingin.
Sejurus kemudian, celana jeans Christina dibuka Osas dan terpampanglah batang paha mulus yang di tengahnya ditutupi segitiga pengaman berwarna merah. Langsung saja tangan Osas menggusur CD Christina itu dan dengan jari-jarinya yang besar dan kasar, ia masukkan ke dalam lubang kewanitaan Christina. Sementara itu mulut Osas tidak beranjak dari dada Christina. Dengan naluri binatangnya Osas melebarkan kaki Christina dan terkuaklah belahan kewanitaan Christina yang ditumbuhi bulu dengan daging kecil di belahan itu. Goa itu mulai basah oleh tingkah laku jari tangan Osas, dan tidak lama kemudian dengan lidahnya Osas mejilat daging kecil itu selama 15 menit. Secara tiba-tiba mulut Osas disemprot oleh air mani Christina dan tertelan oleh Osas. Inilah saat bagi pria Papua yang ditunggu-tunggu. Apabila sampai menelan air mani wanita maka ia akan menambah keperkasaannya. Dengan merubah posisi, Osas membuka penutup batang kemaluannya yang terbuat dari tumbuhan itu maka terlihatlah kelaminnya yang panjang dan besar tersebut. Ia bersiap-siap untuk memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulut Christina, namun Christina yang sudah orgasme harus ia ransang dulu dengan memilin payudara dan mengorek-ngorek isi lubang kemaluannya dulu.
Tidak lama kemudian, Christina telah teransang, barulah Osas memasukan batang kemaluannya ke dalam lubang kemaluan sempit itu.
“Nona harus mencoba punya saya, jangan coba curang, ya?” kata Osas dengan kasar.
Christina yang sudah tidak mengerti dengan keadaan dirinya hanya menurut dan seluruh batang kemaluan Osas telah masuk kedalam mulutnya dan mencoca menjilatnya dengan gerakan maju mundur. Tidak kurang dari 14 menit, barulah Osas menyemprotkan maninya ke mulut Christina. Christina diharuskan menelannya karena sesuai kepercayaan Papua, apabila seorang wanita telah menelan mani prianya, maka wanita itu akan sulit melepaskan diri dari pria Papua yang menyenggamainya. Beberapa saat setelah Osas berusaha kembali merubah arah dan posisi mereka, yang saat itu telah berhadap-hadapan dengan tubuh penuh keringat, kedua insan dua ras tersebut berusaha menyudahi perjalanan kenikmatan ragawinya pada tahap akhir.