PAPANYA TEMENKU
PAPANYA TEMENKU
CERITA SEX GAY,,,,,,
Awalnya sih tidak sengaja. Sudah lama aku mengagumi papa sahabatku, Benny. Sosok laki-laki jantan dengan tubuh kekar dan dada berbulu. Dia adalah seorang Oknum Polisi.
Siang itu aku ke rumah Benny, sahabatku. Ternyata Benny sudah keluar, tapi papanya menyuruhku menunggu benny. Mungkin sebentar lagi juga pulang. Papa Benny menawarkan aku untuk menunggu Benny di Kamarnya atau di ruang tamu saja. Aku pilih kamar Benny saja, dari pada aku bete di ruang tamu.
Kebetulan saat itu rumah Benny sepi. Mama dan adiknya juga sedang keluar. Jantungku berdebuk kencang ketika melihat papa Benny bertelanjang dada dn hanya memakai handuk mandi. Kebetulan kamar mandi terletak di depan kamar Benny. Pintu kamar sengaja aku buka. Papa Benny masuk ke kamar mandi. Sungguh aku ingin sekali mengintipnya mandi agar aku bisa melihat kontolnya yang berbulu lebat. Aku mengendap-endap menuju kamar mandi. Aku mendekatkan kepalaku di lobang kunci. Jantungku bergemuruh kencang. Aku melihat benda bulat panjang menggantung. Kontol papa Benny. Tapi mendadak saja pintu terbuka. Aku pura-pura berjalan masuk ke kamar Benny. Papa Benny keluar tanpa sehelai benangpun.
Andai aku bisa melumat habit batang kontol itu, aku akan melumatnyany kuat-kuat. Papa Benny bertanya padaku. Mataku terus saja melototi kontolnya yang menggantung.
“kamu punya pisau cukur?’ “hhh, gak ada om.” sahutnya dengn gugup. “Biasanya Benny punya ini.” kata papa Benny seraya masuk ke kamar Benny. Dia mencari-cari pisau cukur. “Biar saya bantu, om.” tawarku kemudian. Papa Benny hanya tersenyum. Aku mencari pisau cukur di laci bawah dan Papa Benny di laci atas. Tanpa sengaja kontol papa Benny menyentuh pipiku. Entah disengaja atau tidak aku tidak tahu. Yang jelas aku merasakan kenikmatan tersendiri. Kontolku berdenyut dan tegang. Ketita berbalik kontol papa Benny masuk ke mulutku. “Ops..maaf, Van” kata basa-basi. “Nggak papa kok, Om.” kataku sambil memperhatikan batang kontol papa Benny yang luar biasa besar dan panjang.
Papa Benny masih asyik mencari di balik-bali buku. Sementara aku syur sendiri memperhatikan batang kontol papa Benny. Aku sudah tidak sabar lagi. Aku berusaha memberanikan diri menjilat ujung kepala kontol papa Benny yang masih tertutup kulit coklat. Aku menjilat bibit kontol yang memerah. Kontol papa Benny pun akhirnya menegang. Dia membiarkan aku menjilatinya. Sungguh impian yang terkabul.
Papa Benny merasa kenikmatan. Mulutku mau koyak rasanya. Aku melumat kontol papa Benny tanpa segn-segan lagi. Papa Benny memasukan kontolnya dalam-dalam ke mulutku.
“Besar sekali, om..” pujiku. “Kamu suka?” aku hanya mengangguk sambil tersenyum. “Isap terus…”
Aku terus mengisapnya hingga beberapa menit. Papa Benny mengangkat tubuhku dan dia berjongkok membuka resluting celana panjangku. Lalu mengeluarkan kontolku dari sarangnya. Pap Benny menghisap kontolku dengan hangat.
“ooouuuhhh…mmmhhhh….” Nikmat sekali. Lumatan hangat yang baru pertama kali ini kurasakan. Seperti melayang-layang. Lidah papa Benny bermain-main dan memainkan kontolku di mulutnya. Mengisapnya terus-dan terus.
Beberapa menit kemudian aku di rebahkannya di atsa tempat tidur. Papa Benny mengarahkan kontolnya di lubang buritku. Itu memang sangat kuharapkan. Tapi dengan kontol sebesar itu.
“oow,.,..oohh…” aku merintih kesakitan. tapi nikmat. Papa Benny memasukan kontolnya lebih dalam dan melakukan gerakan maju mundur. Aku mendesah, merintih dan merasa kenimmatan luar biasa.
Tangan papa Benny mengocok kontolku sambil terus memasukkan kontolnya ke buritku. Hingga aku mengeluarkan mani kental di perutku.
“croooot….crooot….croocooct….”
Tak berapa lama papa Benny mengeluarkan kontolnya dan mengocok kontolnya di mulutku.
“crooot….coooot….croooot”
manik kental dan hangat berhamburan di mulutku. Aku segera menelannya dengan nikmat. Kembali aku menjilati kontol papa Benny yang masih mengeluarkan air mani. Dia melumat bibirku dengan lembut.
ooh…..permainan selesai. Papa Benny kembali masuk ke kamar mandi. Dan aku memakai pakaianku. Benny datang dengan sepeda motornya. Masuk ke kamar menjumpai aku.
Aku tidak sadar kalau air mani papanya masih menempel di pipiku. Dia melihatku tajam. Lalu mendekatkan wajahnya di pipiku. Menjilati air mani itu dengan nikmat. Aku tidak bisa berkata apa-apa kalau mani itu milik papanya.,,,,,,,,,,,,,,,,,
Apakah Benny juga gay?
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest