Cerita Ngentot Dengan Fitri Di Kosan
- Home
- Cerita bokep
- Cerita Ngentot Dengan Fitri Di Kosan
Ini peristiwa pertamaku yang sebelumnya tidak terbayangkan bahwa di rumah kost itu, aku akan merasakan bagaimana nikmatnya bercumbu dengan seorang gadis demikian bebas penuh gairah serta nikmatnya bercinta waktu mandi bersama.
Ketika itu aku baru terbangun pertama kali merasakan tidur siang ditemani Fitri dan dengan leluasa menikmati keindahan tubuh gadis yang sudah menunggu untuk kugauli lagi setelah sebelumnya sempat bersamaku menikmati permainan di atas ranjang yang pertama. Dengan segudang perasaan birahi yang tidak terbendung, aku buru-buru untuk segera menemuinya.
Begitu sampai kamarnya, Fitri telah menyambutku dengan tubuhnya yang begitu sexy, sengaja menonjolkan bentuk tubuhnya di balik bajunya yang ketat di atas pusarnya dan celana pendek yang ketat juga, menonjolkan pantatnya yang bulat sintal. Kuperhatikan buah dadanya yang tidak berbalut bra lagi tercetak jelas di bajunya sampai putingnya pun menonjol jelas.
Segera tubuhnya menghambur memeluk tubuhku, bibirnya langsung menyerbu mengulum bibirku dengan ciuman seakan tak mau lepas lagi. Sambil terus Fitri menggelayut tubuhku, lidahnya tak hentinya bermain di dalam mulutku semakin ganas.
“Maas.. eehmmh.. Fitri sudah kangen..” demikian keluh manjanya walau belum lama kutinggal tidur beberapa jam yang lalu, merasakan betapa sepinya dia menungguiku tertidur di sampingnya. “Kenapa tadi nggak bangunin saja..” tanyaku, meskipun badanku masih merasakan lesu baru bangun tidur setelah siang itu menggauli Fitri sampai beberapa kali. “Ahh, nggak enak.. ngeganggu orang lagi pulas tidur.. Mas, sudah lapar belum?” tanyanya dengan manja dengan tetap menggelayut di pundakku. “Yaah, lapar juga.. Kenapa?” tanyaku lagi. “Ya makan dulu, yuk..” seraya dia terus menggayut di pundakku menuju ke meja makan.
Fitri sudah menyiapkan masakan untuk makan siang saat aku sedang istirahat tidur tadi, dan sekarang sudah tersedia di meja. Segera saja aku menghampiri untuk dapat segera mengganjal perutku yang terasa lapar. Begitu aku selesai menuang makanan ku ke piring untuk kusantap,
“Mas, makannya duduk di sini saja.. biar Fitri bisa nemeni lebih enak..” katanya.
Fitri sepertinya tidak mau jauh dariku, dia pun duduk menempel menungguiku makan. Saat aku makan, tangannya aktif memegang batang kejantananku sambil kadang mengocoknya.
“Enak nggak Yaang..?” tanyanya sambil tersenyum menggodaku. “Apanya yang nggak enak.. orang lagi makan dikocok-kocok begini.. eehmm..” jawabku. Dengan kenekatannya dia malah memintaku lebih dari sekedar mengocok batang penisku.“Yaang.. celananya dilepas saja ya.. Fitri mau..” tanpa menunggu persetujuanku celana dalamku sudah ditarik lepas, dan kini bibir mulutnya mengarah ke selangkanganku, mengulum batang kemaluanku yang sedari tadi demikian tegang.“Ahh.. cresp.. slepp.. aah.. crespp.. crespp.. sllpp.. aah.. crepp.. crespp.. ahh..”Begitulah yang terdengar sepanjang aku makan hingga selesai. Kunikmati sekali gejolak birahi, Fitri menahan gairahnya dengan mengulum batang penisku. “Non, aku sudah selesai nih makannya, kita mandi dulu yuk,” ajakku agar dia menunda dulu merangsangku. “Ehehh.. biar sampai keluar dulu Yaang..” rengeknya memintaku agar dia tetap mengulum kemaluanku sampai puas.“Nanti sekalian di kamar mandi saja, kan Mas nanti juga bisa ngerasain punya Fitri..”
Akupun segera berdiri mengajaknya menuju kamar mandi. Sambil tangan kirinya menekan kepalaku, tangan kanannya menyorongkan putingnya ke mulutku, ditekan buah dadanya ke dalam mulutku.
“Ogghh.. Mas.. adduh Mas.. gelii.. Mas.. Fitri kayaak mauu.. ogh.. aduh.. geli Sayang.. mhh.. Mas.. aduh enak.. yach.. tteruss.. sstt.. ehhm..” Mulut Fitri terus mengeluarkan desah yang melepaskan gairah dan gelinjang kenikmatan yang sedang dirasakan. dan dengan penuh kelembutan jari tengahku masuk liang vaginanya yang menganga diantara selangkangan yang terasa licin oleh lendir kenikmatan vaginanya. Aku pun telah merasakan basah karena cairan yang keluar.“Enak.. enak.. enak.. lebih enak daripada Fitrii kocok sendirian Mas.. yach, terus Mas, Fitri ingin setiap hari begini Mas..” Katanya“Ehh.. Mass.. terus teken Sayaang.. Fitri.. enaakk aduh Mas.. ogghh.. Maass, gellii.. teruss.. terus..” kian mengharapkan kocokan jariku semakin cepat. Matanya terpejam, sambil lidahnya memainkan dan menjilat bibirku disertai goyangan pinggulnya semakin cepat. “Ohh Maass.. di situ.. terus.. jangan berhenti.. ohh.. ehh..” Fitri mulai bergoyang naik dan turun melawan arah tanganku. Desah suaranya memenuhi kamar mandi. “Ohh.. Mas.. ahh.. ahh.. ahh.. gelii.. sayaang.. nikmat.. Oh.. Oh.. Oh Mas..” begitu ucapan ucapan birahinya yang sepertinya tidak kuduga bila melihat kesehariannya tampak biasa-biasa saja.
Kubuka mulutku dan lidah kami saling menjilat entah bibir atau rongga mulut. Kuangkat dia dan kudorong dia ke dinding. Aku berlutut di depannya dan kemudian lidahku bermain di celah vaginanya. Tangannya menekan kepalaku dan yang satunya mempermainkan payudaranya, Fitri memainkan putingnya sendiri untuk menambah kenikmatan birahinya dengan ditandai puting di dada yang montok itu kelihatan semakin tegang. Dia terus meremas buah dadanya dan mulutnya tidak hentinya mengeluarkan desah nafas yang memburu merasakan birahi yang kian memuncak.
“Sss ahh.. enak Mas..” erangnya.“Ehm..” matanya setengah tertutup.“Mas.. eghh putingku teruss.. Mas, mana penismu Mas.. Yach teruss Mas.. Hheegh.. enaak.. eeghh.. yach..” Tangan kananku aktif memilin milin puting susunya yang semakin mengeras sementara tangan kanan Fitri meremas puting buah dadanya sendiri.“Ah.. Mas.. kalau begini terus Fitrii tambah sayang sekali sama Mas.. ohh.. ohh..” menambah gairah dan semakin merangsang juga. Nafsuku semakin menggebu untuk menyetubuhinya, pelukan ke tubuh Fitri semakin erat menjelajahi birahinya yang bergejolak dan terus-menerus menggelinjang hebat. Fitri melepaskan desah nafsunya dan memintaku mengulum puting susunya yang demikian tegang karena telah terangsang oleh mulutku.“Ohh.. ohh.. ohh.. nikmatnya.. ohh.. ah.. nikmat..” Gerakan tubuhnya membuat kedua bukit payudaranya bergoyang ke kanan dan ke kiri sambil menahan gelinya puting susunya yang kusedot. Terasa nikmat dapat menyelusuri bukit payudara yang membusung indah di dadanya yang nampak mulus bersih itu. “Ohh.. Mas sayang terus.. terus.. yang keras sedotannya.. ohh..” begitu desahnya di telingaku. “Non, penisku tambah teggang saja kalau Fitri terus-terusan begitu..” bisikku.
Dia gantian berlutut di depanku lalu dia menjilati penisku, dan meremas penisku sampai basah oleh jilatannya. Lalu Fitri menyambut batang penisku, terasa hangat oleh belaian tangannya, kepala penisku dia jilati lagi, sedikit demi sedikit penisku lenyap di rongga mulutnya, bibirnya dengan lincah menyedot lubang penisku, terasa geli-geli nikmat sampai dengkul ku gemetar menahan rasa nikmat.
Aku sudah ingin beralih ke vaginanya yang sudah basah oleh lendir kenikmatan, kupegang dengan meraba lembut. “Yaangg.. adiknya bikin ketagihan, aku udah nggak tahan lagi, pingin menjepit penismu.. Yaang, Fitri udaahh nggak tahan ngeliat penis Mas ngaceng sebesar itu ayo masukkan Maas..” kata Fitri sambil membelai-belai kejantananku yang tegak kaku sambil diusapkan ke pipinya.
Sesaat kemudian di atas tubuhku yang rebah di atas ranjang, Fitri mengambil posisi jongkok menancapkan liang senggamanya tepat batang kemaluanku. Fitri menuntun penisku yang sudah teggang, lalu menempelkan di bibir vaginanya. “Ahh.. ohh.. Yang.. ohh.. emh.. aduhh.. nikmat..Yangg.. teruss.. goyangkan pantatmu Mas iyah.. enak Yaang..” Sengaja pantatku aku goyangkan mengikuti gerakan penisku yang terasa hangat di dalam vaginanya. Bergantian Fitri yang aktif bagai menunggang kuda, pantatnya mengayun di atas selangkanganku. Kadang maju mundur atau terkadang memutar sambil kedua tangannya merangsang payudaranya dengan meremas dan memilin putingnya. Kuperhatikan matanya kadang terpejam menahan rasa gelinjang yang hebat, hingga tubuhnya melengkung ke belakang dan ketika pantatku kugoyang, buah dadanya berguncang indah ke kanan ke kiri.
“Mas, aku di bawah.. jangan lepas yahh.. Ughh.. nikmatnya Maas..”“Yayangg.. ohh.. ohh.. ahh.. ahh.. terus.. terus.. lebih kuat.. dorong terus.. Yang dalam.. ach..ohh..” , “Oh.. Mas.. Sayang.. aku mau keluar.. ohh.. ohh.. ohh..” Lalu tiba-tiba dia goyangkan pantatnya keras keras kiri kanan kiri kanan, diangkat tinggi tinggi sambil mengelinjang agak sedikit teriak panjang. “Maass, tekeen yaang kerraass.. aakkuu mmaauu keelluuaar.. ayo Maas jugaa barreenng..” Liang senggamanya semakin sempit menjepit dan terasa menyedot penisku membuatku tak tahan lagi. “Ohh.. ach.. ach..” pantatnya semakin kuat gerakannya. “Maass.. ohh.. ohh.. hh.. ohh.. oh.. ahh.. aku keluar.. Sayang.. ohh.. aku nggak tahan..” Pantat Fitri yang sintal itu kutangkap dengan kedua tanganku dan kutekan agar kenikmatan orgasme liang senggamanya semakin terasa.“Ohh.. ohh.. ohh.. ohh.. enakk.. ohh.. iya.. iya Mass.. aahh.. makin cepet Mas.. cepetan..” Aku semakin dirangsang bukan saja oleh suaranya, tapi oleh jepitan vaginanya. Penisku betul-betul terasa digenggam erat sambil dikocok-kocok. Nafas kami berdua semakin memburu. Fitri kelihatannya sudah hampir orgasme, salah satu tangannya memainkan puting susunya dengan cepat dan tiba-tiba teriaknya, “Ahh.. ahh.. Mas.. Mas.. keluarin di dalem, ayoo Sayang aku sudah siap.. ahh.. aah.. ahh.. sekarang.. oohh.. barengan.. ohh..” Desah Fitri semakin keras dan aku pun merasakan kehangatan batang kejantananku di dalam liang senggamanya yang sempit itu.“Yang.. ohh.. putingku sambil diremas.. ohh.. remas.. pentilku remas.. oogghh.. yaach..”“Kamu puas Sayang?” “Puas sekali.. Mas memang hebat.. ntar Mas mau lagi nggak?”“Entar malem kita puaskan lagi ya Yaang.. kita mandi dulu yuk..”
Waktu mandiku bersama Fitri sore itu penuh gelora nafsu birahi yang tidak henti-hentinya. Terkadang kejantananku mulai lemas sengaja dia sabun dan kocok sehingga bangun lagi kemudian dia kemot kemot, atau gantian kupermainkan kewanitaannya sambil jari tengahku masuk sampai ke dalam vaginanya sehingga Fitri menggelinjang hebat, sambil mulutku mencari puting susunya yang mengeras kukulum dan kugigit lembut.
Sengaja Fitri menekan payudaranya yang montok itu, didorong ke bibirku sambil tangan kirinya menekan kepalaku. Sementara tangan kananku terus aku masuk ke dalam vaginanya kubelai dan kugesek-gesekkan, hingga dia merasakan dan memperoleh kenikmatan juga karena tiba-tiba dia membuka pahanya sehingga semakin memberikan kesempatan tanganku leluasa untuk menggosok vaginanya.
“Aaaduh.. saya mau keluar.. ohh.. aahh..” sambil mulutnya menganga dan matanya terpejam , dia mencapai orgasme. Gairah mandiku bersama Fitri kuakhiri persetubuhan di atas ranjang di kamarnya dalam keadaan saling berpelukan tanpa busana sampai waktunya aku makan malam berdua.
Sore itu aku dan Fitri mengenakan pakaian seadanya agar dapat bebas saling memberikan dan memperlihatkan masing-masing bagian tubuh yang dapat dinikmati dan dapat memberikan gairah sambil duduk berdua, untuk istirahat memberikan kesegaran pada tubuh kami masing-masing agar kembali bugar lagi walaupun cukup melelahkan dan terasa ke sendi sendi tulang tetapi sungguh nikmat yang kami reguk berdua dengan Fitri seolah tidak puas sampai disitu saja.
Menunggu malam tiba sengaja aku hanya bercumbu di sofa ruang tamu dengan lampu ruangan yang hanya temeram sehingga memberikan suasana semakin romantis, kusetubuhi sampai ke lekuk likunya yang paling sensitif dimana kenikmatan gairah hubungan kelamin kurasakan. Apalagi Fitri yang dengan sengaja dengan bebasnya memperlihatkan bagian-bagian tubuhnya yang indah semakin lebih mengundang tanganku untuk lebih menikmati keindahan tubuhnya yang hanya dengan sedikit menyingkap baju seadanya yang dia kenakan sore itu. Sengaja malam itu tubuhnya kupeluk dan wajahku terbenam diantara hangatnya jepitan kedua bukit payudaranya yang membusung indah di dada Fitri.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,