PISTOL BANG WANDO
- Home
- Cerita Sex Gay
- PISTOL BANG WANDO
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
BAYU + a
+ a
Bayu, orang biasanya memanggilku. Namun ada sebagian temanku yang memanggil namaku dengan sebutan Ayu. Dia kira aku cewek apa? Dasar mereka itu. Rada nggak nyaman juga sih di panggil Ayu. Abisnya teman-temanku yang lain jadi ikut-ikutan memanggil namaku Ayu. Biasanya aku tidak langsung menoleh kalau ada orang yang memanggilku namaku Ayu tetapi kalau nggak menoleh pasti aku langsung dibilang sombong lah, belagu lah, sok cakep lah. Huuh! Padahal aku memang cakep. Hehehe… + a
Beruntung sekali hidupku ini. Walau ekonomi orang tuaku bisa dibilang pas-pasan namun aku tetap bisa melanjutkan sekolah disalah satu Sekolah Menengah Atas Negeri dikotaku. Di bidang akademis pun aku selalu masuk lima besar dikelas dan sering mewakili sekolah dalam berbagai olimpiade sains. Pinter banget kan aku? Hehehe… Kalau berbicara mengenai tampang, sungguh tidak usah diragukan lagi. Banyak cewek-cewek ataupun cowok yang klepek-klepek padaku. Kata mereka aku ini memiliki wajah yang manis dan mirip seperti aktor korea namun aku lupa namanya. Hanya saja tubuhku kurang tinggi. Tubuhku perlu 10 cm lagi untuk bisa menyentuh 170 cm. Perawakanku pun ramping namun otot-ototku lumayan ada karena aku sering membantu ayah dikebun, menimba air, mengangkat barang-barang dan lain-lain. + a
Tapi karena aku yang hampir sempurna inilah, kadang menjadi ketidak nyamananku. Pernah seorang cewek dia kakak kelasku, saat itu aku masih kelas X-5 dan kakak kelasku itu duduk di XII-IPS-7, naksir aku. Aku kan masih segan untuk macarin dia. Akhirnya aku tolak secara lembut, namun dia tidak terima dan berbalik membenciku. Sejak kejadian penolakan itu, dia menjadi dingin padaku bahkan untuk sekedar membalas sapaanku saja dia tidak mau. Beginilah nasib jadi diriku, serba salah. + a
Walaupun aku ini sadar bahwa aku memiliki daya pikat ekstra untuk menjadi Gay namun aku tidak mau menunjukan sisi itu didalam hidupku. Banyak teman-teman sekelasku dan kakak-kakak kelasku yang cowok naksir padaku namun aku tetap harus menjaga reputasiku sebagai cowok idola para cewek. Gila aja kalau sampai aku ketahuan punya pacar cowok, bisa-bisa para gadis jadi jijik terhadapku. Amit-amit… + a
Pernah nggak kalian berfikir disaat kalian memikirkan apa yang orang lain pikirkan ternyata orang itu juga memikirkan apa yang kamu pikirkan? Seperti perkiraan yang sama. Mungkin inilah yang menjadi awal ceritaku. + a
Entah dari mana asal usulnya aku bisa kenal Bang Wando yang meiliki nama lengkap Suwando Hairul Aji yang merupakan anggota kepolisian didaerahku. Dia berpangkat briptu. Aku menanyakan kepada orang tuaku tentang siapa bang Wando itu. Mungkin harus aku jelaskan kayaknya biar lebih jelas dari mana asalnya bang Wando bisa memiliki hubungan keluarga dengan kami. + a
Ayahnya kakekku memiliki saudara lelaki. Saudaranya ayah kakek ini memiliki cucu perempuan bernama kak Siska yang berprofesi sebagai seorang bidan. Nah bang Wando adalah suami dari kak Siska. Aku tidak terlalu kenal dengan kak Siska namun aku kenal dengan ayah kak Siska yang sering mengunjungi kakekku. Saat itu kak Siska ditugaskan sebagai bidan di puskesmas dikecamatan kami. Jarak antara rumah kak Siska dengan puskesmas cukup jauh dan dia masih pulang pergi dari rumahnya ke puskesmas untuk bertugas. Saat itu memang kak Siska sedang hamil muda. Dia mengandung anak pertamanya dengan bang Wando. Mungkin karena alasan itulah bang Wando sering mengantarkannya dari rumah ke puskesmas. Aku juga tidak paham dengan jam kerja dipolsek yang bang Wando tempati karena dia biasanya selama beberapa hari bisa mengantarkan kak Siska bertugas. Jika dia mengantarkan kak Siska dinas maka dia biasanya menunggu kak Siska selesai dinas dirumahku. + a
Aaaadddduuuhhhh… ribet banget ya ceritaku. Pokoknya bang Wando berduan dengan aku dirumah kalau beliau menunggu kak Siska pulang. Nah, lho! Kebetulan kami sedang liburan semester. Aku ingat sekali hari itu, hari sabtu. Aku tidak menyangka bahwa pagi itu aku akan kedatangan tamu gagah, tampan dan sekeren bang Wando. Aku yang baru selesai menjemur cucian sepatu mendengar ada suara ketukan pintu dari luar. + a
“Tunggu sebentar…”. Aku buru-buru masuk dari pintu dapur dan membukakan pintu untuk tamuku pagi ini. + a
Sesosok tubuh perkasa dengan mengenakan kaos hitam dan celana jins biru memukau mataku. Dia tersenyum ramah dan aku hampir saja mematung memandangi pria gagah itu. + a
“Ini benar rumahnya bu Nunu?”. Dia bertanya padaku. Ditangannya terdapat jaket hitam yang tampaknya baru dia lepaskan dari tubuh berototnya. + a
“Ya, ini rumah bu Nunu. Abang siapa ya?”. + a
“Oh, aku Wando suaminya kak Siska. Bu Nununya ada?”. + a
Ibuku tadi pagi sebelum berangkat kesekolah untuk bertugas sebagai staf tata usaha di Sekolah Dasar Negeri di dekat rumahku berpesan bahwa nanti ada suami kak Siska yang akan singgah kerumah kami dan dia akan berada dirumahku sampai kak Siska pulang bertugas. Pada awalnya aku dingin saja mendengar pesan ibuku tersebut karena aku belum kenal dengan suami kak Siska. Tapi setelah aku melihat dengan penuh kekaguman akan sosok yang berdiri didepan pintu rumahku saat ini, maka rasanya aku langsung ingin berteriak kegirangan. + a
“Ibu lagi di sekolah bang. Silahkan masuk dulu aja, bang”. Aku mempersilahkan bang Wando masuk rumah. + a
Sudah biasa bagi aku tinggal sendirian dirumah. Ayah kerja dipabrik minyak goreng sedangkan ibu bertugas. Maklum aku anak semata wayang dari orangtuaku. + a
“Abang sudah sarapan?”, tanyaku berbasa basi. + a
“Udah tadi, dek. Sebelum nganterin kakakmu dinas”, jawabnya ramah sambil duduk dikursi tamu. + a
Aduh aku dipanggil adek oleh dia. Benar-benar bikin aku salah tingkah jadinya. + a
“Aku mau makan dulu ya bang. Abang masuk keruang tengah aja sambil nonton TV”. + a
Bang Wando aku suruh masuk keruang tengah lalu aku nyalakan televisi. Jujur aku tidak konsentrasi sarapan, karena pikiranku masih tertuju pada bang Wando yang duduk di ruang tengah. + a
Hari itu aku ngobrol banyak dengan bang Wando. Kami tukaran nomor HP dan kalau malam kami sering sms-an bahkan kami juga sering chattingan di Facebook. Aku sangat senang kenal dengan dia. Aku jadi tidak sabar untuk menunggu hari kamis depan karena bang Wando bisa mengantar kak Siska hanya pada hari kamis hingga sabtu. Tentunya setelah mengantar kak Siska dinas bang Wando akan mampir ketempatku. + a
Hari kamis pun tiba. Aku sudah mempersiapkan segala cara agar aku bisa mengajak dia masuk kedalam kamarku. Sebenarnya aku curiga pada bang Wando karena dia benar-benar beda dalam memperlakukan aku, baik dari gaya chattingan atau sms-nya. Apakah bang Wando Biseks? Semoga saja benar dugaanku. Aku sudah mempersiapkan sebuah rencana. + a
Sekitar jam setengah delapan, bang Wandoku tersayang akhirnya tiba dirumah kami. Dia tampak gagah dengan mengenakan baju kaos berwarna abu-abu. Setelah aku ngobrol panjang lebar dengan bang Wando akhirnya aku mulai menjalankan rencanaku. + a
“Abang bawa pistol?”, tanyaku pada bang Wando setelah melihat sepucuk pistol dibalik bajunya. + a
“Iya Bay. Untuk jaga-jaga saja. Lagian ini juga cuma ada dua pelurunya”. + a
Ini orang maksudnya apa? Kok dia bilang pistolnya cuma dua pelurunya? Jangan-jangan maksudnya pistol yang… + a
“Pasti tembakan abang jitu tuh. Kan pelurunya cuma dua biji. Boleh lihat nggak bang?”. Aku mulai memancing. + a
Dia menoleh kearah pintu luar. Untunglah pintu aku tutup dan letak ruang tengah dengan ruang tamu terpisah oleh dinding. + a
“Bener kamu mau lihat Bay? Jangan dielus ya pistolnya, takutnya nanti pelurunya nyasar”. Bang Wando senyum penuh arti padaku. + a
Ini orang memang pengen dimuncratin ternyata. “Gak bakalan dielus kok bang, paling dibelai-belai aja. Heheheh”. + a
Bang wando menyingkap bajunya dan mengeluarkan pistol polisi tersebut lalu dia berikan padaku. + a
“Abang pernah nembak penjahat nggak pake pistol ini?”. + a
“Abang sering nembak cewek pake pistol abang itu. Pistol abang sudah lama lho nggak dipakai buat nembak. Ada sebulanan udah”. + a
“Kenapa bang?”, pancingku. + a
“Kan nggak ada yang pengen ditembak. Hahaha”. + a
Aku melihat kearah selangkangannya yang mulai mengeras. Aku akhirnya tahu ternyata pistol yang dia omongin dari tadi adalah pistol berbulu miliknya. + a
“Kalau aku mau ditembak pakai pistol abang gimana?”. + a
“Beneran kamu mau, Bay?”, tanya dia sumbringah. + a
Kena kamu bang. “Beneran… Tapi pura-pura saja ya”. + a
“Bay, maksud abang pistol abang yang ini pengen nembak kamu”. Dia menggenggam pistol yang sudah tegang dibalik celana jinsnya. + a
“Abang nakal ih. Kan pistol abang yang itu gak ada pelurunya”, godaku lagi untuk membuat dia semakin terdorong nafsu. + a
“Ada dong Bay. Kamu mau nggak abang tembak pakai pistol abang ini? Coba kamu lihat dulu biar kamu bisa tahu bahwa pistol abang ini bukan pistol sembarangan”, bujuknya. + a
Aku melepas pistol yang sedari tadi kurang aku perhatikan dan langsung merogoh tonjolan dibalik celana bang Wando. OMG, ini bukan pistol biasa. Ini pistol gede banget. “Ini pistol bang? Gede banget rasanya. Takut ah bang”. Aku tahu dia sudah sangat terangsang. + a
“Takut kenapa dek? Abangkan nembaknya penuh perasaan, jadi gak perlu takut. Coba kamu lihat dulu sebentar, baru kamu boleh takut”. Dia membuka retsleting celananya dan mengeluarkan pistol besar milik pribadi itu. + a
Aku tercengang melihat ukurannya yang hampir sebesar terong ungu itu. Melihatnya saja aku sudah meneguk ludah apalagi mencicipinya. + a
“Gimana Bay? Maukan abang tembak?”. + a
Tanpa menunggu persetujuan dari aku, bang Wando langsung menggapai tanganku dan menyuruhku menggenggam pistol bulunya. + a
Hangat… Besar… Berurat.. Coklat… Hap! Bang Wando langsung mendorong bagian belakang kepalaku untuk mendekat kearah kontolnya yang berukuran 18 cm itu lalu kontol yang mengacung keatas tersebut akhirnya masuk kedalam rongga mulutku. Ini benar-benar sangat mudah bagiku. Dari tadi aku sudah merencanakan untuk bisa menikmati pistol daging milik bang Wando tetapi nyatanya dia sendiri yang memintaku untuk menikmati kontolnya. Kesempatan langka yang tidak akan aku sia-suakan. Gila aja kalau sampai aku menolak barang seindah dan sejantan itu. Tapi jujur, aku baru kali ini ngisap kontol. Untung banget aku sering ngeliat video-video gay yang lagi oral sex jadi aku sedikit paham dengan cara ngisap kontol. + a,,,,,,,,,,,,,,,,,,,