SuperMarket
| Aku bekerja sebagai sales assistant di sebuah supermarket Y di Bandung. Di tempat kerjaku ada seorang
cewek bernama Ita. Ita adalah cewek yang paling akrab denganku. Segala masalahnya akan dia beritahukan
padaku. Ita memang cantik, kulitnya putih, matanya bulat, buah dadanya pun membulat, tidak terlalu besar
tapi cukup menantang membuat setiap laki-laki yang dekat dengannya ingin selalu menjamahnya. Siapapun
yang melihat tubuh Ita pasti naik nafsu syahwatnya. Pantat Ita mengiurkan juga. Rambutnyapun panjang
sebahu.
Suatu hari Ita datang padaku”, Fer belakang badan Ita gatal-gatal nih”, Ita memberitahuku akan
masalahnya.
“Tolong gosokkan ya, Fer” Ita menyuruhku.
“Kalau begitu kemarilah”, balasku dengan sedikit terkejut.
“Disini saja, di dalam gudang lebih nikmat” Ita memberitahuku dengan suara yang amat lembut dan begitu
manja. Hatiku jadi cair.
“Fer” Ita menarik tanganku menuju ke dalam gudang yang tak jauh dari tempat kami berdiri tadi.
Kemudian Ita mengunci pintu gudang itu, serta mengambil bedak antiseptik di rak yang berdekatan, lalu
mengulurkannya kepadaku. Aku tak sungkan-sungkan lagi, terus saja menaburkan bedak itu di atas telapak
tanganku. Ita menarik baju yang dipakainya ke atas hingga sebatas tengkuk. Aku menelan ludah melihat ke
belakang badan Ita, yang selama ini tak pernah aku lihat tanpa busana. Aku menepuk bedak yang ada di
tanganku ke atas badan Ita. Hangat badannya. Aku mulai menggosok. Sesekali Ita kegelian, ketika aku
mengurutkan jariku pada alur di tengah belakang badan Ita. Aku menggosok rata. Ita meraba-raba kancing
BH-nya, lalu dilepaskannya, maka terurailah tali BH-nya itu di belakang badannya itu. berdesir darahku,
aku menelan air liur, melihat aksi Ita yang berani itu tadi. Aku terus menggosok, dengan hati yang
berdebar-debar. Aku merasa batang penisku sudah mulai mengeras. Aku merasa tak tahan. Tengah menggosok
belakang badan Ita, tanganku secara perlahan-lahan merayap ke dada Ita.
“Hei! Apa-apaan nih”, Ita melarang sambil menepuk tanganku.
“Ohh! sorry”, aku meminta maaf.
Tanganku kembali ke bekakang. BH yang Ita pakai masih melekat di dadanya, menutupi buah dadanya yang
mungil itu. Aku terus menggosok, kali ini turun sampai ke batas pinggang. Aku memberanikan diri mengurut
ke dalam rok Ita, tetapi Ita menepuk lagi tanganku.
“Jangan!”, larang Ita lagi.
“Sudah hilang belum gatal itu?”, Tanyaku pada Ita.
“Belum!” jawab Ita pendek.
Aku merasa semakin terangsang, batang penisku semakin mengeras dan mula tegang! Aku coba lagi untuk
meraba ke dada Ita, kini aku telah dapat memegang buah dada Ita yang lembut itu, yang tertutup dengan BH
berwarna putih. Ita tidak lagi menepuk tanganku tetapi dia memegang tanganku yang aku takupkan pada
payudaranya itu. Aku mulai meremas buah dada Ita. Ita menggeliat geli sambil tangannya memegang
pergelangan tanganku. Ita nampak sudah mula merasa terangsang. Aku mencium tengkuk Ita. Dia masih
menggeliat-geliat akibat remasan serta ciumanku. Buah dadanya aku rasa sudah semakin menegang. Jariku
kini memainkan peranan memilin-milin puting susu Ita pula! Aku sadari tadi memeluk Ita dari belakang.
Batang penisku yang keras menonjol itu aku gesek-gesekkan pada alur pantat Ita. Ita ketawa kecil,
merangsang sekali! Ita membuka kancing bajunya dan terus menanggalkannya berserta BH-nya dan
mencampakkannya di atas lantai.
Kini payudara Ita tak tertutup apa-apa lagi. Aku terus meremas-remas dan membalikkan badan Ita supaya
berhadapan denganku. Ita menciumku rakus sekali, sambil mengulum-ngulum lidahku. Akupun begitu juga
membalas dengan rakus serangan Ita. Aku menanggalkan bajuku. Ita mencium dadaku, perutku. Aku tetap
mengecup-ngecup buah dada nya yang sudah mengeras tegang. Tanganku menekan-nekan pantatnya. Batang
penisku semakin menegang. Tiba-tiba Ita berlutut, lalu membuka retsleting celanaku. Dia menarik keluar
batang penisku yang tegak keras. Ita merasa kagum melihat batang penisku yang menegang secara maksimal
itu. Ita menguak rambutnya ke belakang dan meng-”karaoke” batang kejantananku. Dia menggengam dengan
rapi. Sambil mengulum secepat-cepatnya.
Ita mengarahkan batang penis ke matanya, hidungnya, ke pipinya. Ita mencium sekitar batang penisku. Aku
merasa nikmat sekali. Ita terus mengulum penisku hingga ke pangkal makin lama semakin cepat. Aku merasa
kepala penisku terkena anak tekak Ita. Ngilu rasanya! Aku juga membantu Ita dengan mendorong dan menarik
kepalanya.
“Ita, sudah hampir keluar! Sudah hampir keluar! Ita sengaja berlagak tak tahu saja, ketika aku katakan
maniku sudah hendak keluar. Ita masih mengulum. Air maniku tersemprot memenuhi rongga mulut Ita. Dia
lantas mencabut keluar penisku lalu menjilat-jilat air maniku. Dia nampaknya menikmati sekali. Penisku
jadi lembek kembali!
“Aik! belum apa-apa sudah lembek”.
Ita mengulum lagi penisku. Penisku jadi tegang lagi. Ita tersenyum memandangnya. Aku membuka celana. Ita
duduk di atas meja. Aku berlutut menarik rok dan celana dalamnya. Ita sudah bugil di depanku. Bulu yang
tipis warna pirang menutupi vaginanya. Aku mencium sekitarnya. Ita meletakkan kedua belah kakinya di
atas bahuku. Aku mengangkangkan paha Ita. Bibir vaginanya sedikit terbuka. Aku menjilatinya. Aku buka
sedikit dengan jari lalu mengoreknya sedikit demi sedikit jariku menyodok vagina Ita.
“Argh, argh, argh!” Ita mengerang perlahan. Vaginanya terlihat basah sekali. Aku meletakkan kepala
penisku ke pintu vaginanya. Aku sodok sedikit, “Argh!” Ita mengerang lagi. Laku aku tekan lagi. ” Yes!”
suara Ita perlahan. Aku menyodok lagi dalam sedikit dan terus ke pangkal. Aku mendorong dan menarik
berulang kali. Ita makin terlihat lemas dan nikmat. Aku merasa kehangatan lubang vagina Ita. Ita
mencabut penisku keluar. Dia turun dari atas meja dan mendorongku telentang lalu duduk di atas badanku
dan memasukkan lagi penisku ke dalam lubang vaginanya itu. Dia mengayun ke atas dan ke bawah.
Tak lama dia tarik keluar lagi penisku. Ita kini agresif. Aku mendorongnya telentang lagi. Ita
merapatkan payudaranya dengan kedua belah tangannya.
“Masukin di celah susuku dong! Masukin di celah susu ah..!” Ita menyuruhku. Aku tidak sungkan-sungkan
lagi terus melakukannya tapi sebentar saja. Aku duduk dan Ita masih telentang, pahaku di bawah paha Ita,
aku sodok lagi penisku ke dalam vaginanya. Aku mengayun dengan perlahan. Licin dan sedap rasanya Ita
bangun dan bertiarap di atas meja, kakinya lurus ke lantai menungging! Akupun berdiri lalu membuat ‘dog
style’. Aku pegang kiri dan kanan pantat Ita dan mengayun lagi. Aku kemudian menyangkutkan sebelah kaki
Ita di atas bahuku dalam posisi telentang. Aku sodok lagi tarik dan keluar dorong dan masuk ke dalam
vaginanya, pokoknya malam itu kami merasakan kepuasan bersama dengan mencoba segala posisi.-,,,,,,,,