Cerita Sex Pak Deni Pemuasku

Cerita Sex Pak Deni Pemuasku

Cerita Sex Pak Deni Pemuasku

Comments Off on Cerita Sex Pak Deni Pemuasku

Cerita Dewasa kali ini menceritakan tentang kisah Cerita Sex Pak Deni Pemuasku , cerita ini merupakan kisah nyata yang di alamin oleh salah satu penulis cerita yang di tuangkan menjadi sebuah cerita sex yang membuat nafsu gitu mengebu ngebu. Silahkan di simak langsung Cerita 17+ kali ini :

Cerita Sex Pak Deni Pemuasku – Pijat memang terbukti mampu meregangkan otot yang kaku dan menyegarkan tubuh. Makanya suamiku setiap malam minggu mendatangkan tukang pijat langgannya kerumahku. Namun setelah mengenal Pak Deni, semua menjadi berubah. Tidak suamiku saja yang tambah segar akan service Pak Deni, aku pun menuai kepuasan tiada tara dengan kehadiran dia di rumahku.Hingga perselingkuhan itu pun terjadi. Berikut cerita sex dari kisah pribadiku yang lebih lengkap.

Aku adalah seorang isteri dari seorang karyawan swasta. Aku punya anak 2. Yang kedua kelas 1. Aku sering nungguin anakku yang kedua di sekolahnya, terutama waktu olah raga.
Guru olah raga anakku bernama Pak Deni. Ia suka sekali bercanda dan berhumor. Tubuhnya tinggi, kurang lebih 175 cm dan berbadan besar dan kekar. Warna kulit agak hitam. Ia baru saja bercerai dengan isteri 4 bulan yang lalu. Jadi ia seorang duda. Selain ia guru olah raga, ia pun pintar memijat. Banyak guru lain minta dipijet olehnya.

Ketika olah raga seperti biasanya ia memakai celana training. Sambil menunggu anakku aku memperhatikan ia yang sedang olah raga bersama murid-murid kelas 2. Begitu aku memperhatikan diantara selangkangannya aku lihat tonjolan yang memanjang dan besar. Aku berkata dalam hatiku, wuh panjang dan besar sekali anunya.

Suamiku hobi dipijat. Tukang pijat langganannya selama ini adalah pemijat tunanetra.

“Guru olah di sekolah anak kita pintar memijat, ngerti urat lagi katanya. Coba saja mas!” kubilangi suamiku.

“Boleh juga kita panggil ke sini malam minggu depan. Mau enggak dia ngurut malam-malam?”

“Enggak tau ya .. Coba aku tanyakan besok ya.”

Keesokan harinya aku pergi ke sekolahan dan bertemu dengan Pak Deni.

“Pak, mau enggak mijetin suami saya?” tanyaku.

“Tapi kalo bisa malam hari, Pak.”

“Boleh juga asalkan ongkosnya mahal,” katanya sambil bercanda.

Setelah suamiku pulang kantor sambil makan malam aku ceritakan padanya bahwa Pak Deni mau.

“Boleh panggil ke sini tapi malam sekitar jam 22.00,” kata suamiku.

Sampai waktu yang ditentukan Pak Deni datang ke rumahku. Ia ngobrol dengan suamiku sambil bercanda sehingga baru saja kenal suamiku merasa akrab dengannya. Aku duduk di dekat suamiku menemaninya. Kemudian suamiku menyuruhku merapikan kamar depan dekat ruang tamu.
Mulailah suamiku dipijet oleh Pak Deni sambil ngobrol ngalor-ngidul. Pak Deni banyak ngebanyol karena memang ia hobi bercanda. Aku nonton TV sambil tiduran di sofa ruang tamu ngedengerin obrolan Pak Deni dan suamiku.

Suamiku mulai bercerita agak serius dengan suara pelan-pelan.

“Aku ini tidak kuat dalam dalam hubungan seksual. Kenapa, ya? Jadinya isteriku suka marah-marah kalau hubungan intim. Kalau Pak Deni bagaimana dengan isteri Anda?”

“Saya sekarang duda sudah 4 bulan. Kalau dulu sebelum cerai saya kebalikan bapak. Ia kewalahan dengan kemampuan saya sampai ia minta cerai.”

“Wah, hebat kamu ini, Pak.”

Pak Deni yang biasanya suka bercanda mulai berbicara serius.

“Mungkin Bapak terlalu lelah, atau mungkin punya Bapak terlalu kecil dan pendek. Bapak urut yang membesarkan dan memanjangkan saja. Saya hanya bisa mengeraskan saja. Kalau memanjangkan dan membesarkan aku tidak bisa,” katanya pada suamiku.

“Wah, tukang urut yang memanjangkan dan membesarkan itu banyak yang bohong,” kata suamiku.

“Ada yang bener, Pak. Ada teman saya berhasil dari 13 menjadi 17 cm dan menjadi besar lagi,” kata Pak Deni berusaha meyakinkan.

“Pak Deni pernah nyoba enggak?” tanya suamiku selanjutnya.

“Saya tidak perlu karena punya saya sudah sangat panjang dan besar. Panjangnya 19 cm dan besarnya 4,5 inch,” jawab Pak Deni sambil tertawa. “Kalau punya bapak berapa?”

“Punya saya panjangnya 12 cm besarnya 2,5 inch.”

Mendengar obrolan suamiku dan Pak Deni aku berkata dalam hatiku.

“Wuh… besar dan panjang sekali punya Pak Deni, pantesan tonjolannya panjang dan besar dan itu belum bangun. Apalagi kalau barangnya sudah bangun.”

Aku jadi berkhayal, kalau seandainya…. Wah, nikmat sekali…

Setelah mereka selesai aku pura-pura tidur. Kemudian suamiku membangunkan aku.

“Bagaimana, Mas? Cocok enggak pijetan Pak Deni?” tanyaku setelah Pak Deni pulang.

“Wah bagus sekali, lebih bagus daripada langganan saya. Sekarang saya mau langganan sama Pak
Deni saja. Saya sudah bilang kalau saya mau pijet tiap malam minggu.”

“Kalau kamu mau juga, boleh coba malam minggu depan. Pijetannya bagus kok. Badanku rasanya
enteng dan enak sekali,” kata suamiku

“Aku mau, tapi malu mas, nanti ia cerita di sekolahan.”

“Ya enggak sih, nanti kita bilangin jangan cerita-cerita pada orang lain.”

Keesokan harinya saya ketemu Pak Deni. Sambil tersenyum, ia langsung bertanya padaku.

“Bagaimana Bu? Cocok enggak Bapak dengan pijetan saya?” tanya Pak Deni padaku.

“Cocok sekali… Malam minggu depan bapak disuruh suamiku pijet lagi. Bahkan suamiku mau langganan.”

“Ya.. Bapak sudah bilang sama saya.”

Setelah suamiku menawarkan untuk diurut oleh Pak Deni, hatiku tidak karuan, membayangkan bermacam-macam, bercampur takut dan ingin merasakan sesuatu. Karena memang aku jarang menemukan kepuasan dengan suami. Selain punya suamiku lemes, barang kecil dan pendek dan tidak tahan lama.

Hampir-hampir setiap malam aku membayangkan penis punya Pak Deni. Aku berkata dalam hati, barang Pak Deni pasti kehitam-hitaman, besar dan panjang. Biasanya orang yang agak hitam itu kuat, mana badannya tinggi, besar dan kekar. Pokoknya sangat jantan. Kayak apa kalau badan yang besar itu menindiku dan memelukku keras-keras, sementara badanku langsing seperti ini, dan tinggiku hanya 155 cm. Apa kuat aku ditindih badan raksasa itu. Apa bisa masuk barang sebesar itu ke lobangku yang kecil ini. photomemek.com Apa tidak mentok kesakitan bila barang yang keras dan panjang ditekan ke lobangku dengan tenaga yang raksasa. Pokoknya aku membayangkan antara takut dan ingin merasakan.

Kata teman-temanku barang gede dan panjang itu sangat nikmat sekali. Saking nikmatnya, katanya sampai ngeyut ke ubun-ubun.

Malam ini malam minggu, Pak Deni akan datang. Hatiku berdebar-debar. Jam menunjukkan 21.30. Tak lama kemudian Pak Deni datang. Suami mempersilahkan masuk, dan bilang padanya bahwa aku mau juga dipijet malam ini, dan suamiku minta tidak bercerita macam-macam ke orang lain. Pak Deni menjawab, “Ya, tidak dong, Pak.”
Suamiku mulai diurut. Kurang lebih jam 23.00 suamiku selesai diurut.
Sekarang giliran aku yang akan diurut. Aku pakai kain sarung. Suamiku tiduran di sofa di ruang tamu sambil nonton TV.

Aku mulai tengkurep, hatiku dag-dig-dug. Pak Deni mulai menyingkap kain sarungku di bagian betis dan memegang betisku sambil mengurut pelan-pelan, aku merinding merasakan urutan Pak Deni, karena sebelumnya aku membayangkan sesuatu yang nikmat.
Kini Pak Deni membisu seribu bahasa tidak seperti biasanya suka bercanda dan berhumor, mungkin menikmati pandangan terhadap betisku yang mulus. Maklum ia menduda 4 bulan. Semakin merinding dan berdebar-debar hatiku ketika Pak Deni meletakkan kakiku ke pahanya. Sambil mengurut ia maju sedikit-sedikit sehingga kakiku menyentuh ke bagian selangkangannya sehingga terasa kakiku menyentuh benjolan yang mulai mengeras.

Dengan suara pelan dan terpatah-patah Pak Deni bertanya.

“Paha ibu mau diurut?”

“Ya pak, memang di bagian itu agak terasa nyilu-nyilu. Pelan ya, Pak,” aku pun menjawab dengan suara pelan.

Pak Deni mulai menyingkap pelan-pelan sarungku sampai di bawah sedikit pinggulku.
Ketika Pak Deni mengurut pahaku sampai ke selangkanganku, aku merintih dengan suara pelan-pelan takut kedengaran suamiku. Pak Deni pun terasa meningkat rangsangannya terasa dari sentuhan tangannya yang kadang-kadang mengurut sambil mengelus dan meremas pahaku apalagi ketika sampai di selangkanganku.

Semakin timbul sensasi yang luar biasa ketika Pak Deni membuka kain sarungku di bagian atas pinggulku dan memelorotin cdku sedikit ke bawah. Kini ia mulai mengurut sambil meremas-remas pinggulku, dan rangsanganku semakin tinggi, aku merintih dengan suara pelan. Dan Pak Deni tahu kalau merangsang, aku juga tahu kalau Pak Deni juga merangsang.
Aku berkata dalam hatiku: sebelum aku diurut dalam posisi terlentang, aku akan pamit sama Pak Deni untuk buang air kecil sambil aku ingin melihat apakah suami sudak tertidur atau belum.

Ketika Pak Deni menyuruhku terlentang, aku berkata kepadanya:

“Aku mau ke kamar mandi dulu untuk buang air kecil.”

Ketika keluar kamar aku lihat suamiku tertidur pulas mungkin karena lelah seharian dan habis diurut.
Di kamar mandi aku berkata dalam hati. Kalau nanti sarungku disingkap sampai ke selangkanganku dalam posisi terlentang, pasti Pak Deni akan melihat bulu jembutku. Ia akan semakin merangsang. Aku menginginkannya meraba vaginaku dan memasukkan jarinya ke lobang vaginaku.
Setelah masuk ke kamar, aku bilang bahwa suamiku tertidur lelap. Ketika mendengar kataku Pak Deni semakin bersemangat.

Kini aku terlentang di hadapan Pak Deni. Dan Pak Deni tidak was-was lagi ia membuka sarungku sampai ke selangkanganku. Aku memenjamkan mata sambil menggigit bibirku.
Kini Pak Deni tidak memijat lagi tetapi ia mengelus-elus dan meremas-rema pahaku dengan gemesnya. Kini ia melihat bulu jembutku dan mengelus-elus bibir vaginaku, dan semakin tidak tahan rasanya aku ingin memegang barangnya Pak Deni sambil penasaran tapi malu. Pak Deni semakin berani menusukkan jarinya ke lobang vaginaku yang sudah membasah dengan ledir.
Aku mulai memberanikan diri meraba selangkangan Pak Deni. Dan Pak Deni membuka resleting celananya. Sambil aku melirik ke selangkangannya, Pak Deni mengeluarkan rudalnya. Aku terkejut astaga besar dan panjang sekali. Warnanya kehitam-hitaman, nampak urat-uratnya mengeras, dan kepala rudal jauh lebih besar lagi dari batangnya. Aku menggenggamnya tapi genggamanku tidak muat saking besar. situs domino qq

Sambil mengelus-elusnya, aku bayangkan kalau rudal yang kepalanya sangat besar ini dimasukkan ke lobangku. Apakah tidak robek lobang vaginaku dan jebol lobang rahimku. Sensasiku semakin meningkat. PerasDeniku bercampur ingin menikmati dan takut robek dan jebol.
Pak Deni kini semakin ganas mengocok lobang vaginaku dengan jarinya, dan aku sangat ingin ditindihi dan disetubuhi tapi takut kalau suami bangun kalau mendengar jeritanku. Sambil mengocok Pak Deni menciumi pipiku. Pelan-pelan ia lalu mengecup bibirku, semakin lama ia semakin ganas mencipoki, aku pun terangsang berat.

Kemudian ia memelukku dan menindihku sambil berusaha menyingkap sela-sela samping CD-ku untuk memasukkan rudalnya, tapi tidak berhasil masuk. Kemudian ia menekan lagi.

“Aduh…” jeritku sambil menggigit bibirku tidak tahan.

Tekanan kedua kalinya ini tidak berhasil memasukkan rudalnya ke lobang vaginaku. Kemudian ia menekan lagi dengan tenaga yang super keras dan hampir masuk, tapi terdengar suara suamiku mengegok. Pak Deni dan aku pun kaget terbangun dan menutupkan sarungku ke seluruh tubuh. Dan aku mengakhiri pijetan.

Kemudian aku membangunkan suamiku. Pak Deni pun pamit pulang karena memang sudah larut malam. Kemudian aku mengajak suami masuk kamar, filmbokepjepang.com aku sudah tidak tahan. Barang suami juga mengeras tidak seperti biasanya. Kini aku menyalurkan rangsanganku dengan suami sambil membayangkan disetubuhi Pak Deni. Malam itu aku benar-benar merasakan puncak orgasme yang luar biasa tidak seperti biasanya, juga suamiku.

“Ma… Malam ini tidak seperti biasanya. Urutan Pak Deni memang luar biasa membuat kita benar-benar mencapai puncak kenikmatan yang luar biasa. Kita minggu depan urut lagi ya, Ma…” kata suamiku.

Hari-hari aku hidup dalam bayangan: Kalau malam minggu depan suamiku tidak ada di rumah, aku akan menyiapkan minyak pelumas agar dioleskan ke lobang vaginaku. Aku membayangkan barang Pak Deni yang besar dimasukkan sambil melelukku, menyepokiku dan menggenjotku. Membayangkannya saja sangat nikmat apalagi benar-benar dimasukkan. Sambil rasa khawatir kalau lobangku nanti robek dan lobang rahimku jebol.

Kini malam minggu datang, hatiku berdebar-debar membayangkan sesuatu yang besar dan panjang, membayangkan lobang vaginaku membengkak lebar, dan lobang rahim diterobos barang besar. Pak Deni datang memakan pakaian yang serasi nampak sangat gagah dan manis. Ketika suami ngobrol dengan Pak Deni telpon berdering. Ternyata teman suamiku mengajak ke luar kota untuk mengurus
bisnisnya.

“Ya nanti setelah dipijet,” jawab suamiku.

Malam ini aku semakin yakin bahwa aku akan disetubuhi dengan Pak Deni.

“Ma… saya nanti setelah diurut akan pergi ke luar kota,” kata suamiku padaku.

“Jadi, saya tidak usah dipijat, habis tidak ada Mas.”

“Tidak apa-apa pijet saja, Pak Deni orangnya baik, aku sudah percaya kok.”

Mendengar pernyatDeni suamiku, hatiku girang karena sebentar lagi pasti aku disetubuhi oleh Pak Deni yang berhari-hari aku membayangkannya.
Setelah suamiku selesai diurut ia mandi. Dan Aku bilang pada Pak Deni,

“Tunggu dulu ya pak, minum-minum dulu kopinya. Aku mau menyiapkan pakaian bapak untuk ke luar kota.”

Setelah suamiku menyiapkan semua yang akan dibawa ke luar kota, ia pamit ke Pak Deni. Aku mengantarkan sampai pintu gerbang.

Begitu Bapak berangkat hujan turun rintik-ritik. Aku masuk ke ruang tamu dan bilang sama Pak Deni, “Tunggu dulu ya pak, aku pakaian dulu.”

Aku memakai sarung dan kaos… dan sengaja aku tidak memakai BH dan celana dalam.
Begitu aku keluar, sorotan mata Pak Deni menatap payudaraku, aku tersenyum. Aku duduk di kursi sebentar. Aku bayangkan bahwa Pak Deni duda selama 4 bulan, berarti ia tidak berhubungan selama 4 bulan. Aku yakin ia tidak jajan sembarangan. Aku begitu yakin malam ini aku akan digenjot berkali-kali dan berjam-jam. Memang aku ingin sekali berhubungan badan sepuas-puasnya.
Sekarang aku memilih kamar untuk urut di bagian belakang, agar jeritanku yang keras nanti tidak terdengar oleh siapapun. Aku mengajak Pak Deni ke kamar belakang, dan hujan turun cukup deras sehingga cuaca dingin mengantarkan impianku, dan tidak akan terdengar suara apa pun kecuali jeritanku, bunyi cipokan yang mengganas, dan bunyi lobang vaginaku yang digenjot oleh kepala rudal besar dan tenaga yang super keras.

Kini aku beduDeni yang sama mengharapkan kepuasan seksual dengan sepuas-puasnya. Pak Deni membuka kain sarungku dan tinggal kaos yang menutupi payudaraku. Ia meremas-remas pahaku. Aku mengelinjang-gelinjang. Kemudian Pak Deni membuka celananya. Rudalnya tegang, membesar dan memanjang. Uratnya mengeras dan kepala rudalnya membesar sekali. Ia menciumi pahaku terus ke bibir vaginaku. Aku sudah tidak tahan karena mulai tadi sudah merangsang karena membayangkan kenikmatan yang sebentar lagi akan aku rasakan.
Ia membuka bajunya dan kaosku. Kini kami berdua telanjang bulat. Hujan turun makin lebat, jam menunjukkan 23.00. Ia meremas-remas tetekku sambil mengocokkan jarinya ke lobang vaginaku.

“Pak, masukkan… aku sudah tidak tahan.”

“Aku juga tidak tahan, aku sudah 4 bulan tidak pernah berhubungan badan, aku ingin malam ini benar-benar puas, mungkin aku main sampai pagi,” timpal Pak Deni.

“Aku juga pak… Aku serahkan semua tubuhku pada Pak Deni. Tapi, oleskan minyak pelumas yang kusiapkan ini ke lobang vaginaku dan ke rudal Bapak agar aku tidak merasakan sakit.”

Aku siapkan parfum dan minyak pelumas yang harum.

“Bu… lobang Ibu kecil sekali,” katanya begitu ia mengoleskan minyak pelumas dicampur dengan ludahnya.

Kini Pak Deni mengangkangkan pahaku lebar-lebar. Pelan-pelan ia menindihiku. Aduh rasanya berat sekali. Ia arahkan rudal besar dan panjang itu lobang vaginaku. Ia menekan, tapi tak berhasil masuk. Kedua kalinya ia menekan lagi dan tidak juga berhasil masuk, aku menjerit kesakitan.

“Pertama rasanya agak sakit, karena lobang ibu kecil sekali, dan barang saya besar sekali, jauh tidak ngimbang,” katanya merayuku.

Ketiga kalinya ia mengolesi lobangku dengan minyak pelumas banyak sekali sampai meleleh ke lobang anusku, ia campur air ludahnya. Ia mengolesi juga rudalnya dicampur dengan ludahnya, kemudian ia menekan rudal besar, panjang, hitam dan keras sekali. Ia menekannya dengan tenaga yang super keras, akhir masuklah kepala rudal besar itu, dan aku pun menjerit kesakitan.
Ia terdiam, menahan sejenak, sambil menindihiku dan menciumiku, merayu dan berbisik ke telingaku.

“Ditahan sakit dahulu ya, nanti Ibu akan merasakan kenikmatan yang luar biasa.”
Aku mengangguk.

“Tahan ya, Bu, aku akan tekan lagi agar masuk semua,” bisiknya lagi.
Ia menekannya dengan tenaga yang keras, aku tidak tahan.

“Aduh.. sakit, Pak,” Jeritku tertahan sambil menggigit bibir.

Akhirnya barang itu trot… bleees… masuk semua. Rasanya rudal itu masuk menembus ke lobang rahimku. Kini beralih dari rasa sakit ke rasa nikmat yang luar biasa.

“Pak .. rasanya nikmat sekali.”
Semakin ganaslah Pak Deni menggenjotnya. Nyaring sekali bunyi lobang vaginaku akibat genjotan yang luar biasa. Nikmatnya luar biasa terasa sampai ke ubun-ubun, aku menggigil, meraung-raung kenikmatan.

“Aah… uuuh… uuh… aku… aku… mau mencapai puncak, Pak…”

Pak Deni menekan keras-keras. Aku pun mencapai puncak kenikmatan yang luar biasa yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Pak Deni sangat kuat dan bertahan lama, ia belum mencapai orgasme. Aku sudah lemas, tapi karena Pak Deni meremas-remas kembali tetekku dan menjelati vaginaku, aku mulai merangsang lagi.

Pak Deni menyuruhku nungging. Ia menusukkan kembali rudalnya dan mengocoknya dan menggenjot dari belakang, bunyinya semakin keras, ceprok… ceprok.. ceprok… sambil ia mengelus-ngelus lobang anusku. Ia ngambil minyak pelumas dan dioleskan ke lobang anusku, jarinya ditusukkan ke lobang anusku.

“Aduh… Pak!” jeritku.

Tapi ia pintar sekali menciptakan rangsangan baru. Ia kocok lobang anusku pelan-pelang dengan jarinya, lama-lama aku merasakan nikmat.

“Enak.. Pak… Nikmat… Pak.”

Akhirnya Pak Deni menambahi minyak pelumas ke lobang anusku, dan mencabut rudalnya dari vaginaku, ia oles-oleskan kepala rudalnya ke pintu anusku.

“Hangat rasanya, nikmat Pak, nikmat Pak.”

Kemudian menusukkan tepat ke lobang anusku dan menekannya. Akhirnya barang besar itu masuk juga. Cepret… prot… ia tekan pelan-pelan hingga separuh penis itu. Ia mendorongku agar aku tengkurep. Begitu tengkurep ia menindihku, menekankan lagi sisa separuhnya. Aduh nikmat sekali rasanya di anus. Sampai terasa ada cairan muncrat dari dalam lobang anusku. Ia terus mengocok dan menggejot semakin cepat, aku merasakan nikmat sambil menahan genjotan. Prot… prot… druuuuut. Semakin ganas ia menggenjot sampai aku terkentut-kentut dibuatnya. Akhirnya Pak Deni mencapai puncaknya dan muncratlah pejunya memenuhi lobang anusku.
Malam itu aku benar-benar merasakan kenikmatan yang luar biasa. Aku disetubuhi oleh Pak Deni sampai 4 kali hingga pagi.

Pak Deni guru olah raga yang humoris. Setelah kejadian yang pertama itu aku masih sering ke sekolahan tapi aku sering menghindar untuk ketemu Pak Deni karena malu dengan kejadian yang kualami itu, kecuali banyak teman-teman.

Pada suatu ketika aku duduk berjauhan dari tempat olah raga, tapi aku melihat Pak Deni memperhatikan aku dari kejauhan, dan waktu itu kebetulan sepi tidak ada ibu-ibu yang lain. Pak Deni memandangi aku, aduh .. aku rasanya malu, kemudian ia duduk di sebelahku dan bertanya.

“Bagaimana, Bu… Masih terasa sakit dan nyelunya. Maafin aku ya, Bu..”

“Enggak kok udah enggak… Memang sehabis berhubungan badan dengan Pak Deni itu terasa lobang vaginaku terganjal oleh sesuatu sampai dua hari,” jawabku sambil tersenyum malu.

Pernah suatu malam aku diajak nonton film BF oleh suami, aku pura-pura menolaknya, tapi suamiku memaksa dengan merayuku.

“Bagus kok filmnya dan agar kita nanti lebih hangat lagi. Kebetulan film itu antara orang hitam dan wanita Jepang.”

Ketika melihat kemaluan orang hitam aku terbayang barang Pak Deni.

“Pa.. besar dan panjang sekali anunya… sampai perempuannya menggeliat-geliat, menggigit bibir, dan ngerinti-rintih, sakit kali ya, Pa ..” bisikku pada suamiku.

“Tidak justeru itu ia merasakan puncak kenikmatan.”

“Kalau punya Papa… seperti itu asyik ya, Ma ..” bisik suamiku.

“Ah, mana mungkin. Papa kan orangnya kecil dan pendek, sedangkan dia tinggi besar.”

Suamiku berbisik lagi sambil meraba barangku: “Mungkin punya Pak Deni seperti itu ya, Ma..”

“Enggak tahu ya, Pa.. Kok Papa bilang begitu?” jawabku dengan perasDeni terangsang.

“Ya soalnya dia pernah cerita pada saya.”

“Apa ceritanya, Pa ..?”

“Dia kalau berhubungan badan dengan isterinya, sebelum ia cerai, isterinya sampai sambat-sambat.

Padahal isterinya juga tinggi besar, bagaimana kalau isterinya kecil seperti kamu?”

“Papa… kok isterinya Pak Deni dibandingin ke Mama..” sambil kuremas barangnya dengan gemes.

“Orang hitam itu kuat dan ganas mainnya, lihat tu Ma..”

“Papa…” aku jadi merangsang suamiku.

Kemudian filmnya dihentikan kami main dengan sangat hot sekali, tapi tidak se-hot waktu main dengan Pak Deni.

Besok harinya aku semakin ingin dipijet lagi oleh Pak Deni. Aku terbayang terus, setelah nonton adegan orang hitam dengan perempuan Jepang di film itu. Malam minggu kurang tiga hari. Pikiranku membayangkan apa yang akan terjadi pada malam minggu nanti setelah aku dipijet oleh Pak Deni.
Aku masih terbayang ketika barang Pak Deni yang besar, panjang dan keras itu mulai memasuki pintu kemaluanku. Aku rasanya mau menjerit karena bercampur antara sangat nyilu dan nikmat dan hangat. Aku masih terbayang waktu ia mengecup bibirku dengan gemes sambil mengayunkan barangnya ke lobang kenikmatanku dengan diiringi bunyi ceplak.. ceplok.. srook… Belum hilang dari bayanganku barang yang kepala lebih dari batang bagian tengah dan pangkalnya itu ketika dicabut dari lobang vaginaku berbunyi trooot.. ceplok… Apalagi waktu barangnya dimasukkan lobang anusku yang awalnya terasa sakit lalu dengan pandainya permainan Pak Deni rasa sakit itu rasa nikmat yang sulit kubayangkan.

Kini tibalah malam minggu, malam yang kunanti-nantikan. Suamiku, sebagaimana biasanya, mempersilakan Pak Deni masuk. Sebelum memulai memijet, Pak Deni ngobrol dulu dengan suamiku. Sementara itu aku membuatkan kopi untuk mereka berdua.
Tak lama kemudian suamiku mulai diurut. Sedang enak-enaknya diurut, tiba-tiba ada telpon dari Bosnya. Aku pun memanggil suamiku.
Setelah berbicara di telepon beberapa lama dengan bosnya, ia berkata padaku bahwa ia diajak ke luar kota untuk urusan bisnis. Lalu ia memberiku uang agar diberikan ke Pak Deni nanti setelah aku selesai diurut.

Dalam hati sebetulnya aku merasa sangat terangsang. Pikiranku membayangkan bahwa aku dan Pak Deni sebentar lagi akan melakukan sesuatu yang kenikmatannya sulit aku bayangkan.
Setelah selesai diurut, suamiku mandi, sementara aku mempersiapkan pakaian untuknya. Aku mengantarkan suamiku sampai di pintu melepas keberangkatannya. Setelah itu aku menutup dan mengunci pintu.

“Sebentar ya Pak, teruskan dulu minum kopinya, aku mau ganti baju,” kataku pada Pak Deni.

Aku memakai sarung dan kaos yang tipis, tanpa memakai CD dan BH, karena aku membayangkan sebentar lagi aku akan melakukan hubungan badan yang luar biasa.

“Gaya apa saja malam ini yang akan dilakukan oleh Pak Deni terhadapku?” tanyaku dalam hati sambil berganti pakaian. Kusemprotkan parfum yang istimewa ke tubuhku.

Aku keluar dari kamar utamaku kemudian duduk dulu di ruang tamu bersama Pak Deni. Pak Deni tersenyum. Aku pun membalas senyumannya dengan memberi isyarat yang ia pahami maksudnya.
Kemudian Pak Deni mengajakku ke kamar tempat urut biasanya. Sepertinya Pak Deni sudah tidak sabar lagi. Aku mulai tengkurep. Pak Deni tidak mengurutku seperti biasanya karena nafsunya yang sudah sangat menggelora.

Ia menyingkap sarungku sampai ke panggulku. Ia mengelus-elus pahaku dan meremas-remas pinggulku. Ia ciumi pahaku dan pinggulku. Aku kini sudah tak berdaya karena lama aku menyimpan nafsu birahi.

“Pak .. malam ini aku ingin benar-benar puas, seperti puasnya perempuan Jepang yang digauli oleh orang hitam di dalam film BF,” rintihku.
Pak Deni dengan nafsu yang menyala-nyala dan ganas bertanya kepadaku.

“Ibu nonton film BF? Bagaimana ceritanya?”

“Laki-lakinya seperti Pak Deni, barangnya sangat besar dan panjang. Ia dengan ganasnya mengocok perempuan Jepang sampai berkali-kali. Ia merintih-rintih, lalu ia tergeletak lemas dengan memperoleh kepuasan yang luar biasa. Pak Deni.. Aku juga malam ini ingin seperti perempuan Jepang itu.”

Kemudian Pak Deni membalikkan tubuhku. Kini aku terlentang, dan Pak Deni dengan mudah membuka sarung. Memang aku sebelumnya tidak memakai CD. Ia mengangkangkan kedua kakikuku, lalu ia menciumi kemaluanku sambil meludahi lobangnya dan meremas-remas payudaraku. Kini aku tak kuasa lagi menahan nafsuku, rasanya ingin meledak.
Pak Deni membuka baju kaosnya dan celana dan CD-nya. Barang Pak Deni luar biasa tegak dan keras, besar dan panjang. Kemudian ia membuka kaosku. Kini kami berdua telanjang bulat dengan sinar yang cukup terang. Sehingga nampak jelas urat-urat kemaluan Pak Deni yang siap menerjang lobang kemaluanku.

Pak Deni merebahkan tubuhnya kemudian memelukku dengan gemes dan mengecup bibirku sambil menggigit-gigitnya, sementara penisnya dijepitkan ke antara kedua pahaku. Terasa hangat di pangkal kedua pahaku sambil barangnya bergerak-gerak. Kini Pak Deni sudah tidak sabar lagi, akupun juga. Pak Deni menindihku.

“Aduh… Pak… berat sekali badan Bapak,” kataku terengah-engah di bawah himpitan tubuhnya.

Pak Deni mengangkangkan pahaku seperti V. Ia meludahi lobangku dan barangnya agar licin dimasukkannya.

Begitu banyak Pak Deni meludahi lobangku sampai meleleh ke pintu lobang anusku. Pak Deni mengarahkan barangnya yang sangat besar, panjang dan keras itu ke lobang vaginaku yang kecil tapi montok. Ia menekannya tapi pertama dan kedua kali tidak berhasil Masuk.

“Aduh.. Pak.. Pelan-pelan, Pak,” jeritku.

“Katanya ingin puas ngerasain keganasan barangku?” Pak Deni berbisik dengan suara terengah-engah.

“Nanti, Pak.. kalau sudah masuk semua. Sekarang pelan-pelan dulu.”

Ketika ia menekan kembali, akhirnya penisnya berhasil menerobos lobang kenikmatanku. Croook… Trooot… Bleees… Kemudian ia menindihiku. Kini tubuh tinggi, besar dan kekar itu menindihi diriku yang kecil mungil. Ia mulai menggenjotku. Mula-mula ia mengayunkan pinggulnya pelan-pelan. Makin lama makin keras dan ganas, sambil menekan. Ketika ia dengan ganasnya menekan penisnya sampai rasanya nyelu dan ngenyut, sambil memelukku dengan gemes dan ganas.

“Aduh.. Pak!” aku berteriak kecil.

Ia terus menggenjotku dengan tenaga yang kuat dan kerasa sampai aku terkentut karena menahan genjotannya. Memang nikmat sekali, nikmat yang luar biasa. Kemudian aku menggelinjang sambil merintih dan menjerit. Sroot… Aku memcapai puncak kenikmatan. Dan Pak Deni kuat sekali, ia belum juga orgasme.

“Udah dulu, Pak…” kataku dengan suaraku terengah-engah.

“Ibu tengkurep. Aku ingin masuk ke lobang belakang. Aku akan keluarkan spermaku di lobang belakangmu,” bisiknya padaku.

Aku mulai tengkurep, dan Pak Deni mulai menindihku. Ia meludahi lobang anusku sambil menusukkan jarinya. Aduh rasanya… Kemudian ia menusukkan rudalnya ke lobang anusku. Setelah empat kali tekan baru bisa masuk. Ia menggenjot dengan ganasnya. Makin lama makin keras kocokan dan genjotannya, lalu muncratlah air hangat ke dalam lobang anusku. Aduh… nikmat lagi walaupun baru saja aku mencapai orgasme.,,,,,,,,,,,,,,

 

MONA4D

PutriBokep

Create Account



Log In Your Account